Celoteh Mia

Salam Kartini untuk semua wanita ^_^
    Inspirasiku kali ini berasal dari seorang gadis kecil yang baru semalam aku kenal. "Namaku Mia" begitulah suara yang kudengar dari seberang saat kutanya namanya. Kami berkenalan hanya melalui via telpon, dan itu pun hanya beberapa menit saja kami ngobrol karena jaringan telkomsel yang sedang tidak bersahabat dengan kami. Semalam, badanku meriang dan masih bersembunyi dalam selimut lalu Mia menawarkan diri untuk mendongengiku sebelum aku tidur. Cara bercerita yang ekspresif, serius, menampakkan bahwa gadis kecil itu bukan gadis desa biasa tapi cukup cerdas untuk anak seumuran dia. Pertanyaan pertama saat dia memulai obrolan cukup membuatku speechless dan baper malam-malam. Bagaimana tidak, anak itu dengan entengnya nanya "kak, udah punya pacar belum? udah nikah belum ?" spontan saja aku menggeleng, dan mengatakan nggak. "bohong" katanya. Lalu akhirnya kami tertawa... Jujur saja aku kaget dengan pertanyaannya. Bagaimana anak seusia adekku itu sudah mempertanyakan tentang hal yang cukup serius semacam pernikahan?
                                          Mia, gadis berkacamata bersama teman-temannya 

    Anak ini sungguh penuh kejutan, belum selesai aku tertawa dengan omongannya, tiba-tiba dia nanya "kak, mondok itu enak ga?" "ada enaknya kadang juga nggak, sayang... " Lantas, dia memintaku bershalawat untuknya. Ah sampai di situ saja aku dibuatnya malu, karena aku yang dulu suka shalawatan pun harus mengakui kalau shalawatan macam di  album anak Langitan, aku sudah banyak lupa teks shalawatnya hingga akhirnya dia shalawat dengan dua jenis shalawat yang berbeda. Salah satu judul shalawatnya "Habibi yaa Muhammad" saat kutanya siapa yang mengajarinya? dengan lantang dia menyebutkan salah satu nama seseorang yang kukenal begitu akrab yang kini sedang mengabdi menjadi pengajar muda di Muara Enim.
    Jawaban demi jawaban dari pertanyaanku terjawab setelah aku ngobrol sebentar dengan temanku (sang tuan guru). Pantas saja dia menanyakan apakah aku menikah atau masih lajang, karena ternyata di kampungnya gadis-gadis seusia anak SMP biasanya nikah dini. Sebenarnya ini bukan hal baru bagiku, karena di tulisanku yang sebelumnya pernah kutuliskan tentang pernikahan dini di kampungku. Hal yang bikin kaget hanyalah karena pertanyaan itu muncul dari seorang anak kecil berusia 8 tahun an. Tidak hanya itu saja, anak itu terobsesi dengan anak pondok. Mungkin dia mulai kagum dengan tuan guru yang sebenarnya anak pondok yang multi talent mengajarinya banyak hal, termasuk mengajarinya banyak jenis shalawat. Tapi sayangnya gadis itu mungkin kecewa saat aku bilang, aku lupa dengan teks shalawat yang dia minta bacain :(
    Barangkali sedikit cerita di atas, tidak terlalu penting untuk kau baca. Namun, entah terlalu lebay atau gimana aku masih belum move on jatuh hati dengannya, yang katanya bercita-cita ingin jadi seorang detektif. Semoga cita-citamu tercapai sayang... boleh kamu tinggal di desa terpencil, namun tetaplah berjuang meraih segala impian. Tidak ada bedanya antara anak desa dan anak kota dalam hal bermimpi dan belajar. Senanglah dalam belajar, karena jika kau senang belajar maka kau akan dengan mudah mendapat banyak beasiswa untuk belajar sepuasmu sambil lalu kau akan mulai mengerti tentang realitas hidup yang terkadang bikin kita mual dengan segala permasalahannya.  Belajarlah dengan senang, tekun, dan jadilah Kartini untuk orang-orang sekitarmu lalu kau wujudkan cita-citamu. Tadi pagi, hujan membasahi seluruh sudut kota Jogja. Saat itu yang kupikirkan adalah bagaimana doaku dari sini disambut Tuhan untuk membersamai seluruh mimpimu. Hari ini katanya kamu sedang ikut sekolah petualang di Jakarta, dan mungkin ini kali pertama menatap dengan pandangan paling jujur tentang suasana ibu kota. Bersenang-senanglah di sana, semoga pengalaman di sana membuatmu candu untuk terus belajar dan mencari lebih banyak lagi pengalaman... Terimakasih telah menyapaku sayang, sejenak aku menatap masa-masa yang telah kulewati tanpa adanya sebuah perubahan, hanya diam di tempat saja dan hari ini sapaanmu membuatku tersadar untuk terbangun dari tidur panjangku. Membuatku menyadari bahwa aku juga sama sepertimu punya banyak mimpi yang sempat terhenti dan ingin segera kuwujudkan. Oh yah, tuan guru bilang kamu excited dengan perempuan yang bisa sekolah tinggi..... semoga suatu hari kamu bisa melangkahkan kakimu kesini, ke kota budaya, kota pelajar dan kau juga menjadi salah satu dari mereka yang diberikan kesempatan belajar gratis di sini ^_^
    Terakhir, untuk tuan guru terimakasih telah mengenalkanku padanya. Aku senang sekali saat kau memberiku kesempatan untuk bercakap meski hanya sebentar saja... semoga besok, kami punya kesempatan lagi untuk berbagi cerita yang lebih seru dari sekedar dongeng anak-anak yang dimarahi ibunya.... Salam cinta dari tanah Jogja untuk kalian, tuan guru beserta siswa-siswa hebatnya. 


Eva Edelweis,  Yogyakarta 21 April 2017

    





Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar