Katanya aku ini begini, harus begini.... Well, kalau aku tidak begitu dia jadi marah. Aku sih bingung dengan muka jelimet dia yang lebih ngeri dari angka. Kok dia seringkali marah, seringkali ngedumel sendiri karena aku yang tidak mau mengikuti maunya. Ini kan kebebasan. Aku boleh jadi diriku sendiri, tidak harus seperti yang kau mau. Huufft tidak tau ya rasanya memendam perasaan? Aku sering kok tidak sepakat denganmu, sering kesel dengan kamu, tapi tidak lantas marah-marah seenaknya dengan ngotot kayak gitu.... Aku cuma ngaca pada diriku sendiri, bahwa aku tak suka dimarahin, tak suka diatur, tak suka orang lain ikut campur. Kamu harusnya paham dong, kalau kamu lagi ngeselin itu, mukaku udah kayak nenek Lampir mau nyakar kamu, Jambak rambutmu, jitak kepalamu pokoknya aku puas melampiaskan kemarahanku. Tapi tidak pernah kulakukan semacam itu. Aku memilih diam dan menepi dari jangkauanmu. Aku memilih hati yang damai agar tak terbersit membencimu. Aku memilih diam untuk mencipta damai sejahtera dalam batinku. Kamu suka bilang begini padaku "Va, kamu kok tahan sih seharian ini ga ngomong sama sekali denganku, padahal dari tadi ada aku di sini." Tak taukah kamu, di saat-saat seperti itu aku sedang meredam marah luar biasa denganmu. Kamu yang menjengkelkan, bicaramu yang tajam, menusuk-nusuk hingga hati yang paling dasar... Tidak sadarkah kamu untuk mengubah dirimu sendiri sebelum kau mendikteku dengan banyak hal, mengomentari kebisuanku, membicarakan kekonyolanku, mentertawakan hal-hal yang menurutmu ga penting. Heii, bahagia menurutku itu sederhana, kita bisa menciptakannya. Tidak mesti terlihat bahagia di mata orang lain, pamer begini-begitu di depan khalayak ramai, tidak.. aku tak seperti itu. Aku hidup dalam duniaku, imajinasiku, dan kau tidak berhak mengomentari sinis apalagi marah-marah dengan segala hal yang kulakukan tapi kau tidak menyukainya. Ini kan ranahku, kamu sadari itu. Aku menulis ini sebagai diary tulisan yg paling menyebalkan. Aku marah dalam tulisan ini hanya sebagai rasa kesal sesaat yang akan segera menghapus kemarahan yang membatin selama beberapa bulan terakhir ini. Aku juga manusia, berhak marah pada hal-hal yang tak ku sepakati, bukan cuma penikmat kemarahan orang lain. Tenang saja, ketika marahku mereda, aku akan menghapus tulisan ini dengan segera.
0 komentar:
Posting Komentar