Cery.....
Sudah seminggu, dua minggu berlalu, insomniaku tak kunjung sembuh. Kopi inipun semakin hambar rasanya untuk kureguk. Beberapa buah buku serial Omen belum kusentuh sama sekali, masih tergolek lemas serasa teriak-teriak minta dibalikin ke penerbit gara-gara aku belum menyempatkan waktu untuk melahapnya. Gusar sudah pikiranku sepagi ini akibat mimpi pas adzan tadi menghantuiku.... bayangan sesosok lelaki lincah dengan senyum khasnya merekah sangat jelas di depanku. Ah, manis sekali. Bahkan jauh lebih manis dari madu sekalipun. Cery, begitulah aku memanggil namanya. Teman karibku yang belum lama ini menghilang dari peredaran. Aku pikir dia kehilangan handphonenya makanya tidak menghubungiku, tapi kurasa tidak. Dia menghilang pasti dengan alasan tertentu dan yang pasti bikin aku kesel setengah mati karena pergi tanpa pamit. Atau dia sudah menganggapku mati, dan bukan lagi temannya? Entahlah. Sepertinya aku merasa bersalah padanya yang tiba-tiba ngilang kebawa angin, meskipun tidak tahu apa salahku? Tiba-tiba dia menelponku dan memanggil namaku, sontak saja aku kaget. Kenapa tiba-tiba cery menelponku? jujur saja, kekagetan ini bukan kekagetan seperti halnya seseorang yang ditelpon orang tidak dikenal, tapi justru sebaliknya aku begitu mengenalnya. Perasaan kaget tak bisa kuhindari, tersebab orang inilah yang memang kutunggu-tunggu sejak beberapa bulan yang lalu untuk menghubungiku. Perasaan bahagia tak terkira, tersirat jelas di wajahku yg serasa berseri-seri ini, hingga saatnya si alarm menyebalkan itu menyadarkanku kalau aku sedang bermimpi. Ohh, bahkan bermimpi sekalipun aku masih saja bahagia Tuhan.... kenapa tak kau wujudkan hal ini di alam nyata? Ingin rasanya aku misuh-misuh ngamuk gara-gara dibangunkan alarm tadi. Aku belum ingin bangun dari mimpi indahku, aku masih merindukannya, merindukan suaranya...... :'( Setiap kali ada telpon masuk, mataku terlalu serius menatapi layar seraya berharap nomor cerylah yang menghubungiku, lantas mata ini lemas, tersebab kecewa bukan dia yang menghubungiku. well, mimpi saja sudah cukup menghiburku, maka dengan alasan apa aku tidak ingin bersyukur atas mimpi yang indah ini walau hanya sebentar?
0 komentar:
Posting Komentar