Rindu

Tulisan kedua di tahun 2016, sudah lama rasanya aku tidak menyambangi rumah laba-labaku :). Tulisan yang mengawali sebuah kesenduan hati yang belum sempat tumpah. Kamu pernah merasakan sesak? kamu pernah merasakan kram seluruh tubuh sebab rasanya air mata menggumpal di sana?. Kalau tidak, mari biarkan jari-jari ini berlabuh pada muaranya. Ada banyak hal yang Tuhan tunjukkan untukku. Tentang urusan perasaan, perjuangan, impian, dan pola pikir yang seharusnya aku miliki. Tentang perasaan, aku pernah sakit hati sebelum jatuh cinta. jangan kau tanya siapa. Sebab, mungkin dia hanya ada di kepalaku tapi tak ada di doaku, makanya hatiku pernah sakit dibuatnya. Kali ini aku bicara tentang perasaan. Perasaan yang merindukan kehangatan orang tua. Aku iri dengan mereka yang bisa memeluk ibu ayahnya, aku iri dengan mereka yang tiada jarak antara hatinya dan hati mereka. Aku sama sekali tak iri dengan mereka yang punya pacar atau apalah.... aku tak iri. Aku rindu mereka, tapi tidak pernah bisa kukatakan, tidak pernah bisa. Aku rindu pelukan masa kecilku. Aku rindu mereka Tuhan. Biar saja ku tulis di sini, keresahan, tentang rindu yang tak pernah usai. Aku masih ingat, kapan terakhir kali aku dipeluk mereka, saat tanpa sengaja namaku disebut sebagai siswa teladan satu sekolah. Ibu memelukku erat, mungkin karena terharu dan bangga. Makanya sampai sekarang, aku dan hidupku penuh mimpi untuk selalu menjadi yang terbaik. Kamu tahu kenapa?? bukan karena aku ingin tenar di mata orang lain, bukan karena aku ingin menampakkan namaku di depan orang lain, sama sekali bukan itu. Alasanku satu-satunya cuma  ingin melihat ibu bangga padaku. Senyum ibu itu mahal bagiku, kawan. Aku sudah tidak kuat lagi menahan rindu yang menggumpal sejak bulan kemarin. Kamu pasti akan bilang, tinggal telpon orang tua masalah selesai. Tapi kenyataannya apa yang ku alami tak sesederhana itu. Aku ingin mereka hadir dalam hidupku, aku ingin mereka mendampingi perjalananku, aku ingin pelukan mereka. itu saja pintaku Tuhan.... aku rindu ayah ibuku. Rindu sekali. Tulisan ini mungkin hanya sekedar tumpahan isi kepala yang hampir meledak, maka maaf jika sedikit mengganggu. Aku rindu ayahku, aku rindu sekali Tuhan........ dan tulisan ini hanya sekedar media untuk mencairkan air mata yang membeku. Jika orang lain berjalan di jembatan mimpinya untuk masa depan yang cerah, biar terkenal, tapi aku hanya ingin senyum bangga ayah ibuku. jalan menuju kesana penuh rintangan, dan hampir saja aku terpeleset jatuh. Lalu aku rasa ini saatnya aku bangkit dari jiwa pesakitan semacam ini. Saat ini adalah saat yang tepat mewujudkan segala ingin mereka. Kau tahu? sebagai anak yang belum pernah mengalami masa menjadi orang tua, aku tidak pernah bisa menebak keinginan mereka yang sesungguhnya. Hati ini berasa dipermainkan oleh suatu keadaan, dimana emosi, keangkuhan, keakuan harus dibuang jauh-jauh jika memang niat awal ingin melihat senyum mereka. Tapi lagi-lagi aku katakan, tak semudah itu menjalaninya. Berhubung hujan air mata sudah mereda, maka sampai di sini saja tulisan ini berakhir. Sampai jumpa di tulisan selanjutnya. :)
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar