Terapi Shalawat

Aku ini cukup nakal, bandel sekali pada orang tua. Sampai suatu  hari setelah pengumuman kelulusan MTs yang setara dengan SMP seorang ustadz menawariku untuk mengajukan diri sebagai siswa yang masuk ke salah satu MAN favorit di kota kelahiranku dengan jalur beasiswa. Kusampaikan amanat ustadz tersebut pada bapak bahwa aku akan mengikuti promosi beasiswa tersebut. Ternyata bapak punya keinginan lain untuk menyekolahkanku di salah satu pesantren yang cukup terkenal dan populer di kepalaku. Yeah Pesantren?? Dulu aku sempat ditawarkan untuk nyantri sejak aku lulus MI tapi bukan eva namanya kalau dia tidak bandel, aku menolaknya dengan alasan bahwa aku masih terlalu kanak-kanak untuk pergi jauh dari orang tua. Aku juga belum rela waktu bermainku di masa kecil habis gara-gara aku harus tinggal di lingkungan pesantren yang cukup jauh. Tapi seusai MTs, bapakku dengan sangat tegas menolak tawaran ustadzku tadi, karena belliau punya rencana lain untuk memondokkanku di Annuqayah.Pesantren ini merupakan pesantren utama dari seluruh keluargaku. yah, seluruh keluarga besarku menamatkan studinya di pesantren ini kecuali ummi yang memang nyalaf di Pesantren Al-Is'af. Mau tidak mau, aku harus terima kenyataan bahwa aku akan segera ganti status menjadi SANTRI. Singkat cerita, di sana aku menemukan seorang guru sufi bagiku. Beliau itu cukup kharismatik di sekolah ini, masih muda, dan cerdas tentunya. Beruntung sekali beliau itu menyukai anak-anak di kelas kami. yup, dari berbagai kelas yang ada di sana, kelas yang sering dikunjunginya tentu kelas kami. Berisi orang-orang kreatif dan penuh semangat kata beliau... satu hal yang menarik dari beliau adalah pewarisan ilmu dan amal. Kami diajarkan terapi shalawat untuk merelaksasi tubuh dan pikiran ketika jenuh. Lakukan dengan ikhlas, rutin dan kita akan merasakan dahsyatnya energi  shalawat merasuk dalam jiwa kita. Setiap kali beliau mengajar, tidak pernah lupa mengawali mata pelajaran dengan terapi shalawat yang disertai gerakan-gerakan tertentu. 
Terapi shalawat ini masih sering kulakukan, apalagi ketika pikiran mulai gaduh tak karuan, maka terapi shalawat adalah obat andalan pertama kali yang kulakukan. Saking karena aku sering melakukan terapi ini, ketika pikiran kacau maka secara otomatis, tanpa aba-aba hati dan mulut ini komat-kamit dengan sendirinya. Tidak, aku tidak sedang ingin riya' di sini. Hanya saja mau berbagi sedikit tentang khasiat shalawat yang luar biasa. Bapakku yang sederhana saja hidupnya, tak pernah lupa mengingatkanku untuk bershalawat...Bapak tahu, aku ini takut "kendaraan cepat". yup, aku merasa takut ketika dibonceng naik motor dengan kecepatan di atas 60 km/h. Maka ketika aku mulai mengantuk dibonceng bapak saat menjemputku dari pesantren, si bapak menaikkan kecepatannya sehingga dengan sendirinya kantukku hilang dan rempong komat-kamit bershalawat untuk menenangkan diriku sendiri. Sesederhana itu, bapak mengingatkanku untuk tidak lupa bershalawat. 
Menurut hasil sebuah penelitian yang dilakukan oleh seorang mahasiswa UIN SYAHID Jakarta, membaca shalawat dapat menimbulkan kepuasan batin, perasaan senang, nyaman, sejahtera, karena memuji orang yang kita cintai, yaitu Rasulullah. Efek shalawat mempengaruhi psikologis seseorang, perasaan kita akan menjadi tenteram setelah membacanya. Kenapa? pertanyaan ini pernah muncul di benakku saat dulu bapak sering mengingatkanku untuk bershalawat kalau aku telponan malam-malam, nangis tak karuan. Ternyata jawabannya simple. Apakah kalian pernah membaca buku "the true power of water" yang di tulis oleh Masaru Emoto? Buku ini menjelaskan tentang keajaiban molekul air. Masaru Emoto, seorang peneliti Jepang mengungkap bahwa ternyata air sebagai salah satu makhluknya Allah, ternyata dapat merespon perkataan orang. Prof Masaru ini, melakukan sebuah penelitian dengan membandingkan 2 jenis air. Air yang pertama, diperlakukan dengan baik. Setiap harinya didoakan, dipuji, diberi perkataa-perkataan yang baik. Sementara air yang kedua, yaitu air yang diperlakukan sebaliknya. Air yang kedua ini, dimaki-maki, diberikan omongan yang jelek. Lalu, apa yang terjadi? Ternyata setelah kedua jenis air ini diperlakukan sedemikian rupa, kemudian dianalisis dengan menggunakan mikroskop, hasilnya adalah kristal air yang pertama sangat bagus. Sedangkan air jenis kedua, kristal yang terbentuk, pecah dan sangat jelek. Berdasarkan hasil penelitian prof Masaru Emoto, dapat kita ambil kesimpulan bahwa memang benar, ketika kita sering membaca shalawat, atau alquran maka yang terjadi adalah perasaan tenang, relaksasi tubuh kita bagus, muncul kepuasan bathin. Karena menurut ilmu biokimia, tubuh manusia itu 70% terdiri dari air. Sangat wajar, jika respon tubuh dan jiwa kita sangat bagus setelah membaca shalawat. Tidak salah jika sebagai muslim, kita menerapkan terapi shalawat ini sebagai relaksasi tubuh, toh sudah terbukti secara ilmiah kan? 
Mengenai efek terapi shalawat, aku sendiri mengalami banyak khasiatnya, yang tentunya tidak harus kutuliskan panjang lebar di sini. Rasakan sendiri nikmatnya.  Wanita yang sedang menstruasi, sangat disarankan untuk melakukan terapi shalawat, selain karena sebagai pengganti ibadah dari tilawah alquran, tentunya menjadi obat penenang. Pasti paham kan, kalau wanita sedang menstruasi, bawaannya ingin marah terus, ngajak berantem, dan emosinya cenderung tak terkontrol. Tidak hanya ketika pikiran galau amburadul, tapi terapi shalawat ini biasanya kulakukan untuk memfokuskan diri, terutama ketika hampir ujian, atau sedang murajaah... maka jangan lupa untuk menyambi dengan shalawat. Bulan Desember ini, kebetulan bulan maulidur Rasul, dimana kekasih kita Nabi Muhammad, dilahirkan pada bulan Rabi'ul awal, maka demi alasan apalagi kita tidak cinta bershalawat? 

*Tulisan ini sebenarnya tulisan lawas, yang masih masuk dalam draf dan baru kulanjutin hari ini. hahahaha

                                                                                                                  Yogyakarta, 07 Desember 2016

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar