Selama nafasku berhembus, hanya kamu di doaku....
selama mataku memandang, hanya kamu cinta matiku...
dengarlah dunia, rintihan hatiku yang terbalut dalam doaku....
inilah sumpahku, dengarlah dunia........
cinta kan selalu abadi, walau takdir tak pasti...
kau selalu di hati, cinta matiku....
seraya aku berdo'a merayakan cinta......
kau selalu ku jaga.....
Potongan lagu yang dinyanyikan oleh Nidji sempat membuat air mata ini berguguran tak sempat kutahan. Kau tahu kenapa? Tiba-tiba aku berniat jahat untuk meninggalkanmu. Pergi ke lain hati untuk menembus rasa cemburu. Aku ketagihan untuk sakit hati, kalau perlu jauh lebih sakit dari yang kau cipta.. Aku ini sudah bertekad untuk tetap di sini, menunggu. Barangkali, kau masih punya hati untuk mengobati lukaku kembali. Tapi, percuma jika aku hanya berharap dan berjuang seorang diri.
Kau tak pernah tahu kan rasanya sebegitu gila aku mencinta? Sudah pernah kubilang, aku tak suka main-main apalagi menyangkut soal perasaan. Aku ini tipe orang yang totalitas melakukan apapun, tidak mau setengah-setengah. Begitupun ketika aku memilih untuk mencinta sedemikian rupa hingga nyaris lupa kegilaan macam apa yang kulakukan ini?
Tersebab perasaan cinta dan rindu yang selalu hadir di kepala, maka sampai detik ini aku mulai terbiasa menikmati kesendirian, mencintaimu diam-diam meski berulang kali kau gagalkan, dan bahkan aku tumbuh suburkan sebuah kenikmatan mencinta semacam ini. Tidak usah kau terlalu mengerutkan keningmu penuh tanya soal aku yang begini. Kau perlu tahu satu hal, terkadang luka itu belum tentu musibah. Yah, luka atas perasaan mencinta yang tak tersambut itu bukanlah sebah musibah bagiku. Justru karena hal inilah, aku menjadi lebih sering merindukan panggilan suara Tuhan untuk segera bergegas menghampar sejadah lalu kucurhati Dia tentangmu. Aku menjadi betah berlama-lama di setiap rumahNya hanya untuk menitipkan jejak namamu, hingga perasaan cinta yang kumiliki semakin kokoh tumbuh di dasar hatiku.
Cinta tak membuatku lupa pada siapa diriku, yang tetap ingin memegang teguh iman di hati tanpa terkoyak oleh dosa-dosa karena mencinta tersebab perbuatan nista. Semua ada aturannya, mencintapun ada adabnya. Tidak ada kuasa bagiku untuk melanggar aturan yang ditetapkanNya hanya untuk memenuhi nafsu yang bergelora, tersebab aku masih terlalu kuat untuk berpuasa. Seberapa pekat rasa cinta, tetaplah kau selalu kupinta dengan cara yang diridlaiNya.
Catatan Edelweis, Yogyakarta 4 oktober 2016.
0 komentar:
Posting Komentar