Jatuh cintalah, maka kau akan merasakan kenikmatan hidup yang cuma sementara. Di tulisan sebelumnya "Guruku inspirasiku (semacam euforia mencintai)" telah kukisahkan sedikit bagaimana guruku memperoleh inspirasi. Ah yah, untuk mendapatkan inspirasi katanya harus jatuh hati lalu patah hati. Kau mungkin berpikir, sakit hati itu tak ada nikmatnya sama sekali, yang ada bakalan banjir air mata nangis bombay sok merasa terluka, terkhianati atau apalah... hiks.. hiks.. kasian :P Jika aku yang mengalami hal seperti itu, rasanya aku akan menceritakan bagaimana sakit hati yang mengagumkan. Tapi aku tak kan mengerucutkan sakit hati cuma karena putus dengan kekasih atau dikhianati kekasih, tapi lebih secara universal. Sejujurnya, aku ini tipe-tipe cewek sensitif, yang ya ampun sediki-sedikit sakit hati, meskipun kadang ga ditampakkan. Pernah suatu kali, seseorang menatapku penuh kebencian, setidaknya itu yang terbaca dari pikiranku. Sakit hati? jelas, sakit hati karena aku merasa kesalahan macam apa yang telah kubuat hingga membuatnya menatapku sedemikian rupa mengerikan? sakit hati tersebab temanku sendiri tak menyapaku dengan muka yang riang. Aku juga pernah merasakan sakit hati karena lelaki, yaitu pada saat aku menyukai seseorang hanya dari jarak jauh dan menyukainya diam-diam. Sakit hati karena cintaku bertepuk sebelah tangan dan dia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang menyukainya duuh sedihnya... wkwkwkwk. Tentu saja sebagai cewek normal, pasti menangis. Tapi itu hanya sebentar, karena pada detik kesekian mukaku kembali konyol seperti sedia kala -_- Tertawa lepas seolah tidak terjadi apa-apa. Kembali pada topik awal, bagaimana mengubah sakit hati yang awalnya bikin kamu menyedihkan menjadi mengagumkan. Kuncinya cuma satu, ada pada Tuhan dan diri kita sendiri. Ketika sakit hati itu menghampiri kita, maka sejatinya kita butuh seseorang yang akan menguatkan kita, menambal luka hati kita. Jangan salah ambil teman sebagai teman curhat atau supporter kita, alih-alih dia memberikan solusi, menenangkan, bisa jadi aib kita kemana-mana, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, alihkan saja semuanya pada Tuhan, tautkan diri kita sepenuhnya pada Tuhan. Kita rajinkan shalat kita, tentu saja yang kumaksud adalah shalat-shalat sunnah kalau shalat lima waktu, pastilah yah ga boleh ketinggalan plus jamaah tentunya hihihi. Rajin-rajinlah juga kita mengunjungi RumahNya, percaya atau tidak, ketika hati kita dalam keadaan tidak sehat, emosi kita tidak stabil, pikiran kita penuh dengan problem-problem hidup yang belum terselesaikan cobalah ngadem sebentar saja di Masjid. Niatnya ngademin hati dulu, menangislah di sana sepuasnya, adukan apa saja yang ada di kepalamu, biar lebih afdhal, percikilah mukamu dengan air wudlu, dan sejenak kau menghadap Tuhanmu. Setidaknya hal itu akan membuat seseorang lebih tenang, damai, dan hati tentram. Masjid itu bikin tentram? oh jelas, aku sendiri yang membuktikannya. Entah kenapa setiap kali ketika aku sendiri mulai merasakan hal yang tidak nyaman, hati rasanya mati, dan ga mood hidup, biasanya aku memilih masjid sebagai tempat paling nyaman untuk bersemedi dari keramaian. Tuhan yang kita ajak bicara, tentu saja menyimak keluhan kita, sakit hati kita. Ga mungkin Tuhan itu tega membiarkan diri hambanya yang telah menyerahkan diri segala urusannya pada Tuhan semata akan membiarkan kita dalam keadaan terpuruk, tunggulah tangan Tuhan menyambar kita, memeluk kita dengan erat, bukankah sudah pernah kau dengar sebuah hadits qudsi yang menyatakan bahwa "Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” nah tuh, masih belum percaya? itu perkataannya Tuhan loh... bukan perkataanku yang cuma manusia abal-abal... dan yakinilah mau hati kita disakiti sekeras apapun, jika Tuhan yang menjadi teman curhat, menjadi penyembuh luka kita, maka segalanya akan baik-baik saja. Jangan pernah takut sakit hati, ketika sakit hati itu mampu membuat kita menjadi lebih dekat dengan Tuhan, why not? Tapi tunggu dulu, jangan hanya ketika saat kita dalam keadaan tidak baik-baik saja kita mendekat padaNya tapi mendekatlah dalam keadaan apapun, seorang teman saja yang diperlakukan seperti itu semisal kita hanya mendekat jika ada maunya, yo mesti kesel lah. Paling nggak, dia kapok temenan sama orang yang begitu hahahhaha. Namun satu hal, logikanya kita yang butuh Tuhan, maka perbaikilah sikap kita yang seperti itu, janganlah bersikap semaunya. Barangkali Tuhanpun sakit hati dengan perlakuan yang seperti itu....
Satu hal lagi yang ingin kubagi di sini, semakin sering hati kita disakiti, dilukai, justru bukan membuat hati itu semakin terluka namun semakin berkilau jika si pemilik hati ini ridla dan penuh keikhlasan menerima apapun. Seperti halnya diamond, semakin tinggi suhu yang diberikan pada saat menempanya maka kualitas diamond itu semakin bagus, begitupun dengan hati kita, semakin sering tersakiti, hati kita justru semakin berkilau jika diiringi rasa sakit itu dengan keikhlasan bahkan in sya allah hati kita jauh lebih berkualitas dibandingkan diamond. Apalagi jika pada saat kita disakiti, dilukai lalu kita semakin dekat dengan Tuhan maka sungguh rasa sakit yang kita alami menjadi begitu mengagumkan. Maka setelah membaca tulisan ini, sudahilah tangisanmu, sedihmu, ada banyak hal yang perlu kau lakukan dibandingkan sekedar merenungi nasib burukmu..... Hidup itu hanya sebentar bray, eman-eman jika kau membiarkan hidupmu dirundung kesedihan, sebaliknya bikinlah kesedihan itu menjadi suatu hal yang mengagumkan. Bahkan jika guruku sengaja bikin dirinya sakit hati cuma untuk memperoleh inspirasi, maka saatnya kita juga bisa melakukan hal yang sama, memanfaatkan waktu saat patah hati dengan menulis puisi misalnya, lumayan kan jika sakit hati juga membuat kita menjadi sesosok manusia yang produktif dan menggali bakat terpendam kita sebagai pujangga hahahahha. Ah yah, cukup sekian ocehanku yang mungkin terlalu lebay dan panjang di sini, namun kusemogakan tulisan ini bermanfaat untuk siapapun yang sudi membaca sekelumit tulisanku, dan kudoakan semoga sakit di hatimu segera sembuh ^_^ jika ada yang tidak berkenan, silahkan tinggalkan jejak untuk diperbaiki.
*Catatan Eva Edelweis, Yogyakarta 15 Oktober 2016.
0 komentar:
Posting Komentar