Nathan, barisan pertama dalam ingatanku.

Hai kamu yang menetap dalam hati.
     Salam rindu dari tanah Jogja yang selalu basah dengan hujan kerinduan. Aku tak perlu membual dengan banyak kalimat yang terlalu panjang. Hanya rindu saja yang ingin kuutarakan. Aku pengecut yah, diam-diam menaruh hati padamu. Mengharapmu lebih dari seorang teman, tapi aku diam menekan berbagai perasaan tidak mengenakkan sendiri. Aku tak berani menunjukkan rasa yang "berbeda" ini padamu. Kau tahu kenapa? aku takut kau pergi. Aku takut Tuhan merenggut kembali sebuah perasaan yang tak pantas dikotori oleh nafsu. Yah nafsu ingin memiliki. Hampir tiap saat aku mulai hobby menggambar. Hobby menggambar sejak aku mengenalmu beberapa waktu yang lalu. Menggambar wajahmu yang menyejukkan, rekah senyummu yang menenteramkan dan aku selalu merasa kau menjelma menjadi apapun yang ada di sekitarku. Jadi komputer yang selalu menemani hari-hariku, jadi erlenmeyer yang selalu kupegang sepanjang waktu, jadi gelas beker yang kubawa kemana-mana, jadi pipet, jadi cawan, jadi permen, jadi bahan kimia, dan semuanya adalah jelmaanmu yang tak berkesudahan. 

     Aku tidak tahu seperti apa kiranya mukaku yang kemerahan karena malu jika andai saja kau membaca sedikit coretanku di sini. Tidak hendak kusampaikan tentang perasaan yang menggebu, karena Dia tentu tahu selalu ada cara menangguhkan rindu, lewat secarik do'a yang tak henti kuhembuskan hanya pada namamu. Apalah arti sebuah jarak dan waktu yang memisahkan, jika kau yang tetap menjantung dalam dadaku. Menembus rentang waktu yang tak terlalu berarti untuk kurisaukan....

     Aku bukan perempuan penyuka hujan, karena padaku hujan seringkali mengingatkanku tentang banyak kenangan menyakitkan, memutar memori tentang berbagai kehilangan. Akan kuberitahu kau apa yang kulakukan ketika hujan mulai tidak tahu diri membasahi sepanjang lorong yang selalu kulewati tiap hari. Pertama, aku suka menyanyi di bawah hujan, merinaikan air mata yang seringkali tertahan... Aku menyanyi sepuasnya sambil menangis sepuasnya. Karena aku tahu, hanya pada hujan aku tak bisa menyembunyikan rasa sedih, luka yang perih dan berbagai hal yang tak terbendung dalam perasaanku, kutumpahkan segalanya, kucurahkan semuanya... Hingga tak satupun yang menyadari tangisan gadis rantau di tengah-tengah derasnya hujan. Kedua, berdo'a. Yah, bahkan meski aku tak menyukai hujan aku seringkali mengharapkannya datang. Menyapaku, memelukku, dan mengingatkanku untuk manautkan harapan. Aku ini orang yang mudah sekali percaya pada dawuh-dawuh para kyai, para ustadz, para dosen dan siapapun yang seringkali memberikan wasiat-wasiat hidup padaku. Salah satunya tentang do'a. Termasuk dari waktu-waktu terkabulnya do'a adalah ketika turun hujan. Yah, setiap kali hujan mulai berjatuhan, menabrakku, membasahiku, yang kulakukan tentu saja adalah menguntaikan namamu untuk kupinta pada Tuhan yang Maha kuasa. Karena kamu adalah ketidakmungkinan yang selalu kusemogakan. Berkat petuah-petuah tentang do'a, aku punya harapan besar untuk tidak lelah merajuk, merayu, agar Tuhan mau mengasihiku, mau mengqabulkan setiap pintaku, termasuk perihal segala tentangmu. Do'alah yang membuatku tetap tersenyum ramah pada siapapun yang kutemui, meski terkadang deru tangis dalam hati tak mudah berhenti. Do'alah yang membuatku sekuat ini tetap bertahan tanpa secuilpun meregang emosi hanya untuk mempertahankan sebuah keinginan yang terkadang tak sepaket dengan keadaan. Do'alah yang menjadi kunci dari segala pintu yang tertutupi termasuk pintu hati.....

     Riuhlah segala perasaan... bersama angin malam yang selalu kuselipkan desah-desah rindu di setiap hembusannya. Sampaikan salamku padanya, akulah perempuan paling ngeyel dalam berdo'a untuk selalu memintakanmu dalam kasih sayang Tuhan. Setidaknya, aku yang belum bisa menjumpaimu selalu kuberi kabar bahwa perasaan itu tetap sama seperti sejak pertama kali aku mengenalmu. Padamu jodohku di masa depan.


*Surat rindu untuk Nathan. Lelaki yang mewarnai di setiap tulisan galauku...
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar