Kemarin, sempat aku memimpikanmu sahabatku. Tapi entah mungkin takdir semacam inilah yang harus memberi jarak pada kita. Dulu, pas kita sama-sama masih menduduki semester 7 aku pernah mengatakan sesuatu hal yang menurutmu itu adalah sebuah janji, sampai-sampai kau merekamnya di ponselmu saat itu. "Biar aku selalu ingat, kuliah semangat, dan kamu tidak mengingakari janjimu" begitulah ucapanmu dengan tegas yang masih terngiang-ngiang di pikiranku. Aku tak pernah berani membuat sebuah janji, apalagi terhadap kamu. Karena aku tahu, serangkaian pikiran buruk selalu menghantui hari-hariku. Kau tidak perlu tahu, semacam apa? Yang jelas, aku tidak pernah ingin membuat janji pada siapapun. Katamu, aku ini gadis ngeyel, tapi kataku, kamulah yang ngeyel tidak pernah mau kuberitahu atau kuberikan solusi atas problemmu yang entah sudah berapa kali kau bicarakan denganku. Yah, aku ini ngeyel, sangat. Bahkan dosenku, bapakku, pun mengatakan hal yang sama denganku. Aku ini ngeyel untuk tidak mau mengakui kalau omonganku itu adalah sebuah janji. Aku takut, tidak bisa melunasi janjiku sendiri.
"Aku ingin menghadiri tasyakkuran prosesi wisudamu besok, dan kau boleh meminta apapun hari itu sebelum aku kesana. Dengan syarat, indeks prestasi kumulatifmu harus sekian..sekian..." Begitulah perkataanku padamu yang ternyata dianggap sebuah janji. "Aku ingin Edelweis" Jawabanmu itu membuatku tersentak kaget, terlalu ambigu. Entah kau mau edelweis sejenis bunga atau sejenis manusia? Rupanya kau sengaja mempermainkan pikiranku dengan pernyataanmu tadi. Lalu kitapun tertawa bareng..... "Kamu ini bawel yah, masalah akdemis kayak gitu kan urusanku, malah kamu yang peduli, ibuku sekalipun ga pernah peduli tentang itu semua. Tetapi aku beruntung mengenalmu, kan aku jadi semangat kuliah. Kenapa kamu tidak bilang kayak gitu pas aku masih semester 5 atau sebelumnya, kenapa baru sekarang? kan mepet banget,udah masuk semester 7 dan aku kurang yakin bisa memenuhi permintaanmu karena aku ini pemalas tidak seperti kamu" ucapmu waktu itu. Yah, aku ini memang bawel pada siapapun yang sudah kuanggap orang-orang terdekatku, termasuk kamu. Ga tahu saja sih kamu kalau aku juga pemalas, sok sok an saja aku mah, bilang begitu cuma untuk memberi semangat dan motivasi padamu, karena aku tahu, waktu itu aku adalah orang pertama yang paling sanggup memberimu semangat lebih dari biasanya apalagi diembel-embeli aku bakalan hadir ke acara wisudamu. Aku yakin betul, saat itu semangatmu naik drastis, dan terlalu ambisi untuk memenuhi permintaanku. Buktinya, kau berhasil. Yah meskipun keberhasilanmu itu bukan karenaku, tapi memang dasar kamunya yang cerdas kok. Kamu tekun hingga berhasil. Yah kau berhasil memenuhi permintaanku, tapi aku dengan sangat tega mengingkari omonganku sendiri. Aku tidak hadir di acara wisudamu. Lebih tepatnya, aku tidak bisa hadir. Kamu tidak tahu kan, betapa keselnya aku, betapa linglungnya aku, betapa marahnya aku pada diriku sendiri? Aku tidak harus cerita apapun padamu, cukup Tuhan saja yang menjadi tempat curhatku menggantikanmu betapa takdir kadang terlalu menyesakkan untuk kita jalani.
Aku masih mengenang hal manis, betapapun pahit yang akhirnya kita temui. Aku masih ingat betul ketika kau bilang "kamu tahu kenapa Jogja istimewa? karena ada kamu, sahabat satu-satunya yang aku miliki. Yah kalau tidak ada kamu di sana, Jogja tetaplah Jogja, tapi tidak istimewa. Kalau ga ada kamu, provinsi DIY menjadi DY saja, Daerah Yogyakarta tapi tidak istimewa" lalu kau tertawa melihat kegelianku pada omonganmu yang satu ini. hahahhaha kau selalu punya cara untuk membuatku tertawa. Kapan-kapan semoga ditakdirkan untuk kembali ke kota yang pernah mendidikku ini. Nostalgia di tiap sudutnya akan membawamu kembali pada ingatan-ingatan masa silam yang mungkin telah kau lupakan.
Sahabatku, dimanapun kau berada, semoga kau selalu berada dalam pelukan Allah, dalam cintaNya Allah. Selamat untukmu yang sudah melewati satu tahap pintu masuk menuju masa depan, apapun yang kau inginkan, yang kau impikan termasuk ingin studi di negeri tetangga semoga tercapai. Berkah dan manfaat ilmu yang kau peroleh selama 10 tahun di pesantren. Selamat mengabdi untuk masyarakat, bangsa dan negara. Selamat atas keberhasilanmu sahabatku.... fisik kita boleh berpisah sejauh apapun itu bahkan sejauh kutub utara dan kutub selatan bumi ini, namun semoga ingatanmu pada namaku dalam setiap doamu masih selalu terpaut pada titik yang sama. Doa kita terpaut pada Tuhan yang sama, untuk kelak sama-sama meraih cinta dan RidlaNya. Untuk tetap mempertahankan keutuhan persaudaraan dan persahabatan kita. Persahabatan yang abadi hingga kita dipertemukan di FirdausNya.
Salam cinta dari Jogja.
#Catatan harian Eva Edelweis, Yogyakarta 24 Oktober 2016.
0 komentar:
Posting Komentar