Sebuah kisah
masa silam, tentang betapa simpelnya ayah mengajariku banyak hal. Cerita pendek
tentang ayah di masa kanak-kanakku.
Kalau ditanya siapa lelaki paling ganteng ? maka aku akan jawab ayah.
Siapa lelaki yang pertama kali membuatmu jatuh cinta? Maka akupun akan menjawab
ayah. Ayah adalah adalah lelakiku yang paling ganteng yang pertama kali aku
kenal, bahkan jauh sebelum aku diciptakan ayahlah yang paling ganteng. Ayah
adalah orang yang pertama kali membuatku jatuh cinta, setidaknya ayah adalah
seseorang yang tak kan pernah mengkhianatiku, tidak akan sudi melihat air
mataku bercucuran, tidak akan membuatku terjatuh, bahkan tidak akan
meninggalkanku dalam keadaan apapun. Ayahku juga adalah guru pertamaku sebelum
aku mengenal aksara, sebelum aku mengenal siapa diriku dan siapa Tuhanku.
Ayahku juga seorang guru tasawufku, setidaknya itu menurutku. Lelaki paling
sederhana, paling berharga, paling segalanya dalam hidupku. Sesederhana ayah
mengajarkanku menjahit, bahkan ummipun tak bisa selihai ayah menjahit.. dan aku
adalah gadisnya yang dengan tenang belajar hal-hal sederhana padanya. Banyak
yang bilang ayahku ini sosok yang cukup keras perangainya, tapi menurutku ayah
adalah lelaki yang cukup lembut selama menemaniku belajar, bermain. Ayahku ini
lelaki yang paling pintar bahkan dibandingkan aku yang sudah menduduki bangku
kuliah. Ayah yang selalu menemaniku belajar berhitung, yang bahkan dulu aku
membenci pelajaran berhitung. Sebagai ganti aku belajar keras dengan matematika
ayah selalu mentraktirku dan menambah uang jajanku 1000 Rupiah, waktu itu uang
seribu rupiah cukup untuk membuat seseorang kenyang dengan sepiring nasi goreng
hahahha. Ayah selalu punya cara tersendiri memotivasiku dengan banyak hal.
Setiap kali ayah ke kota, ayah tak pernah lupa membawa satu bungkus mie goreng
dan beberapa buah anggur merah kesukaanku sebagai hadiah untuk gadis kecilnya yang rajin dan penurut. Ayahku akan menunjukkan sikap
marahnya jika aku lupa shalat 5 waktu, bahkan tak segan ayah akan menghukumku
untuk membuatku jera.
Ayahku adalah sebuah alasan aku selalu menepis kemalasanku belajar, ayah
adalah sebuah alasan aku selalu mendikte diriku untuk menjadi manusia
bermanfaat adalah pribadi yang mulia. Ayah selalu bilang apapun profesi kita,
maka berproseslah untuk selalu bermanfaat untuk sekitar kita. Ayah juga
satu-satunya orang yang tak pernah melarangku memilih untuk menjadi seorang
kimiawan, kala banyak keluarga termasuk ummi yang kecewa dengan pilihanku yang
kata mereka menekuni bidang pendidikan akan membuatku sukses. Yah, hanya ayah
yang selalu dengan tegas menyangkal bahwa kesuksesanku tergantung dari seberapa
keras kau mau menekuni bidang apapun yang kau pilih dan satu hal lagi jangan
pernah lupa dengan campur tangan Tuhan dalam hidup kita. Ayahku tak pernah
membuatku merasa menyesal menyelami kimia, bahkan beliau selalu penasaran ada
apa dengan kimia yang membuatku sejatuh cinta ini padanya? Setiap kali kuliah
pesantren usai, ayah selalu menyempatkan untuk berbincang panjang denganku,
menanyakan bagaimana perkuliahanku hari itu. Satu hal yang aku suka dari ayah
jika berdiskusi, ayah selalu bersikap ingin tahu banyak tentang apapun, rasa
penasaran dan ingin tahu yang luar biasa hingga tanpa sadar kadang kami
menghabiskan berjam-jam bicara via telepon. Ayah mengajariku, bahwa kita bisa
mengambil banyak ilmu dan pengetahuan dari lawan bicara kita.
Aku ini anak bandel, yang sulit diatur. Apapun yang ingin kulakukan maka
aku lakukan kecuali satu hal, jika sesuatu itu akan membuat ayahku marah maka
akan kuurungkan keinginanku. Aku takut membuat ayah marah, bahkan jika ada
seseorang yang pernah bilang padaku lupakan ayahmu dulu, maka inginku kala itu
cuma satu: menamparnya. Berani sekali dia mengatakan aku harus melupakan ayah
hanya untuk mencari satu kesenangan yang bahkan bisa kami peroleh dengan cara
lain tanpa harus kau tegaskan padaku untuk melupakan ayah. Seseorang yang
benar-benar membuatku jengkel padanya. Tentang
ayah yang selalu mempercayaiku sepenuhnya, bahkan ketika aku pernah difitnah
oleh seseorang yang kurang kerjaan, saat semua keluargaku sudah terlanjur berprasangka buruk denganku, ayahlah yang dengan hati tenang masih mempercayaiku,
percaya dengan argumen yang kuutarakan. Boleh jadi kulit ayah hitam legam
terbakar mentari tapi hati yang tenang, raut wajah yang menyejukkan, ah ayah selalu
berhasil membuatku terkesima padanya. Ayahlah yang cinta pertamaku dan akan abadi hingga akhirat nanti. Ayah, jangan pernah kau lepaskan tanganku sampai
kau benar-benar menemukan sesosok lelaki sebagai penggantimu, yang
selalu sanggup menjadi sandaranku, menghapus air mataku, tahan dengan
segala rajukanku, tidak meninggalkanku dalam kemarahan...Aku selalu berharap, semoga kelak orang
yang ditakdirkan untuk menemaniku hingga penghabisan usiaku adalah seseorang
yang diwarisi perangai baik ayahku, seseorang yang akan menggenapi hidupku yang
ganjil, seseorang yang mewujudkan misiku menjadi bidadari dunia (oh my god...),
dan seseorang yang akan menggandeng tanganku menuju firdausNya memperoleh
cintaNya. ^_^
0 komentar:
Posting Komentar