
Judul : Omen
Penulis : Lexie Xu
Cetakan : kempat Juli 2014
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal : 312 halaman
Tulisan ini hanyalah sebuah review mengenai salah satu buku serial Omen karya Lexie Xu, penulis kisah-kisah bergenre misteri dan thriller. Buku serial pertama Omen ini mengangkat topik utama kasus penusukan siswa-siswi SMA Harapan Nusantara.
Penulis cukup menyajikan sebuah cerita yang apik tentang seorang siswi SMA, Erika Guruh yang memiliki karakter cukup mencolok di antara banyak remaja SMA sebayanya. Gadis dengan tubuh langsing namun berotot, rambut pendek mirip cowok yang sengaja digel dengan model jabrik dan tampil dengan gaya gotik yang disempurnakan dengan polesan lipstik warna cokelat tua. Gaya sangar yang selalu ia tunjukkan membuat beberapa teman sekolahnya cukup segan dan takut padanya. Siswa yang cerdas dan terkenal dengan ingatan fotografisnya ini adalah siswa terbaik secara akademis di sekolahnya, ternyata memiliki saudara kembar yang sangat berbeda secara karakter namun bagai pinang dibelah dua jika dilihat secara fisik. Dialah Eliza Guruh, siswa populer di SMA Harapan Nusantara. Karakternya yang berkebalikan dengan saudara kembarnya membuatnya begitu disukai banyak orang. Gadis berambut panjang lurus, bersih dengan tubuh yang halus dan lembut, dipertegas dengan gerak-geriknya yang anggun, halus walau sedikit terkesan sombong.Meski mereka berdua saudara kembar, namun perlakuan teman-temannya, bahkan orang tua mereka sekalipun sangat berbeda. Mereka lebih menyukai dan menyayangi Eliza, bahkan lebih parahnya sejak kecil mereka memanggil nama Erika dengan sebutan Omen. Nama judul sebuah film yang menceritakan anak kecil yang mengerikan dan beraura jahat, dikarenakan sejak kecil Erika memang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan balita seusianya, cerdas luar biasa namun sering menakali saudara kembarnya. Membedah boneka milik Eliza, menusuk-nusuknya bahkan membiarkan tubuh boneka menjadi beberapa bagian.
Kehidupan yang dialami oleh Erika dan Eliza sebenarnya sudah lumrah terjadi. Saudara kembar yang keduanya saling berusaha menampilkan kelebihan dirinya. Meski mereka bersaudara kembar, namun dalam hati masing-masing ada rasa tidak suka satu sama lain bahkan saling berharap tidak pernah punya mimpi yang nyata wajahnya dimiliki orang lain sekalipun saudaranya sendiri. Hal yang menarik yang dapat diambil dari kisah hidup kedua remaja SMA ini adalah kita sebagai manusia cenderung berpikir tampilan luarlah yang nomor satu. Tidak peduli seberapa lembutnya hati seseorang, bahkan seberapa cantiknya perangai yang sesungguhnya dalam diri seseorang namun karena hal-hal tertentu tertutup oleh tampilan yang busuk. Sebutlah si Erika, cewek yang memang langganan dipanggil guru BP akibat ulah dan kejailannya di sekolah, ditambah lagi dengan dandanan yang sebenarnya tidak cocok ia tunjukkan adalah seorang gadis yang baik hati dan setia kawan. Meski sangar namun ia tak sekalipun pernah menakali teman-temannya yang lemah, cukup setia kawan meski dalam situasi yang berada di posisi yang salah, dan bahkan ia sebenarnya adalah sesosok gadis yang lembut hatinya. Konflik dimulai ketika kedua gadis ini menyukai cowok yang sama,
sebutlah ia Ferly. Siswa populer di sekolah mereka dan tentunya disukai
banyak cewek.
Pada suatu malam, sebuah pesta diadakan oleh salah satu teman mereka yang terkenal dengan cowok sombong, namanya Martinus. Dia mengadakan pesta di rumahnya namun yang terjadi bukanlah sebuah pesta yang dia harapkan, yaitu awal dari sebuah peristiwa yang mengerikan. Seperti biasa, Erika suka sekali bikin kerbutan dan berlagak sok jahat, kali ini dia bikin keributan di rumah si Martinus dengan cara melempari jendela rumahnya dengan kerikil-kerikil sampai berantakan. Eliza yang juga hadir di pesta itu semakin tidak suka dengan kakaknya, lalu pulang ke rumah sebelum pesta usai. Singkat cerita, sebelum dia tiba dirumahnya, Eliza terjebak dalam sebuah pergulatan yang menyebabkan dirinya tertusuk 4 bilah pisau di seluruh bagian tubuhnya, nyaris membuatnya tak tertolong karena kondisinya yang cukup kritis. Hingga Erika yang sebenarnya menolong saudaranya itu tertuduh sebagai pelaku penusukan tersadis pada adik kandungnya sendiri. Ferly, sebagai pacar Eliza, pun mengalami hal yang sama, kena tusukan di beberapa bagian tubuhnya 2 hari setelah kejadian yang menimpa Eliza. Bukti dan segala macam tuduhan benar-benar mengarah pada Erika. Siapapun pasti menyangka Erika pelakunya, karena bukan tidak mungkin gadis yang biasa membawa aura jahat dan mengerikan itu tak bisa melakukan hal sekeji itu. Tidak hanya Eliza dan Ferly yang mengalami hal buruk itu, namun si Martinuspun mengalami hal yang sama bahkan lebih parah dari mereka berdua.
Kasuspun terpecahkan beberapa hari setelah kejadian. Erika yang tertuduh sebagai pelaku utama dan menjadi buronan polisi nyaris depresi karena keadaan yang menimpanya. Sahabat yang baik, seorang Viktor Yamada, salah satu tembusan mahasiswa Harvard University pewaris yang punya latar belakang dari keluarga Yamada, pemilik perusahaan terbesar kedua Ocean Corporation milik Jepang yang berada di Indonesia menyamar sebagai ojek pribadi dari Erika demi mendekati gadis itupun berusaha memecahkan kasus yang dialami Erika. Dibantu juga oleh salah satu cewek berpenampilan cupu namun cerdas, Valeria Guntur salah seorang teman SMA Eliza dan Erika yang diam-diam mengamati dari jauh dan menjadi orang kedua yang berhasil memecahkan kasus Erika.
Akhir dari sebuah cerita yang cukup pelik ini berujung pada sebuah penemuan pelaku kasus penusukan siswa-siswi SMA Harapan Nusantara adalah Eliza. Yup, Eliza sang cewek populer yang selalu tampil anggun dan cantik dibandingkan saudaranya sendiri Erika Guruh. Cewek yang tertusuk 4 bilah pisau itu bukan Eliza yang sebenarnya namun salah seorang siswi di sekolahnya yang terpaksa diculik lalu dengan kejinya dioperasi plastik untuk mengubah muka aslinya menjadi wajah Eliza, seolah Elizalah yang menjadi korban, begitupun dengan Ferly, sebenarnya bukan dialah yang tertusuk tapi cewek psikopat ini mengubah muka anak lelaki yang ternyata pacar siswi yang telah ia rusak mukanya juga dioperasi untuk ditampakkan sebagai sesosok Ferly asli. Ternyata Eliza tak melakukan hal keji semacam itu sendiri namun bersekutu dengan Ferly yang tidak lain adalah pacarnya sendiri. Sekaligus bekerja sama dengan seorang ilusionis yang pernah menghipnotis Erika pada sebuah pertunjukan yang pernah diadakan sekolahnya. Siapapun tidak menyangka seseorang yang terlihat baik seperti Eliza dengan tega melakukan hal sekejam itu pada saudaranya sendiri dengan tujuan untuk memfitnah dan menyingkirkan Erika. Bahkan dengan segala cara ia lakukan untuk memenuhi keinginan jahatnya menyingkirkan saudra kembarnya dengan cara berkorban melukai diri sendiripun ia lakukan. Hal yang cukup menarik dari buku Omen ini, si penulis memberikan sebuah nasihat terbaik untuk kita si pembaca bahwa janganlah kita tertipu oleh seseorang hanya dari tampilan luarnya saja. Sehingga benarlah sebuah pepatah lama yang mengatakan "Don't judge a book by it's cover" karena terkadang seringkali memang penampilan luar selalu menipu mata, kita terlalu sering silau dengan penampilan yang ditampakkan di depan mata tanpa melihat sisi terdalam seseorang. Inner beauty seseorang jauh lebih mengesankan dibandingkan cantik dan baik yang hanya sebatas "penyamaran" dari jati diri seseorang, seperti halnya Erika yang seringkali menunjukkan sifat sangar pada orang lain, hanyalah sebatas benteng dirinya agar tidak mudah dilemahkan oleh omongan orang-orang yang membencinya, orang yang selalu membanding-bandingkan dirinya dengan sosok lembut seorang Eliza yang kenyataannya hati yang ia miliki jauh lebih hitam, penuh dengan siasat licik, lebih berbahaya dan beringas dibandingkan sesosok Erika. Sosok gadis yang kesepian butuh perhatian dari orang-orang terdekatnya tertutupi oleh karakter sangar yang selalu ia tampakkan pada orang-orang sekitarnya. Dibalik sikapnya yang sok cuek, sebenarnya dia gadis yang manis. Sekian.
Eva Edelweis, Jogjakarta 8 Oktober 2016
*Reviewer yang masih sangat dini belajar menulis. Semoga kedepannya semakin lebih baik dan bermanfaat.
0 komentar:
Posting Komentar