Nathan, Pemilik Hati yang Baru.

    Nathan, ada satu penegasan yang tak bisa kupungkiri. Aku mulai sakauw sejak percakapan kita pertama kali. Lalu Nathan, ada perihal takdir paling pahit yang harus kutelan sendiri. Tanpa kamu Nathan, tentu saja begitu.

    Setitik demi setitik air itu berjatuhan dari kelopak mata, menderas di bawah hujan pertama bulan Januari. Aku pun menguatkan diri menolak kenyataan yang tak bisa kuterima. Bahkan, aku sempat mendemo Tuhan waktu itu. Kenapa hanya padaku semua terlimpahkan?

    Nathan, suatu kali aku ingin bercerita kembali tentang lautan darah kematian yang pernah terjadi 20 tahun yang lalu. Tapi, entah takdir pahit semacam apalagi Nathan, yang menamparku berkali-kali  untuk menjauh. Namun jawabanmu itu sungguh menegarkan, jawaban lelaki tangguh yang pantang mengkhianati janji. Lirih dalam doa, membentangkan seribu harap dalam peluk tangismu di penghujung fajar.

    Nathan, aku bukan gadis pengecut yang mudah menyerah dalam satu kali jatuh. Tapi Nathan, untuk kali ini saja biarkan aku tenggelam dalam kekalahan, biar aku jera melakukan kebodohan yang sama, biar aku belajar ikhlas atas segala keputusan salah yang pernah kupilih. Temani aku saja Nathan, tanpa harus kau menatap benci padaku yang semakin kelihatan bodoh di matamu. Jangan kau lepas genggamanmu ini hingga aku berani bangkit kembali dari masa-masa keterpurukan. Terbengkalainya mimpi oleh sebuah janji manis yang tak kan terlunasi.

    Suatu hari, aku akan belajar mencintai dengan sempurna. Cukup dengan melihatmu utuh tak meninggalkanku larut dalam luka lama. Sepanjang hari itu, aku akan merayakan kehilangan yang pernah membuatku tersungkur jatuh terjerembab ke jurang yang sama. Tapi aku tak pernah lupa Nathan, tangan kekarmulah satu-satunya orang yang punya rasa cinta lebih dalam dari rasa kecewa menyeretku bangkit kembali. Hari itu pula aku akan merayakan sebuah peristiwa sakral dalam sejarah hidupku, menerimamu secara ikhlas bahwa kau menjadi seperempat bagian hati yang telah retak beberapa hari yang lalu.

*Kenang-kenangan untuk sebuah hujan pertama yang kekal di penghujung Januari.

Eva Edelweis, Yogyakarta 31 Januari 2017.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar