Dear Allah.....
Pada suatu fase dimana hati dan pikiran benar-benar merasa lelah, jenuh dan membosankan. Tuhan, barangkali aku sanggup menahan segala sesuatunya sendiri, tapi itupun atas kehendakMu. Barangkali ketika akupun ingin menjerit ketakutan, ketidaksanggupan, orang lain mana peduli.... bahkan akupun tak sanggup bicara pada siapapun. Aku ini harus bagaimana? harus sesabar apa? harus seikhlas apa? harus sekuat apa? Bahkan ketika berkali-kali hidup itu selalu lebih kejam dari yang kubayangkan, rasanya aku ingin mundur berjuta-juta langkah untuk memilih bersembunyi dibalik tanah. Pengecut. Mungkin begitu yang akan orang katakan. Lalu apa peduliku?
Pada suatu fase dimana manusia-manusia yang lain selalu sibuk dengan urusan saya ini sudah cantik atu tidak, sudah seksi atau tidak, sudah menarik atau tidak, di sini aku sibuk bicara dengan Tuhan seraya mengemis tanpa lelah, akan hati yang terasa oleng seketika. Oh Allah, dulu aku pernah menjadi mantan kekasihMu, Lalu sekarang, dengan susah payah rasanya aku memikatmu kembali, menjadi kekasihMu lagi. Oh Allah, betapa getir rasanya langkah kakiku yang semakin hari semakin berkurang kecepatannya melangkah... tapi tak sekalipun aku berniat menjauh dari sisiMu. Oh Allah, betapa aku tak sanggup lagi menelan kecewa untuk kedua kalinya dengan posisi yang sama seperti ini, ataukah memang seperti ini jalan menujuMu Tuhanku?Oh Allah, penguasa hati dan seisinya, penguasa dunia dan seisinya, maka harus bagaimana lagi aku menenangkan hatiku yang terguncang oleh berbagai hantaman? harus bagaimana lagi aku siap menghadapi apapun seorang diri di perantauan? Oh Allah, rinduku padaMu membuncah, bahkan jauh lebih besar dari sakit ini. Oh Allah, andaikata tiada Engkau di hatiku, mungkin yang kualami tidak hanya rasa sesak di dada, tidak hanya rasa mual, dan pening sepanjang hari yang menyerangku, bahkan bisa jadi aku sudah menjadi gila untuk waktu yang tidak sebentar, atau bahkan hingga engkau mengirimkan Malaikat Maut menjemputku.Oh Allah, Tulisan ini terlalu lebay untuk kusampaikan, namun begitulah adanya. Aku ini masih sesosok hambamu yang lemah tanpaMu. Aku ini hanya sesosok gadis kecil yang linglung berjalan sendiri menapaki hidup yang terlalu terjal. Oh Allah, janganlah engkau cemburu lagi padaku seperti dulu, dimana aku lebih sering memelototi layar gadget dibandingkan membaca setiap lembar deretan firmanMu,dimana aku lebih sering berlama-lama membaca status-status orang-orang lebay di media sosial dibandingkan memutar tasbihku menafaskan namaMu, dimana aku justru betah berlama-lama nongkrong dan berkeliaran di dunia maya dibandingkan mengunjungi rumahMu untuk bersilaturrahmi dan curhat padaMu, janganlah Engkau cemburu lagi padaku seperti dulu, dimana aku berselingkuh dengan mereka yang ternyata bisa kapan saja akan mengkhianatiku, meninggalkanku dibandingkan aku bermesraan dengaMu kala orang-orang tengah menikmatti dengkurannya hingga waktu syuruk. Oh Allah, janganlah Engkau cemburu lagi padaku, tersebab kesalahan di masa laluku adalah batu loncatan sekaligus sebuah pembelajaran hidup untukku yang lebih baik di masa depan. Janganlah Engkau cemburu lagi padaku, jika suatu saat aku tertoleh pada hal-hal yang melenakanku kembali hingga aku lupa walau sedetik akan keberadaanmu. Oh Allah, suratku terlalu panjang kutuliskan di sini, namun ada beberapa hal penting yang ingin kukatakan lagi. Terimalah aku sebagai kekasihMu kembali, Bukakanlah pintu rumahMu agar aku bisa berceloteh kembali denganMu, bermanja-manja denganMu, bisa kapanpun semauku untuk merengek seperti anak kecil minta balon pada ibunya, bisa minta apapun yang kuinginkan saat itu juga, karena bagaimanapun aku menurut pandangan orang, aku tetaplah gadis kecil yang linglung berjalan sendirian tanpa petunjukMu. Aku hanyalah sesosok gadis kecil yang pernah bercita-cita menjadi wasilah bagi kai dan ummi mendapatkan cinta dan ridlaMu.
*Peraduan Mimpi Asrama Pondok Pesantren UII Yogyakarta, 13 Oktober 2016. 19:37 WIB.
0 komentar:
Posting Komentar