Hari kesembilan: Surat Rindu dari Jogja

#Tantangan 10 Hari Menulis Bersama Kampus Fiksi
Suatu hari aku pernah berpikir ingin menulis surat untukmu, lalu entah kesibukan macam apa yang membuatku begitu tidak punya waktu untuk menuliskannya. 

    Dear kamu, seseorang yang pernah hadir membawa sebentuk senyum dalam waktu yang cukup lama. Apa kabarmu hari ini? kuharap kau selalu baik-baik saja. Aku rindu senyum hangatmu, dan aku benar-benar merindukannya. Beberapa tahun yang lalu Tuhan mentakdirkan kita berkenalan tanpa sengaja di sebuah kampus di tanah Jawa, dan aku baru tahu ternyata kita sama-sama berstatus sebagai delegasi kampus kita masing-masing mengikuti ajang perlombaan yang sama. Kau pernah bilang padaku bahwa untuk meraihku kau butuh waktu sekitar 1 tahun untuk mengenalku saja. Hahahaha.. 

    Hari ini aku merindukanmu, tidak hanya hari ini tapi hampir setiap hari, bahkan kadang aku benci dengan diriku yang macam gadis pesakitan karena rindu. Heii, aku rindu sahabat sepertimu cery yang tak pernah lupa pada jadwal kuliahku. Ini lucu sekali, bahkan aku sendiri kadang sering telat karena lupa ada jadwal kuliah di jam itu tapi kamu mesti menghubungiku setengah jam sebelum kuliah. Aku rindu dengan cery yang selalu menjadi pendengar setia keluh kesahku, dan kau bahkan mau-maunya menjadi tempat pelampiasan kemarahanku... Yang ku tahu kau selalu memberi waktu untuk berusaha selalu ada saat aku mencarimu. Suatu hari, aku panik luar biasa saat mau presentasi hasil laporan magang selama 1 bulan. Kau menjadi pendengar pertama saat aku mulai latihan, dan kau seolah paham pada apa yang kubicarakan padahal aku tahu kau pura-pura paham atas penjelasanku yang semakin lama semakin membuatmu migrain, saat aku bilang kenapa cery terlalu baik denganku kau bilang bahwa kau hanya suka melihat caraku tertawa dan kau ingin menjadi alasanku tertawa lepas bahagia. Kau benci saat aku mulai menangis sesenggukan, kau benci saat aku tertunduk lesu dalam kekecewaan.
    Maafkan aku cery yang suka sewot dengan kamu yang kadang ga pake parfum saat bertemu, aku cuma ga mau kamu terlihat kucel dan terlihat tidak terawat. Aku mau sahabatku yang satu ini enak dipandang, wangi, dan terawat. Maafkan aku yang suka mempermasalahkan dirimu yang menyukai makanan fast food seperti mie instant, tapi aku cuma khawatir dengan keadaanmu. Kalau kamu sakit, siapa yang mau diajak ngoceh malam-malam hanya untuk menghilangkan kantuk saat aku begadang untuk menyelesaikan tugas kampusku? Kalau kamu sakit, siapa yang mau menjadi partner paling asyik untuk diajak menangis dan tertawa bersama? Kalau kamu sakit siapa yang akan membantuku menyelesaikan tugas kuliah asramaku? kamu kan tahu cery, aku tak punya  sahabat yang lebih tulus dari seorang kamu. Orang-orang hanya mendekat saat ada perlunya saja, lalu menjauh saat ia mendapatkan apa yang dia peroleh. Kau kan tahu cery, kau adalah seseorang yang mau ajak  gila bareng saat liburan, kamu yang mau diajak susah kemana-mana direpotin oleh gadis paling bawel ini.  Maafkan aku yang suka marah dan kesel tapi percayalah aku hanya tak mampu menunjukkan rasa sayang dengan baik dan lembut. As you know me so well, aku tidak pernah benar-benar bisa marah dengan orang lain apalagi kamu, sahabat terbaik yang pernah kukenal. 

     Cery, aku tidak tahu harus nulis surat semacam apa untukmu, tapi sungguh dari hati yang terdalam aku benar-benar rindu cery. Mengenalmu adalah bagian terindah sepanjang hidup, meski pada akhirnya kita berpisah tersebab satu alasan yang tak hendak kau bicarakan. Suatu kali kau memintaku menemanimu hunting buku di kota, tapi yang terjadi bukan aku yang menemanimu hunting buku tapi justru kau yang menemaniku menyelesaikan tugas kuliah asrama sampai kau tertidur pulas di masjid keraton. Namun kau bilang, bahwa kau tidak menyesal jauh-jauh ke kota tanpa satupun buku yang kita peroleh karena waktu luang sedetik yang kita lewati tak ada satupun yang tersia-sia. Sepanjang perjalanan hujan mulai turun, dan darisitulah sampai detik ini aku mulai kurang menyukai hujan karena setiap tetesnya adalah ingatan tentang kamu. Hujan terakhir yang memisahkan kita dengan jarak yang begitu jauh bahkan akupun tak terlalu yakin akan bertemu lagi suatu hari nanti. Aku takut, akan menangis lemah di depanmu. Akupun tak sanggup melihatmu lagi yang memutuskan pergi tanpa alasan bahkan kau sama sekali tak pamit denganku. 

   Cery, kita bertemu pertama kali di Jogja dan kuharap akan bertemu kembali di kota yang sama. Melepas rindu yang tak pernah tuntas walau kutuliskan hingga beribu halamanpun di sini. Aku merindukan setiap waktu yang pernah kita lewati di kota ini. Orang bilang, jogja terbuat dari serpihan rindu yang memanjang. Yah, suatu hari saat aku meninggalkan kota ini, rinduku tak pernah hilang tetap kekal di sudut Masjid keraton, di sepanjang jalan Malioboro, di persimpanagn Tugu, di halte-halte Trans Jogja, di sepanjang taman pintar, di sepanjang Kaliurang, disanalah rinduku memanjang bertaburan, semakin hari tumbuh subur tanpa pernah tahu kapan rindu itu akan terwujud dalam sebuah pertemuan. Tapi cery, meskipun aku tidak tahu alasanmu pergi tanpa pamit aku tak pernah membencimu walau sedetik. Kita pernah janji kan, akan saling mendoakan yang terbaik apapun yang terjadi, bahkan meski kita hari ini ini slaing berjauhan.Salam rindu untuk Cery yang entah dimana, dari aku yang masih melebur rindu  sepanjang waktu. 


Eva Edelweis, Yogyakarta 27 Januari 2017


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar