Nathan, ada satu penegasan yang tak bisa kupungkiri. Aku mulai sakauw sejak percakapan kita pertama kali. Lalu Nathan, ada perihal takdir paling pahit yang harus kutelan sendiri. Tanpa kamu Nathan, tentu saja begitu.

    Setitik demi setitik air itu berjatuhan dari kelopak mata, menderas di bawah hujan pertama bulan Januari. Aku pun menguatkan diri menolak kenyataan yang tak bisa kuterima. Bahkan, aku sempat mendemo Tuhan waktu itu. Kenapa hanya padaku semua terlimpahkan?

    Nathan, suatu kali aku ingin bercerita kembali tentang lautan darah kematian yang pernah terjadi 20 tahun yang lalu. Tapi, entah takdir pahit semacam apalagi Nathan, yang menamparku berkali-kali  untuk menjauh. Namun jawabanmu itu sungguh menegarkan, jawaban lelaki tangguh yang pantang mengkhianati janji. Lirih dalam doa, membentangkan seribu harap dalam peluk tangismu di penghujung fajar.

    Nathan, aku bukan gadis pengecut yang mudah menyerah dalam satu kali jatuh. Tapi Nathan, untuk kali ini saja biarkan aku tenggelam dalam kekalahan, biar aku jera melakukan kebodohan yang sama, biar aku belajar ikhlas atas segala keputusan salah yang pernah kupilih. Temani aku saja Nathan, tanpa harus kau menatap benci padaku yang semakin kelihatan bodoh di matamu. Jangan kau lepas genggamanmu ini hingga aku berani bangkit kembali dari masa-masa keterpurukan. Terbengkalainya mimpi oleh sebuah janji manis yang tak kan terlunasi.

    Suatu hari, aku akan belajar mencintai dengan sempurna. Cukup dengan melihatmu utuh tak meninggalkanku larut dalam luka lama. Sepanjang hari itu, aku akan merayakan kehilangan yang pernah membuatku tersungkur jatuh terjerembab ke jurang yang sama. Tapi aku tak pernah lupa Nathan, tangan kekarmulah satu-satunya orang yang punya rasa cinta lebih dalam dari rasa kecewa menyeretku bangkit kembali. Hari itu pula aku akan merayakan sebuah peristiwa sakral dalam sejarah hidupku, menerimamu secara ikhlas bahwa kau menjadi seperempat bagian hati yang telah retak beberapa hari yang lalu.

*Kenang-kenangan untuk sebuah hujan pertama yang kekal di penghujung Januari.

Eva Edelweis, Yogyakarta 31 Januari 2017.

   Katakanlah malam ini aku sedang bergerilya menuju quote-quote menarik untuk kubaca. Sedikit ada inspirasi pengisi hati yang kosong." Ini malam minggu loh..." kata seorang gadis berjilbab orange padaku. "Lalu kenapa dengan malam minggu?" Seakan aku tak peduli entah malam minggu atau malam jumat sekalipun, bagiku serasa sama saja. Sama-sama menakutkan. Bukan, bukan karena aku jomblo seperti yang kau kira. Tapi aku takut rasa ini tumbuh lebih cepat menjalar ke seluruh tubuh dan pikiranku. Bisikan-bisikan lembut lagu yang kuputar sedari tadi begitu mendamaikan hati yang sedang bergejolak. Ini mustahil, jantungku sedari kemarin berdetak seolah lebih cepat dari biasanya. Hatiku pun ramai oleh banyak hal, termasuk tentang seseorang.

   Benarkah aku sedang jatuh cinta? entahlah, aku bingung mendefinisikannya. Tersebab biasanya aku hanya akan bernyanyi diam-diam menyenandungkan lagu-lagu favorit di sepanjang jalan menuju kampus. Jika aku bertatap dengan setiap orang di sepanjang trotoar, rasanya aku tak ingin berhenti tersenyum lepas, saat aku pun mulai memasuki ruangan kerja, senyum itu rasanya belum mati, kubayangkan wajahku semakin manis karena hal ini, tapi entah bagi orang lain yang melihatku, kurasa mereka mungkin berpikir aku sedang terlelap dalam mimpi indah sambil berjalan. Semacam orang aneh, barangkali.

   Umumnya orang yang jatuh cinta itu berisik, entah di sosial media atau di dunia nyata sekalipun. Begitupun aku, saat aku jatuh cinta rasanya blog ini serasa ramai oleh ocehanku. Kau barangkali tak pernah tahu rasanya aku kehabisan kata-kata menyampaikan seluruh perasaanku. Tenggelam dalam lautan kalimat basa-basi dan aku seringkali kecewa karena perasaanku belum tersampaikan secara sempurna. Apa jatuh cinta serumit itu? 

   Sempat aku kecewa kenapa baru sekarang aku jatuh cinta? kenapa tidak dari kemarin, saat aku masih bebas memandang setiap orang semauku, saat aku masih bebas menjadikan setiap orang sebagai sumber inspirasiku? kenapa tidak dari kemarin, saat aku masih bisa tertawa lepas bercanda dengan siapapun, kenapa baru hari ini, saat aku menyadari ada belenggu yang mengitariku. Kenapa baru hari ini saat gerakan satu langkah kakiku seolah menarik ribuan perhatian orang lain? 

   Barangkali, aku pernah mengutuki rasa cinta semacam ini. Mengutuknya menjadi ribuan kata yang tak jelas, melilit-lilit dalam lembaran kertas kosong, menjadi makian paling mengerikan, dan yang kau baca ini adalah salah satu bentuk kutukan perasaan "jatuh cinta" menjadi kalimat-kalimat panjang yang tak jelas maksudnya. Apa jatuh cinta serumit itu? sampai-sampai tulisan ini benar-benar kosong maknanya. 

   Orang yang sedang jatuh cinta biasanya suka membaca quote-quote menarik, jika cocok dengan suasana hatinya maka ia akan membacanya berulang-ulang, jika dirasa tidak sesuai, ia membuangnya begitu saja. Kadang jatuh cinta memang bisa membuat seseorang pilih-pilih pepatah gitu. 

   Jatuh cinta pun sanggup meningkatkan daya imajinasi seseorang, kau tak percaya? sini, kubisikkan ke telingamu kalau aku benar-benar mengalaminya hari ini. Ia menjelma siapapun yang kutemui di sepanjang jalan, lalu kulemparkan senyum tanpa alasan. Ia kadang menjelma jadi gelas-gelas beaker, jadi tabung reaksi, jadi erlenmeyer, jadi larutan-larutan kimia, jadi apapun yang berada di sekelilingku. Bahkan diapun menjelma jadi setiap tulisan yang kutumpahkan di sini, menenggelamkanku seorang diri untuk betah melukiskan apapun tentang dia. Hal ini masih lumrah, tapi yang lebih parah adalah imajinasiku yang liar kadang mengantarkanku pada sebuah kesimpulan yang konyol "Dia juga jatuh cinta padaku" sehingga segala yang dia lakukan menjadi sesuatu yang istimewa, padahal sebenarnya biasa-biasa saja. 

   Satu pertanyaan yang pernah menyudutkanku di suatu sore, sebuah alasan kenapa aku menjadi begitu liar menuliskan banyak hal di blog pribadi? kenapa aku masih menyempatkan diri meluangkan waktu untuk menulis di sini? Jawabannya sederhana. Hati, jiwa, pikiran yang sedang jatuh cinta itu bisa dikendalikan saat aku mulai menulis. Aku memutuskan diri untuk jatuh hati pada sebuah bayangan yang pernah datang dalam sebuah mimpi di suatu malam, seseorang yang entah seperti apa wujud nyatanya namun aku menjadikannya sumber inspirasi di setiap lembaran yang kau baca di sini. Barangkali aku sedang mengalami de Javu? akupun tak mengerti. Aku hanya menikmati perasaan semacam ini sepanjang hari. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 28 Januari 2017.


#Tantangan 10 Hari Menulis Bersama Kampus Fiksi

Kali ini aku harus menuliskan tentang sebuah janji pada diri sendiri untuk tidak mengulanginya lagi. 
1. Aku berjanji tidak akan menyukai orang yang sama untuk kedua kalinya. 
     Aku pernah menyukai seseorang, meski hanya sekedar menyukainya diam-diam tanpa sedikitpun kutampakkan bahwa aku sedang menyukainya kecuali bahasa mata yang tak pernah bisa berbohong kala aku berpapasan dengannya. Hari ini entahlah bagaimana kabarnya, namun yang pasti aku harus mampu menghapus rasa suka itu menjadi hilang dan bersih tanpa sedikitpun ada perasaan yang tersisa.Seandainya pun Tuhan masih mentakdirkan untuk bertemu, bahkan ketika kesempatan itu masih ada untuk kedua kalinya aku tak ingin menyukai dia kembali seperti dahulu kala. setidaknya ketika aku mulai sakauw dengan perasaan yang sama, janjiku ini tertulis secara rapih di sini sebagai pengingat yang kekal untuk melupakannya. 

2. Aku berjanji akan disiplin dalam memanage waktu
    Aku berjanji pada diriku sendiri untuk memanfaatkan waktu luangku dengan hal-hal yang bermanfaat. Aku pun berjanji tidak akan lagi suka menunda-nunda melakukan pekerjaan yang bisa kulakukan saat itu juga. Karena baru kusadari aku ini hobby sekali menunda-nunda waktu, bahkan meskipun beberapa kali kudapatkan sanksi atas perbuatanku yang satu ini, aku masih belum jera dengan hobbyku ini. 

3. Aku berjanji akan tetap menjadi "santri" selamanya
   Aku memang nakal, tapi aku tak pernah lupa pada jati diriku sebagai santri. Meskipun sempat aku nyaris terbawa oleh lingkungan yang pernah kutinggali, aku berjanji dimanapun aku berada, dalam kondisi apapun, aku tetap akan berprilaku sebagai sosok seorang santri. Bahkan meskipun aku bukan lagi anak pesantren, hanya sebagai alumni dan bahkan hanya nyantri dalam waktu yang cukup singkat. Aku tetap berjanji menjaga "kesantrianku" dimanapun aku berpijak.

Akhirnya sampai di sini juga batas akhir writing challenge bersama kampus fiksi. Purna sudah tulisanku melunasi semua tema-tema yang ditentukan oleh admin. Rasanya baru kemarin aku menuliskan hari pertama yang menyusul hari kedua dengan tenggat waktu yang cukup singkat. Meski pada akhirnya aku telat posting, ternyata sampai pula pada akhir perjalanan. Oh tidak, ini bukan akhir perjalanan namun awal perjalanan.  Terimakasih kampus fiksi yang telah dengan sengaja memanage pikiran kita untuk memperoleh inspirasi menulis. Semoga ada kelanjutan event selanjutnya yang lebih bikin gereget lagi untuk blogging. Sampai jumpa di tulisan berikutnya, Tetap setia guys mengunjungi rumah laba-laba edelweis :) Thanks so much for your visit. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 27 Januari 2017


#Tantangan 10 Hari Menulis Bersama Kampus Fiksi
Suatu hari aku pernah berpikir ingin menulis surat untukmu, lalu entah kesibukan macam apa yang membuatku begitu tidak punya waktu untuk menuliskannya. 

    Dear kamu, seseorang yang pernah hadir membawa sebentuk senyum dalam waktu yang cukup lama. Apa kabarmu hari ini? kuharap kau selalu baik-baik saja. Aku rindu senyum hangatmu, dan aku benar-benar merindukannya. Beberapa tahun yang lalu Tuhan mentakdirkan kita berkenalan tanpa sengaja di sebuah kampus di tanah Jawa, dan aku baru tahu ternyata kita sama-sama berstatus sebagai delegasi kampus kita masing-masing mengikuti ajang perlombaan yang sama. Kau pernah bilang padaku bahwa untuk meraihku kau butuh waktu sekitar 1 tahun untuk mengenalku saja. Hahahaha.. 

    Hari ini aku merindukanmu, tidak hanya hari ini tapi hampir setiap hari, bahkan kadang aku benci dengan diriku yang macam gadis pesakitan karena rindu. Heii, aku rindu sahabat sepertimu cery yang tak pernah lupa pada jadwal kuliahku. Ini lucu sekali, bahkan aku sendiri kadang sering telat karena lupa ada jadwal kuliah di jam itu tapi kamu mesti menghubungiku setengah jam sebelum kuliah. Aku rindu dengan cery yang selalu menjadi pendengar setia keluh kesahku, dan kau bahkan mau-maunya menjadi tempat pelampiasan kemarahanku... Yang ku tahu kau selalu memberi waktu untuk berusaha selalu ada saat aku mencarimu. Suatu hari, aku panik luar biasa saat mau presentasi hasil laporan magang selama 1 bulan. Kau menjadi pendengar pertama saat aku mulai latihan, dan kau seolah paham pada apa yang kubicarakan padahal aku tahu kau pura-pura paham atas penjelasanku yang semakin lama semakin membuatmu migrain, saat aku bilang kenapa cery terlalu baik denganku kau bilang bahwa kau hanya suka melihat caraku tertawa dan kau ingin menjadi alasanku tertawa lepas bahagia. Kau benci saat aku mulai menangis sesenggukan, kau benci saat aku tertunduk lesu dalam kekecewaan.
    Maafkan aku cery yang suka sewot dengan kamu yang kadang ga pake parfum saat bertemu, aku cuma ga mau kamu terlihat kucel dan terlihat tidak terawat. Aku mau sahabatku yang satu ini enak dipandang, wangi, dan terawat. Maafkan aku yang suka mempermasalahkan dirimu yang menyukai makanan fast food seperti mie instant, tapi aku cuma khawatir dengan keadaanmu. Kalau kamu sakit, siapa yang mau diajak ngoceh malam-malam hanya untuk menghilangkan kantuk saat aku begadang untuk menyelesaikan tugas kampusku? Kalau kamu sakit, siapa yang mau menjadi partner paling asyik untuk diajak menangis dan tertawa bersama? Kalau kamu sakit siapa yang akan membantuku menyelesaikan tugas kuliah asramaku? kamu kan tahu cery, aku tak punya  sahabat yang lebih tulus dari seorang kamu. Orang-orang hanya mendekat saat ada perlunya saja, lalu menjauh saat ia mendapatkan apa yang dia peroleh. Kau kan tahu cery, kau adalah seseorang yang mau ajak  gila bareng saat liburan, kamu yang mau diajak susah kemana-mana direpotin oleh gadis paling bawel ini.  Maafkan aku yang suka marah dan kesel tapi percayalah aku hanya tak mampu menunjukkan rasa sayang dengan baik dan lembut. As you know me so well, aku tidak pernah benar-benar bisa marah dengan orang lain apalagi kamu, sahabat terbaik yang pernah kukenal. 

     Cery, aku tidak tahu harus nulis surat semacam apa untukmu, tapi sungguh dari hati yang terdalam aku benar-benar rindu cery. Mengenalmu adalah bagian terindah sepanjang hidup, meski pada akhirnya kita berpisah tersebab satu alasan yang tak hendak kau bicarakan. Suatu kali kau memintaku menemanimu hunting buku di kota, tapi yang terjadi bukan aku yang menemanimu hunting buku tapi justru kau yang menemaniku menyelesaikan tugas kuliah asrama sampai kau tertidur pulas di masjid keraton. Namun kau bilang, bahwa kau tidak menyesal jauh-jauh ke kota tanpa satupun buku yang kita peroleh karena waktu luang sedetik yang kita lewati tak ada satupun yang tersia-sia. Sepanjang perjalanan hujan mulai turun, dan darisitulah sampai detik ini aku mulai kurang menyukai hujan karena setiap tetesnya adalah ingatan tentang kamu. Hujan terakhir yang memisahkan kita dengan jarak yang begitu jauh bahkan akupun tak terlalu yakin akan bertemu lagi suatu hari nanti. Aku takut, akan menangis lemah di depanmu. Akupun tak sanggup melihatmu lagi yang memutuskan pergi tanpa alasan bahkan kau sama sekali tak pamit denganku. 

   Cery, kita bertemu pertama kali di Jogja dan kuharap akan bertemu kembali di kota yang sama. Melepas rindu yang tak pernah tuntas walau kutuliskan hingga beribu halamanpun di sini. Aku merindukan setiap waktu yang pernah kita lewati di kota ini. Orang bilang, jogja terbuat dari serpihan rindu yang memanjang. Yah, suatu hari saat aku meninggalkan kota ini, rinduku tak pernah hilang tetap kekal di sudut Masjid keraton, di sepanjang jalan Malioboro, di persimpanagn Tugu, di halte-halte Trans Jogja, di sepanjang taman pintar, di sepanjang Kaliurang, disanalah rinduku memanjang bertaburan, semakin hari tumbuh subur tanpa pernah tahu kapan rindu itu akan terwujud dalam sebuah pertemuan. Tapi cery, meskipun aku tidak tahu alasanmu pergi tanpa pamit aku tak pernah membencimu walau sedetik. Kita pernah janji kan, akan saling mendoakan yang terbaik apapun yang terjadi, bahkan meski kita hari ini ini slaing berjauhan.Salam rindu untuk Cery yang entah dimana, dari aku yang masih melebur rindu  sepanjang waktu. 


Eva Edelweis, Yogyakarta 27 Januari 2017


#Tantangan 10 Hari Menulis Bersama Kampus Fiksi
Hai para pembaca setia...semoga kau selalu berbahagia. Kali ini aku akan menuliskan 5 fakta tentang eva, biar kamu sekalian yang belum benar-benar mengenalku tidak underestimate duluan, apalagi dengan mudahnya menjudge seseorang.

1. Cewek jutek, aslinya aku ramah kok :)
   Pertama kali melihatku, orang lain selalu mengatakan bahwa aku ini jutek sekali, cuek banget dengan orang lain. Padahal mah, aslinya aku ramah kok dengan orang lain. Serius. Malahan ada yang bilang aku ini bisa diajak bergaul dengan siapapun, tetap nyambung dan ramah pada siapapun. Tapi terkadang aku berubah menjadi jutek sekali dengan orang lain ketika dalam kondisi tertentu. 

2. Gadis pendiam, aslinya cerewet
    Beberapa orang mengenalku sebagai gadis pendiam, hahhh? serius, aku pingin ketawa kalau ada yang ngomong begini. Yup, dalam situasi tertentu aku terkadang menjadi begitu pendiam dalam keramaian dan dalam situasi yang lain aku menjadi seseorang yang paling cerewet. Kubisikkan padamu kenapa aku bisa memposisikan diri sebagai seseorang yang seolah memiliki kepribadian ganda. Aku menjadi cerewet di depan orang-orang yang kurasa nyaman berbicara dengannya, akupun menjadi cerewet ketika berkumpul dengan orang-orang yang tidak membuatku malu menunjukkan siapa diriku yang sebenarnya. Akupun mendadak menjadi pendiam ketika berada di depan orang yang kurasa tidak terlalu nyambung untuk kuajak ngobrol, tidak nyaman untuk kuajak becanda, dan berkumpul dengan mereka orang-orang yang kurasa tidak terlalu penting mendengarkan ocehanku. Namun, satu hal yang pasti aku bukan gadis pendiam seperti yang pernah kau katakan, jika aku diam artinya aku bersembunyi dalam sebuah topeng yang berbeda bukan eva yang sebenarnya.

3. Rajin, aslinya pemalas
   Aku tuh kadang geli yah dengan orang-orang yang suka ngintip saat aku tenggelam bersama laptop. Dia pikir aku belajar, padahal mah ga selalu begitu, kadang cuma sekedar streaming, atau membaca komik . hahahah kubongkar nih biar kau tak husnudzan padaku kalau aku ini rajin. Seringkali orang mengatakan aku ini rajin, dalam hati tuh rasanya pingin nangis.. seolah aku disindir.. :( Orang lain belajar, biasanya aku tepar bersama bantal. Bahkan saat ujian, teman-temanku ngopi biar bisa begadang tapi aku memilih tidur lebih cepat biar aku ga ngantuk di saat ujian. Belajarnya kapan? yah saat masuk kelas. Disitulah aku sedikit rajin mencatat hal-hal yang diterangkan dosen. Disitulah aku rajin bertanya, entah pada dosen atau pada teman yang pinter. 

4. Aneh padahal unik
   Seringkali orang itu menjudge orang lain dari sudut pandang dirinya sendiri tanpa peduli pada sudut pandang yang lain. Ketika ada hal-hal tertentu yang tidak sesuai dan tidak cocok seperti yang ia pikirkan lantas dengan mudahnya ia mengatakan "aneh" padahal menurutku lebih bijak jika kau menyebutnya sebagai hal yang "unik" seandainya kau mau berpikir positif terhadap orang lain. Aneh menurutmu, kadang itu menjadi hal yang unik menurut orang lain. Aku mengatakan diriku unik karena tidak ada yang menyamai satupun seperti aku, so tolong kalau bicara itu hati-hati guys jangan langsung bilang si eva itu aneh.

5. Ngeyelan padahal penurut
   Sudah bukan kalimat yang asing lagi bagiku jika ada yang mengataiku ini ngeyelan. Yup aku mengakui kalau aku ini ngeyelan tapi menurutku aku ini anak yang penurut kok. Cuma kan begini guys, ketika aku punya pendapat, gagasan yang berbeda dengan orang lain terkadang orang itu tidak mau mendengarnya terlebih dahulu, lantas mengataiku sebagai orang yang ngeyelan. Aku itu cenderung menuruti nasihat orang lain apalagi jika mereka itu orang tua, dosen, namun aku tak pandai mengkomunikasikan sesuatu untuk menyuarakan pendapatku dengan baik sehingga aku dibilang sebagai gadis yang ngeyelan. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 26 Januari 2017
#Tantangan 10 Hari Menulis Bersama Kampus Fiksi
Selamat pagi... Tulisan ini memenuhi tantangan 10 hari menulis bersama kampus fiksi, setelah sekian hari diriku mutung karena eksperimen di lab gagal berkali-kali, ditambah lagi kondisi kesehatan yang tidak mendukung.... Jadinya mohon maap telat yak....

"Ud'uunii istajib lakum"
   Kamu merasa tidak asing dengan kalimat tadi kan? yup, itu bukan kalimat bikinanku tapi janjinya Allah yang ada dalam Al-Quran. Setiap kali aku merasa diriku tak bisa apa-apa, segala usaha telah kulakukan namun hasilnya tak memuaskan barangkali aku hanya punya satu keyakinan bahwa dengan do'a, Tuhan akan mewujudkan lebih cepat dari segala apa yang kuharapkan. "Berdoalah padaku, niscaya aku akan menjawab doamu" kira-kira begitulah maknanya. 

    Kamu percaya Tuhan kan, maka mintalah segalanya pada Tuhan, karena janji Tuhan itu pasti. Jika kamu pernah merasa doamu tidak terkabulkan, barangkali ada kesalahpemahamanmu tentang do'a. Aku pernah menuliskannya di postingan  tulisan tahun lalu, untuk membacanya lebih lanjut kamu bisa mengunjunginya di halaman ini http://evaedelweis.blogspot.co.id/2016/11/tuhan-itu-maha-oke-loh.html. Aku pernah mengalami hal-hal tersulit selama masa perkuliahan, tidak hanya tentang urusan studi bahkan segalanya aku pasrahkan dalam wujud do'a untuk mengiringi segala upaya yang pernah kulakukan. Bahkan, hanya doa yang menjadi satu-satunya penguatku untuk tidak lagi menangis berhari-hari larut dalam kesedihan, menyerah dan kecewa dengan kenyataan yang tak sesuai dengan harapan, yah hanya do'a yang kuandalkan. Meski, ketidakmungkinan itu semakin nyata di depan mata, aku masih tidak bosan untuk menghembuskan segala ingin pada Tuhan, aku masih belum lelah dengan doaku sendiri. Karena memang hanya do'a yang mampu mengubah ketidakmungkinan menjadi mungkin. :) Satu keyakinan yang pasti, bahwa Tuhan akan menjawab segala pinta dengan jawaban terbaik, meskipun kadang melenceng dari harapan kita. Jangan lelah berdoa, itu saja yang selalu kuingat sepanjang hidupku. Jika dalam berdo'a saja kau lelah, lalu dalam bentuk apa kau hendak bicara atas segala ingin yang bersarang dalam kepalamu Va?

Eva Edelweis, Yogyakarta 26 Januari 2017
#Tantangan 10 Hari Menulis Bersama Kampus Fiksi
Assalamualaikum para pengunjung rumah laba-laba... mohon maaf tulisan ini telat posting karena kondisi kesehatan yang kurang baik. Kali ini aku mencoba mengingat kembali kira-kira apa yang pernah diremehkan orang lain namun bagiku merupakan suatu kebanggaan tersendiri, sesuai tema yang diminta oleh kampus fiksi yukk luangkan waktu sebentar saja...

        Eva, begitulah ibuku memanggil namaku. 21 Tahun yang lalu, aku dilahirkan ke dunia oleh seorang ibu yang luar biasa. Dibesarkan di lingkungan yang boleh dibilang mayoritas masyarakatnya lulusan MI-Mts. Namun, kabar bahagia untuk seorang eva adalah eva terlahir dalam keluarga yang mengutamakan pendidikan, baik itu pendidikan di pesantren atau di sekolah umum. Tulisan ini kumuat di blog pribadi bukan semata-mata niat menyombongkan diri apalagi merendahkan orang lain. Tidak sama sekali. Namun, hanya sebatas kenangan terindah sepanjang hidup.

      Masa kecilku begitu menyenangkan, aku benar-benar menikmati masa-masa kenakalan yang luar biasa. Yah, jangan dikira aku itu anak penurut, cantik, anggun atau semacamnya. Eva kecil yang nakal, menyebalkan itu kawannya bukan anak perempuan, tapi laki-laki. Mainannya bukan boneka, tapi bedil. Makanya ikutan nakal. hahahha. Orang-orang tak menyukaiku karena aku yang nakal pada teman-teman perempuanku. Namun, eva yang nakal ternyata telah memasuki usia remaja. Tibalah aku di pesantren, mungkin biar aku segera tobat dari kenakalanku. Tanpa terasa, masa-masa tersulit di pesantren telah kulalui, saatnya aku melanjutkan studi. Aku menyukai kimia sejak kelas pertama SMA, kuniatkan bulat-bulat untuk suatu saat aku belajar kimia lebih dalam lagi. Bagaimana reaksi keluargaku? woooaah sempat putus asa karena mereka tak mengijinkanku keluar dari pesantren. Namun, inilah takdir Allah yang lebih kuasa dari apapun, hari ini tulisan ini ditulis oleh mantan anak nakal lulusan kimia. hahahha. 

     Inti ceritanya begini, aku mampu menaklukkan hati orang tua untuk meyakini betul bahwa aku bulat dalam keputusanku untuk menekuni kimia. Ketika aku pulang kampung tahun pertama, orang-orang mulai menunjukkan rasa ketidak sukaannya padaku yang katanya nyeleneh kuliah bidang itu. Mereka mulai mempertanyakan apa yang kupelajari, apa manfaatnya buat masyarakat, akan kemanakah aku ketika lulus, meremehkan aku yang nakal tidak bisa apa-apa hanya membuang-buang duit orang tua saja, sampai ada kata-kata yang begitu menyebalkan, yang tak pantas aku tulis di sini. Namun, tetesan air mata itu terhapus oleh semangat ayahku yang tak henti ia suntikkan. Ayahku selalu berpesan bahwa aku belajar ke tanah rantau bukan untuk menjadi apa-apa, bukan untuk menjadi siapa-siapa, namun untuk belajar dengan baik dan tekun. Untuk suatu saat, segala pelajaran yang pernah aku dapat entah itu di bangku kuliah atau dalam kehidupan sehari-hari, akan menjadi manfaat untuk diriku sendiri dan orang lain, kelak ketika aku terjun dalam masyarakat. Cukuplah aku menjadi anak gadis ayah yang baik, yang tak lupa pada jati dirinya seorang santri, dimanapun ia berada.  Jangan sampai mengecewakan dan mencoreng nama baik keluarga dengan hal-hal yang diluar batas perilaku seorang santri. Ayahkupun tak menuntut aku menjadi seorang pelajar yang harus memiliki nilai IPK yang melangit, namun ayahku kesal jika aku malas-malasan belajar. Pesan ayah selalu kuingat baik-baik, bahwa aku tak perlu peduli dengan omongan orang lain cukup rajin "belajar" saja.

         Memasuki tahun kedua, barulah harapan itu terjawab. Anak gadis ayah membawa kabar gembira, karena baru saja ia dinyatakan sebagai penerima beasiswa Dikti dan Pesantren. Kejutan ini sebagai jawaban untuk mereka yang meragukanku, meremehkan seorang santri yang nyeleneh belajar "mau merakit bom" katanya, mengabaikan aku yang hanya punya modal  "Tekad bulat" tanpa punya modal yang lain. Tahun kedua, entah hadiah semacam apalagi yang Allah tunjukkan pada ayah, bahwa anaknya yang dulu nakal telah benar-benar tobat dari kenakalannya. Ayah mulai percaya padaku bahwa aku bisa bertanggung jawab atas pilihanku, karena ternyata kimia tak serumit jalan cintamu mas broh... hahahhaha. Meskipun rumit, aku melunasi janjiku pada ayah untuk belajar dengan baik. Pulang kampung, aku tak lagi malu untuk bertemu dengan orang-orang yang dulu mengenyekku, aku tak lagi kaku berbicara dengan mereka yang pernah mengataiku ngabis-ngabisin duit orang tua, padahal mending belajar agama daripada kimia. Ah, apa yang kualami tak sesederhana tulisan ini. Pernah stres kalau pulang kampung, karena takut jadi bahan omongan orang. Namun, belajar dari sebuah pengalaman yang cukup menegangkan untuk anak pertama sepertiku, aku sudah mencoba membuktikan pada ayah bahwa ayah tak perlu khawatir melepas anak gadisnya ke tanah rantau, takut melakukan hal-hal yang bisa saja mengecewakan dan memalukan keluarga. Aku mencoba membuktikan pada ayah, bahwa aku bukan lagi anak gadisnya yang nakal dan menyebalkan tapi, aku sudah tumbuh menjadi remaja yang siap bertanggung jawab atas segala keputusan hidup yang aku pilih di masa depan. 

    Sekali lagi kutuliskan bahwa aku tak berniat menyombongkan diri, tapi hanya sebatas jejak hidup bahwa aku pernah berhasil memperjuangkan sesuatu meski cukup sederhana. Aku termasuk dari gadis yang beruntung, diberi kesempatan belajar sesuai minat hingga di bangku kuliah dibandingkan dengan gadis-gadis lain didesaku. Tidak hanya itu saja, aku berterimakasih untuk UII dan Dikti telah menggratisin aku kuliah, hihihi... semoga aku bisa lanjut kuliah dengan gratis lagi yah.. :). Aku masih ingat bagimana dulu saat interview tentang motivasiku belajar kimia jauh-jauh dari pulau garam. Karena jawabanku masih sama, aku ingin desaku yang pernah tertinggal, terlahir dari sana generasi-generasi cerdas untuk menjadikan pulau garam minimal hampir menyerupai jogja, sebagai kota pendidikan. Tidak akan ada lagi dikotomi antar ilmu, tidak akan ada lagi perempuan yang diremehkan karena nekat "nyeleneh", tidak akan ada lagi ceritanya pendidikan tinggi hanyalah milik mereka berjenis lelaki. Semua bidang ilmu pengetahuan memiliki muara yang berbeda dan punya jatah untuk dimanfaatkan sebaik-baiknya tanpa pandang ilmu agama atau bukan.


Eva Edelweis, Yogyakarta 25 Januari 2017
#Tantangan 10 Hari Menulis Bersama Kampus Fiksi

     Berbicara tentang film, sebenarnya aku bukan gadis yang suka nonton. Aku meluangkan waktu untuk nonton hanya ketika libur panjang pulang kampung dengan bekal film yang cukup banyak hasil copyan dari teman. Nonton di bioskop pun tidak sering, cuma sesekali saja, kalau ada duit berlebih. hahahha. Tapi meskipun jarang nonton, aku ini suka sekali dengan film-film Bollywood bahkan sejak aku masih berusia 7 tahunan. Namun bukan berarti aku tidak tertarik dengan film jenis lain semisal film Indonesia, Thailand, dan Hollywood. Banyak sekali film-film yang kusuka, dari berbagai genre mulai dari romance, action, dan yang lainnya. Tapi kali ini cukup beberapa judul film saja yang bakal kutulis di sini. Lain kali jika punya ide, aku akan menuliskannya di lain waktu untuk sekedar review film. 

Tiga film apa yang paling berkesan? 

      Pertama, film "I'm not stupid" sebuah film Singapura yang rilis pada tahun 2006, yang disutradarai oleh Jack Neo. Film ini merupakan sebuah film satir tentang kehidupan 3 pemuda yang sama-sama memiliki hubungan buruk dengan keluarganya. Kenapa film ini termasuk dari kategori film yang mengesankan? karena akupun pernah mengalaminya. Sebagai seorang anak, aku belajar bagaimana seharusnya aku mengkomunikasikan sesuatu dengan orang tuaku sendiri, pun sebagai anak aku belajar untuk memahami segala sesuatu yang terkadang keinginan kita tidak sepaket dengan keinginan orang tua. Untuk orang tua, di sini digambarkan dengan sangat jelas bahwa mereka itu tidak seharusnya egois dengan kehendak mereka sendiri, sebagai orang tua seharusnya memahami talenta dan minat yang ada pada anaknya bukan hanya sekedar melulu menuntut untuk mengikuti kehendak mereka apalagi memaksakan sesuatu yang bukan passionnya. Bahkan, seharusnyalah orang tua itu mensupport anaknya sendiri untuk berkembang lebih baik sesuai dengan talenta yang ia miliki. Jadi, seseorang itu dikatakan pinter bukan hanya karena dia jago matematika, fisika, namun seorang blogger seperti Tom Yeo pun termasuk dari orang yang pinter. Film ini cukup menarik bagiku karena sang produser benar-benar menyajikan secara apik sehingga pesan yang ingin dia sampaikan pada penonton benar-benar mengena dan nyangkut dalam perasaan, filmnyapun tidak monoton karena ada beberapa adegan tertentu yang cukup kocak sebagai penyegarnya. 

      Kedua, film "Three Idiots" sebuah film bollywood yang disutradarai oleh Vidhu Vinod Chopra, yang mana jalan ceritanya ditulis oleh Rajkumar Hirani. Sebuah film yang ditulis sebagai sebuah kritik keras untuk dunia pendidikan. Film ini termasuk film yang cukup mengesankan karena terkesan pada karakter seorang tokoh utama bernama Ranchoddas yang begitu istimewa. Film yang mengisahkan tentang kehidupan dunia perkuliahan yang cukup mengasyikkan, jika kita mampu menikmatinya dan menjalaninya seperti seorang Ranchoddas yang luar biasa cerdas dan mengagumkan. Akupun pernah membayangkan kehidupan nyata untuk berperan sebagai Rancho, seorang mahasiswa yang berotak cerdas, kritis terhadap beberapa kebijakan yang ditetapkan di kampusnya. Tidak hanya itu saja, seorang Rancho menyadarkan kita bahwa sebuah institusi pendidikan semacam universitas bukanlah tempat untuk mendapatkan nilai ipk yang bagus, lulus dengan nilai sempurna, namun lebih dari itu semua. Universitas tempat mahasiswa untuk belajar secara serius, menggali sebanyak-banyaknya ilmu untuk kemudian dipraktekkan dan dimanfaatkan suatu hari nanti saat mereka kembali ke kampung halamannya masing-masing. Kita bisa sukses jika kita benar-benar serius mendalami bidang yang kita minati, bukan hanya sekedar sukses yang berupa angka dalam ijazah dan kekayaan harta yang bisa kita kumpulkan sebanyak-banyaknya, Namun sukses lebih dari sekedar itu semua. Pesan yang dapat kita ambil dari film ini, yaitu kesuksesan seseorang tidak bisa diukur hanya tentang angka dan materi. 

      Ketiga, film "Tenggelamnya Kapal Van Der Wick" yang ditulis oleh Hamka. Film ini cukup apik dan recommended sekali untuk ditonton. Film ini termasuk dari sebagian film yang mengesankan karena aku begitu tertarik dengan seorang Zainuddin. Selain karena memang terpikat dengan jalan kehidupan Zainuddin, akupun juga suka dengan Herjunot Ali. hahahhaa. Film yang recommended sekali untuk ditonton para remaja yang sedang mabuk asmara. Cinta bisa mengubah segalanya, membuat seseorang menjadi gila, bahkan cinta pun bisa mengubah seseorang menjadi raja. Perjalanan cinta Zainuddin begitu berat dan terjal, namun ia sukses mengubah luka dalam hatinya menjadi bara semangat yang luar biasa untuk mengubahnya menjadi seseorang yang sukses karena cinta. Yah, pesan moral semacam ini yang begitu kuat menancap dalam pikiran untuk kita terapkan dalam hidup kita. Ketika kita mengalami kegagalan, tidak hanya tentang kegagalan soal cinta, namun tentang kegagalan banyak hal, kita tidak boleh terbawa arus kegalauan, menyerah dalam keterpurukan, namun kita seharusnya memutar balik arah jalan hidup kita menjadi lebih baik untuk di kemudian hari kita meraih kesuksesan dan tidak pernah menyesal pernah mengalami kegagalan. 

Banyak film yang kusuka, namun sekali lagi aku katakan aku ini bukan penikmat film cuma sesekali saja nontonnya. Jadi jangan kaget dengan judul-judul film jadul yang kusebutin tadi. Pokoknya mah kalau masalah film, bolehlah kau bilang aku ini katrok, gak up date dengan film-film baru, tak masalah kok. Toh kalaupun aku up date dengan film-film baru, tidak lantas membuatku semakin cerdas dan cantik. hahahha.

Eva Edelweis, Yogyakarta 22 Januari 2017
#Tantangan 10 Hari Menulis Bersama Kampus Fiksi

   woooooo rasanya aku mau teriak kenceng, bisa bertahan sampai hari keempat. Biasanya aku cuma ngeblog pas lagi ada moment-moment tertentu, semacam mengingat gebetan misalnya. upss hahahhaha. Gebetan dalam khayalan brohh... Oke, hari keempat temanya tentang sebuah cerita bagaimana pertemuan pertamaku dengan "dia". hmmm, jujur saja aku mikir berkali-kali siapa yah yang kira-kira akan kuceritakan di sini tentang "dia"? daripada kelamaan ngoceh sendiri, yuk aku tuliskan saja.... keburu kamunya bosan. hahahhaa

    Aku hidup dan belajar di sebuah pesantren, karena ayah yang meginginkanku di sana. Namun, setelah dipikir-pikir, pilihan ayah untuk memutuskanku melanjutkan studi di pesantren itu sangat tepat. Karena ternyata, bermula dari sebuah pesantren aku mulai mengubah sedikit demi sedikit hidupku di masa lalu. Dulu, aku benar-benar tidak menyukai keramaian, tidak nyaman bergaul dengan banyak orang, tidak mudah akrab dengan orang baru dan tidak punya teman lawan jenis (untuk yang ini agak sedikit cupu...). Namun di sana, di sebuah pesantren aku mencoba mengubahnya menjadi lebih baik. Memiliki beberapa sahabat, bergaul dengan banyak orang, dan aktif di beberapa kegiatan ekskul semacam pramuka.

     Pramuka, adalah ekskul favorit selama aku berstatus jadi santri. Kenapa? karena dari pramuka akan ada banyak kegiatan di luar lingkungan pesantren.... hahahha maklum lah, keluar gerbang pondok saja udah bikin girang kayak ngerasa bebas... apalagi harus mengikuti acara di luar lingkungan pesantren. Sungguh menyenangkan sekali bukan, untuk anak jahil semacam aku? tolong, pikiran semacam ini jangan ditiru. Pada saat tahun pertama aku masih menjadi anggota baru pramuka, diadakan acara perkajum keliling beberapa kompleks di pesantrenku. Hingga tanpa sengaja saat aku melewati jalan kecil di tengah-tengah persawahan belakang pondok, aku bertemu dengan salah seorang santriwan yang tahu-tahu nongol di depanku. Entah angin mana yang mencoel pikiranku untuk tertarik memandangnya walau sepersekian menit. Santri berbaju gamis coklat muda dengan kopyah imut warna putih bertengger di kepalanya. Sempat kulirik sebentar, dia si pemilik hidung mancung, berambut agak keriting dan rasa-rasanya si dia macam anak blasteran Indonesia-Arab. Beberapa menit saja aku terpikat pada pandangan pertama dengan seorang santri yang entah darimana dan siapa namanya, tapi satu hal yang ku tahu rasa-rasanya dia menyadari ada seorang hawa menatapnya dari kejauhan di balik jilbab coklat yang ia kenakan. PeDe amat sih Va.. hahahah. Setelah itu kulanjutkan perjalanan karena ternyata ada yang menegurku untuk menundukkan pandangan... maklum, ini pertama kalinya aku pernah punya rasa penasaran untuk melirik lawan jenis "sebagai lelaki" bukan melulu cuek ada orang di depanku. Selepas dari acara itu, aku menyadari satu hal ternyata aku "normal" pernah menyukai seseorang untuk pertama kalinya... ahahahha... Pertama kali pula aku merasa ada seseorang yang pernah tanpa sadar menaklukkan hati yang dingin. Berawal dari rasa penasaran dengan dia yang kuyakini sebagai salah satu santri putra di pesantrenku, akupun mulai mengenal banyak teman santri (putra) dan beberapa dari mereka menjadi sahabatku. Tapi, sampai tulisan ini kutulis hingga selesaipun si dia belum pernah kutemukan lagi sosoknya. Tidak masalah aku tak menemukannya, tapi yang pasti hari ini aku bukan lagi gadis kaku yang gelagapan berbicara dengan lawan jenis, bukan lagi gadis cuek, sombong dengan orang yang berniat akan berteman denganku. Semuanya bisa berteman, bersahabat denganku, tidak lagi pandang dia lelaki atau perempuan. Eva yang dulu dibilang autis, kini punya banyak teman di manapun ia berada. Terimakasih untuk dia yang pernah tanpa sadar menaklukkan hati yang dingin, diri yang kaku, dan mengubahku sedemikian rupa hingga seperti hari ini.

Cerita ini agak kaku yah, karena sudah lama cerita tentang dia ingin kutuliskan di sini meski dengan kalimat-kalimat paling sederhana. Tapi yah sudahlah, cerita sederhana ini hanya akan menjadi kenangan tersendiri bagiku suatu hari nanti. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 21 Januari 2017

#Tantangan 10 Hari Menulis Bersama Kampus Fiksi
Tak terasa waktu terus berjalan, hari ini hari ketiga menulis bersama kampus fiksi. Melihat beberapa tema yang harus kita tulis di sini, tema inilah yang menurutku paling spesial. Berhubung tahun kemarin, tidak sempat kutuliskan beberapa resolusi yang ingin kucapai tahun ini. Sebenarnya banyak sekali yang ingin kucapai tahun ini, namun jika kutuliskan semuanya barangkali akan menjadi satu judul buku besar tentang impian 2017. hahahhaa.

5 hal yang sangat ingin kucapai tahun ini, pertama, 12 Juz al-Quran merasuk dalam dada dan pikiranku. Cita-cita terbesar dalam hidupku, aku ingin menjadi salah seorang dari keluargaNya Allah melalui al-Quran. Menghafal itu sangat mudah, namun menjaganya tetap utuh ternyata tak semudah yang kubayangkan. Berkali-kali takrir pun kulakukan, namun apalah daya seorang pendosa ini butuh semangat dan perjuangan lebih keras lagi. Bagi orang lain, mungkin angka 12 itu cukup mudah ia taklukkan. Tapi bagiku, menghabiskan jatah sisa-sisa waktu yang kumiliki diantara kesibukan mengabdi di kampus, butuh asupan energi, rela mengurangi jatah tidur dan semangat yang lebih untuk mewujudkannya. Kamu yang baca tulisan ini, doakan aku yah bisa istiqamah nderes lancar sampai tuntas 30 juz. ^_^

Kedua, Beasiswa studi magister kimia. Keinginanku tidak muluk-muluk, cukup simpel yaitu mendapatkan beasiswa magister kimia entah itu di dalam negeri atau di luar negeri. Beasiswa ingin kudapatkan tidak semata-mata karena ingin terlihat keren, pintar di mata orang lain. Namun,  setinggi harapan untuk mengurangi beban keluarga dan juga merealisasikan mimpiku untuk diberikan kesempatan mendalami bidang keilmuan kimia tanpa "batas" hingga bisa kumanfaatkan di tanah kelahiran.

Ketiga, menulis buku solo. Menulis itu sebenarnya bukan passionku, tapi hanya sekedar hobby di saat-saat waktu luang. Menulis itu sendiri adalah salah satu hibernasiku di saat mutung dengan banyak masalah dan malas beraktivitas di luar kamar. Kalau ada yang melulu sewot denganku yang suka mager di kamar, kurang bergaul dengan tetangga sebelah, tolong jangan suudzan kalau aku hobby tidur sepanjang hari. no.. no... no... tidak sama sekali. Namun meski menulis hanya sebatas hobby, aku ingin tulisanku dibaca banyak orang, menginspirasi banyak orang, tidak hanya sekedar dinikmati sendiri. Jika tahun 2015 yang lalu, namaku dalam sebuah buku antologi masih nyempil di antara banyak orang, maka tahun ini aku ingin namaku yang tunggal tertulis di sebuah cover buku.

Keempat, Naik ke gunung Rinjani. Kamu yang merasa pernah mendaki berbagai dataran tinggi di berbagai belahan bumi Indonesia, tolong jangan tertawakan keinginanku ini karena memandangku sebelah mata sebagai cewek lemah yang menuliskan keinginan yang konyol. Kenapa aku bilang begitu? karena aku sendiri belum pernah menaiki dataran gunung di atas ketinggian 3.145 mdpl. Sementara Rinjani, adalah gunung berapi tertinggi kedua di Indonesia dengan ketinggian sekitar 3.726 mdpl. Aku bukan gadis yang hobby travelling dengan mendaki, tapi gara-gara terobsesi lihat cewek nangis terharu di tv dalam acara "my trip my adventure" pada saat dia berhasil menaklukkan puncak Rinjani, terbersit keinginanku untuk mendaki di Rinjani.

Kelima, Publikasi internasional. Hasil project penelitian dengan dosen belum sempat kutulis rapih, masih tersimpan dalam laptop. Semoga tahun ini, janjiku terlunasi. Beberapa event terlewati, hanya karena ingin fokus dulu pada tugas utamaku. Next time, hadiah terakhir untuk seseorang yang telaten membimbingku semoga benar-benar terwujudkan di tahun ini.

Kalian yang menyempatkan diri baca tulisan sederhana tentang resolusiku tahun ini, kudoakan semoga terwujud pula resolusimu tahun ini. Salam hangat dari tanah rantau....

Eva Edelweis, Yogyakarta 20 Januari 2017




#Tantangan 10 Hari Menulis Bersama Kampus Fiksi

Kali ini aku harus benar-benar berpikir keras untuk mengingat kira-kira apa yang bisa membuatku histeris, karena seringkali aku tak punya ekspresi yang cukup menarik dari hanya sekedar kaget dengan tampang melongo jika mengalami hal-hal yang mengagetkan tanpa harus teriak histeris.... katanya sih, aku ini orang yang benar-benar tidak ekspresiv banget lah. Muka datar, no ekspresi. 

Berdasarkan hasil mengorek beberapa ingatan kejadian di masa lalu, kira-kira ada beberapa hal yang membuatku histeris.
Pertama, Menonton Film Horror. Sejujurnya, aku ini bukan gadis yang terlalu penakut. Namun, kau tahu sendiri kan, kalau di film-film horror si hantu muncul pasti secara tiba-tiba.Tanpa aba-aba, secara refleks aku pasti histeris teriak ketakutan sambil lalu mengatur napas yang ngos-ngosan. Film horror jenis apapun benar-benar tidak kusukai. Menjengkelkan sekali, jika tanpa sengaja di layar laptop kadang muncul trailer film-film horror. Jangankan film sejenis "coming soon" aku akan anteng, sejenis film suzanna saja sudah cukup bikin aku menguras tenaga teriak ketakutan menontonnya.
Kedua, Ketika berjumpa dengan teman lama yang sangat dirindukan. Bagi lelaki, mungkin risih jika melihat cewek yang kadang teriak histeris dari kejauhan padahal cuma ketemu teman ceweknya, berpelukan, dan bernostalgia pada masa lalu. Well, tapi memang kuakui, terlalu lebay sih berekspresi seperti itu. Namun terkadang refleks teriak girang jika bertemu dengan seseorang di suatu tempat yang tidak disangka-sangka. hahahha. Teriak bahagia....
Ketiga, Aku bisa saja histeris ketika kesel dengan diriku sendiri. Tak mampu lagi mengekspresikan sedemikian rupa, akhirnya hanya bisa teriak kencang-kencang sendirian. Semisal ketika ingin menuliskan sesuatu, namun tak satupun inspirasi nyantol di kepala. Hal ini pernah kualami saat dosen pembimbing tugas akhirku kasih deadline progres project penelitian dalam jangka waktu yang sebentar, sementara moodku begitu jelek untuk sekedar baca-baca referensi, mengolah data, apalagi harus menulis laporan.... woaaaa rasanya kepalaku mau tak jedotin ke tembok... Menangis sendirian, teriak-teriak macam orang gila, padahal tidak seharusnya aku begitu.... 

Tiga hal itu saja sih, yang sempat terpikirkan tentang beberapa hal yang memungkinkan akan membuatku histeris. Karena ternyata ada beberapa kehisterisan yang belum terpikirkan secara serius. Baru kali ini terbongkar... hahaha.

#Eva Edelweis, Yogyakarta 19 Januari 2017
#Tantangan 10 hari Menulis Bersama Kampus Fiksi
Kali ini aku menulis untuk menjawab tantangan menulis 10 hari bersama @kampus fiksi. Tema hari pertama cukup bikin aku bingung, tentang seperti apa sih kekasih idaman yang kita dambakan. Biasanya eva lebih menyukai tulisan-tulisan berbau rada galau, maklum eva pun juga anak muda seperti remaja pada umumnya.hahahha. Kira-kira tema ini cukup bikin bingung beberapa saat, karena kalau dipikir-pikir ternyata seorang eva tidak cukup berpengalaman dalam soal percintaan. Tapi, tidak masalah aku menuliskan beberapa kriteria lelaki idaman yang kuinginkan, siapa tahu tulisanku di sini dikabulkan oleh Tuhan.
Seperti apakah kira-kira tipe kekasih idaman versi eva? 
Pertama, Seorang lelaki yang bikin nyaman. Kukira, tipe pertama ini secara umum, cukup relatif. Karena beberapa perbedaan karakter tentu saja tipe "lelaki yang bikin nyaman" versi aku beda dengan versi kamu. Kenapa harus lelaki yang bikin nyaman, harus kutulis pada tipe pertama? karena bagiku, soal ganteng secara fisik bukan menjadi prioritas utama dalam pikiranku. Boleh dia pinter, ganteng, tapi ternyata membosankan, kurang nyaman berkomunikasi dengannya, kupikir-pikir dululah untuk kujadikan sebagai kekasih (halal)... 
Kedua, Lelaki yang memperlakukan ibu dan saudara perempuannya dengan sangat baik. Ketika seorang lelaki mampu berlaku baik terhadap para wanita dalam keluarganya, in sya allah diapun akan memperlakukan wanitanya dengan baik sebagaimana dia memperlakukan ibunya. Sikap dan prilaku dia terutama terhadap ibu, mencerminkan prilaku dia dalam cara menghargai dan menghormati seorang wanita.
Ketiga, Lelaki bukan perokok. Sebenarnya tipe inilah yang menjadi prioritas paling utama dalam hal bagaimana aku ingin memilih kekasih. Namun, jika dia sudah melewati tipe pertama dan kedua dengan nilai yang cukup baik, maka sedikit kumaafkan untuk seorang perokok, asalkan dia bukan pecandu rokok, cukup sesekali saja ia merokok.  Karena menurutku, seorang perokok adalah orang yang paling egois sejagad raya. Dia bahkan hanya memikirkan kenikmatan dirinya sendiri dengan merampas hak kebebasan orang lain untuk bernafas dengan udara yang segar. Aku tak habis pikir, bagaimana seandainya jika harus hidup bersama dengan seorang pecandu rokok... 
Keempat, Lelaki yang suka menulis. Aku sendiri suka menulis meski hanya sekedar hobby blogging yang cukup dinikmati sendiri. Tapi bagiku, lelaki yang suka menulis punya daya tarik tersendiri yang membuatku terpikat padanya. Jangan dikira, terkadang tulisan itu bisa bikin aku mabuk kepayang ketika membacanya. Jatuh hati dalam sepersekian detik tersihir oleh permainan rajutan kata.
Kelima, Lelaki yang "unik". Hidup itu tidak harus selalu flat, karena akan cukup membosankan jika kau menjadi seseorang yang biasa-biasa saja. Terkadang orang bilang, aku ini aneh. Entah keanehan macam apa yang kutampakkan pada mereka, orang-orang yang pernah mengenalku. Tapi jujur saja, akupun menginginkan lelaki yang unik, yang penuh kejutan, dan kurasa lelaki yang unik ini tak mempermasalahkan "keanehan" yang ada pada diriku. 

Barangkali cukup ini saja dulu, beberapa kriteria umum lelaki idaman yang masuk dalam daftar keinginanku. Kriteria yang kutulis ini bisa saja berubah sewaktu-waktu, tapi yang tidak akan pernah berubah cukup tipe yang ketiga. Besok-besok kalau ada waktu, kurevisi dengan tulisan yang lebih apik dan renyah dibaca. hahahha

#Eva Edelweis, Yogyakarta 18 Januari 2017
#POV: Chaca
"Aku harus segera menuliskannya di sini, sebelum angin jahat dari milea yang usil mulai merenggut inspirasiku..." ucap gadis itu pada sahabatnya.. Milea. Sahabat kecil yang sering main kerumahku itu suka sekali mengganggu aktivitas menulisku. Yah, akulah gadis penikmat sepi yang hobby blogging. Milea Adnan Husain, kamu mengenalnya? tentu saja dia bukan tokoh perempuan dalam novel serialnya Pidi Baiq yang sedang laris manis itu, tapi dia adalah sahabat terbaikku.
 Perkenalkan, namaku Vahma salsabila al-Gazel. Tetangga sebelah rumah, memanggilku Chaca.. Aku gadis jawa kelahiran Sumatra. Seorang mahasiswa di salah satu kampus di Jawa Barat, gadis yang suka ngemut lolypop dan terlalu easy going dengan kehidupan manusia sekitarnya. Sudah cukup aku memperkenalkan diri padamu, mari kutulis saja beberapa tulisan yang sempat terpaut di balik batok kepalaku. Teringat beberapa pesan ayah waktu lalu, aku mulai merasa bingung tak karuan, mulai suka menangis tersedu-sedu tanpa lagi peduli apakah di sekitarku ada orang lain atau tidak. "Bagi seorang ayah, memiliki anak perempuan itu adalah amanah yang sangat besar nduk, karena anak perempuan harus benar-benar dijaga secara ketat melebihi anak lelaki agar dia tidak "terlepas" kendali. Beberapa waktu lalu, ayah mendengar kabar burung tentang putri sahabat ayah dulu waktu di pesantren. Putrinya yang kedua baru menikah beberapa bulan yang lalu, namun kemarin sore dia sudah melahirkan anak pertamanya".... ayahku menghela nafas begitu berat melanjutkan pembicaraannya. "kau tahu apa maksudku nduk? ayah takut, ayah tidak bisa menjagamu dengan baik. Jangan sampai ayah gagal mendidikmu, membimbingmu, menjagamu hingga suatu hari ada lelaki hebat yang akan menggantikan posisi ayahmu yang tidak lagi muda. Maka ayah menjodohkanmu dengan dia, Zafran saudara sepermainanmu".. Sampai di situ saja gerimis di hati mulai menderas, membanjir, meluluh lantakkan seluruh perasaan yang selama ini aku takuti. Sebuah perjodohan.

"Selamat Cha, semoga kelulusanmu di hari ini membawa keberkahan hidup, kebermanfaatan ilmu, dan tetaplah menjadi Chaca yang periang dimanapun kau berada" kata Milea di hari kelulusanku.. Yah, hari ini aku resmi menyandang gelar Sarjana Farmasi. Ucapan-ucapan selamat dari sahabat, teman karib, dan saudara memaksaku tersenyum lebar penuh bahagia. Tapi di sana, di lapisan hati yang paling dasar aku menangis kencang di atas podium sayap kanan. Air mata haru dan pilu menghambur jadi satu, berikatan saling menguat seperti ikatan hidrogen. Pecah, tumpah ruah di dada Milea. Aku tahu, di antara sekian banyak orang yang menyaksikan air mata itu hanya seorang Milea yang paham betul tentang kondisi hati yang saat itu kacau. Kau pasti heran, ada seorang gadis yang menangis pilu tanpa sebab di hari bahagianya. Itulah aku, Vahma Salsabila pemberontak paling pengecut yang pernah ada di muka bumi.

#POV: Milea
Tanpa sengaja aku menemukan sesosok gadis berjilbab biru muda tengah terisak di balik meja. Pelan-pelan aku mendekatinya tanpa sedikitpun suara yang bisa menyadari kedatanganku yang tiba-tiba. Kupeluk dia dari belakang, tapi tangisnya semakin kencang, beradu dengan deru hujan yang sedari tadi tak mau berhenti. Menjebakku dalam kamar 4 x 4 ini dalam kondisi lapar... Maklum, si koki yang paling baik hati selalu memasakkanku sedang meringkuk lemas dalam tangisannya di balik meja. "Lia, aku harus bagaimana untuk jujur pada ayah bahwa aku tidak sepakat atas perjodohan ini? Sudah terlalu lama aku memendam sendiri Lia untuk meredam berbagai emosi yang terkadang tak terkendali ini. Aku sudah tidak kuat lagi untuk diam membisu seolah aku hanyalah gadis yang selalu menuruti apapun yang mereka mau. Lia, menikah itu tidak sama seperti kita bermain tebak-tebakan, tapi ini lebih serius dari soal manakah yang lebih dulu lahir antara ayam dan telur... Tidak sesederhana itu Lia." Chaca langsung menghambur dalam pelukanku, berbicara panjang lebar tentang kegelisahan hatinya yang sejak 3 tahun ia simpan sendiri. Aku mengenalnya tanpa sengaja, di sebuah kursi bundar di tengah taman kampus. Gadis periang dan heboh. Tapi dia akan menjelma jadi dewi es, dingin sekali jika berada di sebuah perkumpulan orang-orang yang tak sepemikiran dengannya. Gadis itu pula saudaraku satu-satunya setelah ayah dan bunda meninggalkanku dalam kecelakaan maut 4 tahun yang lalu, tepat di saat minggu pertama aku mulai berganti status menjadi mahasiswa. Dia tak seanggun wanita pada umumnya, lebih mirip sesosok lelaki yang anggun ketika jilbab lebarnya mulai tergerai di hadapanku.     
Gadis itu tidak cukup tangguh berada di hadapanku, menangis meraung-raung seperti anak kecil tanpa ampun menghujani bahuku dengan air matanya. Kadang aku berpikir, gadis itu beruntung memiliki keluarga yang utuh dengan pengawasan yang cukup, namun begitulah seorang Chaca layaknya remaja lainnya diapun tak melulu suka diatur-atur, apalagi urusan semisal perjodohan. Chaca bukan gadis liar yang suka bikin ulah tanpa pikir panjang, tapi dia cukup dewasa untuk berani hidup jauh dari keluarganya, mandiri, penuh tanggung jawab terhadap segala pilihannya. Tapi, pada beberapa hal segala kehendak keluarganya sudah seperti titah Tuhan terhadap hambaNya, mau tidak mau, suka tidak suka, Chaca tidak bisa seenaknya menolak beberapa hal yang sudah menjadi kesepakatan keluarganya termasuk urusan memilih pasangan. 

#POV: Chaca
"Chaca" jawabku sambil kulipatkan tangan saat seseorang mengulurkan tangannya untuk berkenalan. "Nathan, mm maaf aku lancang mengulurkan tanganku" ia tersenyum lepas saat memperkenalkan dirinya. Seorang Nathan yang kukenal pada saat acara pekan ilmiah mahasiswa nasional di Bogor beberapa waktu yang lalu. Ia sama-sama sebagai delegasi dari kampusnya untuk mempresentasikan hasil karya ilmiah yang dia ikuti. Sosoknya yang ramah, cukup imut, dan hey dia punya senyum yang cukup memikat siapapun yang menikmatinya, termasuk aku yang diam-diam suka memperhatikan dia dari kejauhan setelah pertemuan pertamaku dengannya. Nathan cukup asyik orangnya, jika dilihat dari cara ia berbicara kurasa dia seorang penikmat buku. Bicaranya luwes dan tipe pria yang kompatibel dengan semua orang. Penutupan acara telah selesai, tanpa disangka Nathan menghampiriku pada saat kami akan menaiki mobil jemputan menuju stasiun. Bertukar kontak dan selebihnya kami menjadi dekat melebihi seorang sahabat. 
Katakanlah cinta tak peduli waktu dan jarak memisahkan, beberapa kali kami merencanakan sebuah pertemuan namun selalu gagal. Adakah sebuah pengkhianatan? tentu saja tidak, karena bagiku apalah arti sebuah pertemuan jika hati tetap saja berjauhan... Aku sendiri tak pernah mengatakan jatuh hati padanya, namun dedoa yang kubisikkan pada bumi setiap saat adalah sapaan terbaik untuk seseorang yang berhasil menetap dalam hati. Sebuah keyakinan yang mantap dalam hati hanyalah tentang bagaimana aku menjaga diriku tetap di sini menjalani kehidupan seperti biasa tanpa harus berubah menjadi seperti remaja lain yang menggebu-gebu dalam persoalan cinta. Tidak perlu berlebihan dalam mencintai seseorang, cukup hembusan doa pada namanya lalu kutitipkan saja pada Tuhan. Jika dia jodohku, maka bagaimanapun rintangan menghalangi kami akan bertemu suatu hari nanti, tapi jika dia memang hanya ditakdirkan sebagai orang yang pernah mewarnai hari-hariku sebatas mood booster, akupun tak masalah tentang kehilangan. Inilah caraku mencintai seseorang, cukup mendoakannya tiap pagi, lalu akan kembali bersemangat seolah dia menemaniku dimana saja. Jika orang lain selalu melihatku tersenyum manis pada siapapun yang kutemui, barangkali suntikan semangat Nathan telah menjelma menjadi siapapun yang ada di hadapanku. Begitulah kira-kira orang yang tertembak asmara.

Cerita bersambung.... kapan-kapan kulanjutkan lagi ^_^

#Eva Edelweis, Yogyakarta 18 Januari 2017

Salam dluha...
Aku hanyalah wanita biasa yang mencoba menuliskan beberapa kegelisahan yang ada dalam benakku. Tulisan sederhana kali ini kutujukan  khusus untuk lelaki. Siapapun engkau, entah itu anak konglomerat, priayi, penyair, anak petani, anak jalanan atau siapapun  dirimu wahai lelaki yang belum menemukan pasangan halalnya... kunafaskan sejenak beberapa pesan yang tak seharusnya menggurui namun  hanya sebagai pengingat dari sahabatmu. 
Untuk kamu, kaum adam yang masih sedang berada dalam sebuah jalan kesendirian, menuju jalan-jalan kerdil untuk menemukan potongan tulang rusukmu yang kelak akan menemani masa tuamu, maka tolong pahamilah sejenak pesan singkatku sebagai wanita... 
"Kamu jangan terlalu baik pada banyak lawan jenismu, pada semua wanita.. hingga tanpa kau sadari, jika satu persatu dari mereka kau dekati, kau akrabi, ada sebuah perasaan nyaman yang membuat mereka (wanita) nyaman dan tenteram di dekatmu. Tanpa kau sadari pula, mereka begitu percaya padamu untuk dijadikan sebagai tempat curhat paling aman, lalu terbukalah cerita-cerita privasi mereka padamu. Ketahuilah, bahwa hati wanita itu sangat mudah tergoyah oleh sikap baik seseorang, bisa saja dia mengartikan makna lain dari sikap pedulimu. Sedetik waktu yang kau luangkan hanya untuk menjadi pendengar setia, bisa saja menanam rasa "yang lain" dalam dirinya....Hati wanita sangat mudah luluh dengan sesosok lelaki yang menawarkan dirinya menjadi pendengar yang setia menyimak keluh kesahnya, ia akan merasa dihargai dan merasa nyaman dengan sikapmu yang baik itu....Jika kau tidak ingin menetap dalam hati seorang perempuan, jangan pernah masuk dalam kehidupannya agar tak tercipta luka dalam dirinya... bersikap baiklah tanpa harus memberi kesan bahwa perilaku baikmu bisa menimbulkan suatu prahara yang begitu jelimet dalam kehidupan seorang wanita..."
Ku peringatkan padamu saudaraku kaum lelaki, tolong berhati-hatilah.. Jangan kau menumbuhkan apa yang tidak mereka tanam, perasaan nyaman, tentram itu lebih berbahaya dari perasaan cinta, kawan... 
Jangan sampai kau merusak masa depan mereka hanya karena ulahmu yang begitu lihai bergaul dengan banyak perempuan. Jangan kau rusak harapan-harapan mereka dengan kata-kata manis yang mungkin bagimu adalah lelucon paling lucu untuk kau lontarkan pada setiap perempuan... hingga timbul perasaan sedikit "baper" merasa dirinya disukai, dicintai, padahal semua hanyalah bualanmu yang biasa kau ucap pada mereka.... Jangan sampai kau membuat seorang perempuan merasa sudah memiliki perasaan masa lalu saat kau telah bersanding dengan orang lain... kau paham kan maksud dari kata-kataku? aku katakan sekali lagi, bahwa sebagai lelaki jangan terlalu baik pada banyak perempuan... sikapmu yang begitu, akan menjadi bom waktu yang suatu saat tinggal menunggu kapan meledaknya. Jika kau ingin menjadi lelaki baik-baik, tidak perlu kau terlalu dekat pada semua wanita... cukuplah bersikap biasa-biasa saja tanpa harus tampil menawan seolah kau lelaki pahlawan yang akan selalu peduli padanya, sementara jika kau sudah menemukan seseorang yang berhasil mencuri hatimu lalu kau pergi tanpa basa-basi meninggalkan sepi di hati perempuan lain.

*sebuah inspirasi dari seorang sahabat yang sedang kurindukan....

#Catatan Eva edelweis, Yogyakarta 16 Januari 2017.
Mereka bilang, Nathanku adalah lelaki fantasi yang menemani hari-hariku. Kuakui iya, dia memang lelaki fantasi yang telah berwujud nyata sejak aku mengenalnya 1 tahun yang lalu. Kurasa ini dejavu, seolah aku telah mengenalnya dalam waktu yang cukup lama sehingga saat pertama kali kami bicara, tidak ada rasa canggung di sana. 
Nathanku adalah wujud doa dari seluruh doa yang pernah kueja. Penyemangatku kala malas dan jenuh mulai datang, senyumnya adalah obat penenang dari segala kekecewaan. Yah, Nathan datang di waktu yang sangat tepat, saat hati itu terluka, nyaris patah dan hancur.. Nathan datang dengan senyum nakalnya yang melenakan. Aku bahkan ingat betul kapan pertama kali aku mengenalnya: dalam sebuah mimpi paling manis yang Tuhan hadiahkan untukku di waktu Ramadlan. 
Sempat aku bertanya pada Tuhan, Diakah Nathan yang akan menemaniku mewujudkan segala mimpi? Diakah Nathan yang akan menghapus segala perih di hati? Diakah pula yang akan menegakkan punggung ini kala aku mulai menunduk dalam batas kekecewaan? 
Ada banyak tanya tentang Nathan yang seringkali tertulis jelas dalam benakku, bahkan dia pula yang sering kumimpikan di tengah lelapku... Lalu dengan segenap keyakinan, karena sebuah kegelisahan yang tak kunjung menemukan jawaban aku seringkali melafalkan namanya tanpa sadar, hingga aku seolah menjadi makhluk Tuhan yang paling ngeyel soal mendoa. Ah, kenapa aku seringkali menyandingkan namamu dengan do'a Nathan? padahal, meski ketidak mungkinan itu tak kan pernah terwujud aku sendiri tak kan merasa patah hati berkali-kali. Bukankah ini sudah biasa? aku menyukai seseorang diam-diam tanpa mengumbarnya. Kau tahu kenapa Nathan? karena sejak aku mengenalmu, di situlah aku memberanikan diri menjatuhkan hati untuk kedua kalinya, tapi aku takut kau hanyalah seseorang yang hanya akan kekal dalam tulisanku bukan untuk kumiliki. Aku pernah mengatakan padamu bahwa aku menyukaimu. Tapi kalimat itu hanya kubisikkan di tengah jalan saat aku tidak menyadari ada kamu di situ. Tampang malu membuat mukaku kemerahan, lalu kau tertawa lebar seolah omonganku barusan adalah guyonan yang paling lucu untuk kau tertawakan. Akupun ikut tertawa denganmu, melepas senja di sepanjang jalan hanya untuk menghabiskan waktu. Tidak apa-apa, yang penting aku bersamamu Nathan. 
Teka-teki dari kegundahanku pun terjawab, meski semuanya tak sesuai harapan. Aku hanya perlu sebuah kepasrahan hati yang paling maksimal untuk tidak kembali mengutuki diri sendiri. Bahkan, ada banyak pelajaran hidup yang aku temui sepanjang kau mewarnai hari-hariku Nathan, termasuk kau menjadi inspirasi terbaik untuk menuliskan tulisan paling ga jelas yang sedang kau baca ini. 
Nathan, kau pernah bilang bahwa kau tak suka melihat perempuan menangis, hingga suatu pagi kau temukan aku dalam keadaan jilbabku telah basah kuyup oleh air mataku sendiri. Aku menyadari satu hal, dari matamu itu ada titik kekhawatiran padaku. Tapi kau lebih memilih untuk menemaniku saja tanpa sepatah katapun yang kau ucap padaku. Aku kesel waktu itu Nathan, karena aku berharap kau menghiburku, dan mentertawakanku seperti biasa... Mungkin saat itu mataku berkata jujur bahwa yang kutangisi adalah perihal tentangmu yang tak ingin kuceritakan. 
Nathan, lelahkah kau membaca sederet kata yang tak penting di sini? sama, aku juga lelah Nathan menuliskan sesuatu yang tak hendak kutuliskan. Namun apa daya, aku hanya berusaha menghibur diri sendiri dengan menulis tulisan yang semacam diary ini di depanmu...dan kau tidak perlu menyadari bahwa kau sedang kujadikan objek dari tulisan ini. Aku menghambur dalam seluruh kegelisahan, menemukan satu titik pengharapan yang pasti bahwa tiada doa yang tak terjawab sebagaimana janjiNya padaku. Mungkin Dia ingin melihatku semakin mantap dalam mendoa, memperbaiki diri, dan mendewasakan diri. Hingga badai apapun yang akan menerpa, aku tak lagi bergantung pada seorang Nathan untuk mengembalikanku berdiri tegap melangkah ke depan menyusuri masa depan.
 
Nathan, baru saja aku akan menyelesaikan separuh ceritaku yang telah melayang-layang di atas langit-langit kamarku. Tentang kamu, seseorang yang memberikan sebuah pengharapan di atas kesedihan yang mendalam. 
Nathan, aku ragu-ragu melanjutkannya. Karena perasaan takut kamu akan merasa bersalah jika kau membacanya. Tapi, kalau kau ada waktu, kunjungi rumah laba-labaku ini untuk sekedar membaca kabarku saat itu. Jangan bosan Nathan, seperti halnya aku yang tak pernah bosan mendo'a dengan sepenuh keyakinan bahwa aku memaksa Tuhan untuk memberikanmu padaku. Aku ingin memilikimu. 
Nathan, entah apa yang harus kutulis disini agar kamu mengerti separuh hati yang jatuh hati dan separuh yang lainnya patah hati. Nathan, aku berharap sebuah kecewa yang tak berujung ini segera menemukan muaranya, karena akupun membatasi titik sabar yang pernah aku punya. 
Sudahlah Nathan, jangan membuatku semakin tak ingin  menikmati hidup lebih panjang lagi. Berhari-hari aku terkepung dalam selimut, ditemani segelas air putih yang menghilangkan dahagaku. Tapi aku menyegajakan diri mengabaikan obat-obatan itu tak tersentuh barang sebijipun. Mungkin kau pikir aku ini bodoh melakukan hal-hal tak masuk akal yang merugikan diri sendiri, tapi begitulah Nathan, aku benar-benar tidak lagi merasa ingin menikmati hidup lebih panjang lagi... 
Nathan, dalam beberapa waktu yang lalu aku suka bermain di beranda rumahmu. Aku suka memperhatikanmu dari jauh di balik semak-semak yang menjadi tempat favoritku. Hingga saatnya kutemukan sesuatu yang mengiris hati, Nathan. Lalu aku tak kan pernah lagi berkunjung ke rumahmu seperti biasa, karena aku memilih ingin menepi dari semak-semak itu.... 
Nathan, suatu hari kau akan mengerti kenapa tulisanku yang kutujukan padamu seamburadul ini, karena seluruh diriku memang kau bikin berantakan. Hati ini berantakan, jiwa ini berantakan, senyum ini hilang tersisa senyum-senyum imitasi yang murahan. Apa kau tidak menyadari? Ah ya Nathan, bagaimana kau akan menyadari keadaanku, sementara kau tidak sedikitpun tertarik untuk tahu siapa di balik semak-semak yang seringkali memergoki kamu yang asyik dengan hobbymu: menulis di bawah rerimbunan bunga Tulip. 
Nathan, akupun bingung harus bagaimana aku memahamkanmu, bahwa di sini ada gadis malang yang tak henti merengek pada Tuhannya untuk memperkenalkanmu denganku, lalu kita bersama-sama menulis di sana di tempat favoritmu. Nathan, kupikir senyumanmu itu memikat siapapun yang melihatnya, termasuk aku. Tapi aku sadar bahwa ternyata senyummu itu memiliki makna tersendiri yang baru kupahami setelah tanpa sengaja aku membaca beberapa tulisan lawas yang pernah kau publikasi... 
Lalu sampai di sini Nathan, aku hanya berharap akan ada jawaban termanis dari bisikan-bisikan doa yang belum sempat Tuhan jawab padaku. Aku memilih menyerah untuk tidak lagi memaksa Tuhan seperti kemarin-kemarin, agar aku tak lagi merasa sakit hati, agar aku tak lagi merasa dikecewakan, agar aku belajar untuk menguatkan diri sendiri tanpa siapapun termasuk kamu Nathan. 
Nathan, aku pamit untuk tidak lagi menjadi bayang-bayang kecil yang berada di dekatmu. Kalau kau merasa kehilangan, tengoklah rumahku ini yang mungkin suatu saat akan kutinggalkan tanpa bekas... Aku hanya meninggalkan sebuah surat paling rahasia yang jika kau temukan, mungkin kau sudah berada di posisi orang paling bahagia.
Hai kamu yang menetap dalam hati.
     Salam rindu dari tanah Jogja yang selalu basah dengan hujan kerinduan. Aku tak perlu membual dengan banyak kalimat yang terlalu panjang. Hanya rindu saja yang ingin kuutarakan. Aku pengecut yah, diam-diam menaruh hati padamu. Mengharapmu lebih dari seorang teman, tapi aku diam menekan berbagai perasaan tidak mengenakkan sendiri. Aku tak berani menunjukkan rasa yang "berbeda" ini padamu. Kau tahu kenapa? aku takut kau pergi. Aku takut Tuhan merenggut kembali sebuah perasaan yang tak pantas dikotori oleh nafsu. Yah nafsu ingin memiliki. Hampir tiap saat aku mulai hobby menggambar. Hobby menggambar sejak aku mengenalmu beberapa waktu yang lalu. Menggambar wajahmu yang menyejukkan, rekah senyummu yang menenteramkan dan aku selalu merasa kau menjelma menjadi apapun yang ada di sekitarku. Jadi komputer yang selalu menemani hari-hariku, jadi erlenmeyer yang selalu kupegang sepanjang waktu, jadi gelas beker yang kubawa kemana-mana, jadi pipet, jadi cawan, jadi permen, jadi bahan kimia, dan semuanya adalah jelmaanmu yang tak berkesudahan. 

     Aku tidak tahu seperti apa kiranya mukaku yang kemerahan karena malu jika andai saja kau membaca sedikit coretanku di sini. Tidak hendak kusampaikan tentang perasaan yang menggebu, karena Dia tentu tahu selalu ada cara menangguhkan rindu, lewat secarik do'a yang tak henti kuhembuskan hanya pada namamu. Apalah arti sebuah jarak dan waktu yang memisahkan, jika kau yang tetap menjantung dalam dadaku. Menembus rentang waktu yang tak terlalu berarti untuk kurisaukan....

     Aku bukan perempuan penyuka hujan, karena padaku hujan seringkali mengingatkanku tentang banyak kenangan menyakitkan, memutar memori tentang berbagai kehilangan. Akan kuberitahu kau apa yang kulakukan ketika hujan mulai tidak tahu diri membasahi sepanjang lorong yang selalu kulewati tiap hari. Pertama, aku suka menyanyi di bawah hujan, merinaikan air mata yang seringkali tertahan... Aku menyanyi sepuasnya sambil menangis sepuasnya. Karena aku tahu, hanya pada hujan aku tak bisa menyembunyikan rasa sedih, luka yang perih dan berbagai hal yang tak terbendung dalam perasaanku, kutumpahkan segalanya, kucurahkan semuanya... Hingga tak satupun yang menyadari tangisan gadis rantau di tengah-tengah derasnya hujan. Kedua, berdo'a. Yah, bahkan meski aku tak menyukai hujan aku seringkali mengharapkannya datang. Menyapaku, memelukku, dan mengingatkanku untuk manautkan harapan. Aku ini orang yang mudah sekali percaya pada dawuh-dawuh para kyai, para ustadz, para dosen dan siapapun yang seringkali memberikan wasiat-wasiat hidup padaku. Salah satunya tentang do'a. Termasuk dari waktu-waktu terkabulnya do'a adalah ketika turun hujan. Yah, setiap kali hujan mulai berjatuhan, menabrakku, membasahiku, yang kulakukan tentu saja adalah menguntaikan namamu untuk kupinta pada Tuhan yang Maha kuasa. Karena kamu adalah ketidakmungkinan yang selalu kusemogakan. Berkat petuah-petuah tentang do'a, aku punya harapan besar untuk tidak lelah merajuk, merayu, agar Tuhan mau mengasihiku, mau mengqabulkan setiap pintaku, termasuk perihal segala tentangmu. Do'alah yang membuatku tetap tersenyum ramah pada siapapun yang kutemui, meski terkadang deru tangis dalam hati tak mudah berhenti. Do'alah yang membuatku sekuat ini tetap bertahan tanpa secuilpun meregang emosi hanya untuk mempertahankan sebuah keinginan yang terkadang tak sepaket dengan keadaan. Do'alah yang menjadi kunci dari segala pintu yang tertutupi termasuk pintu hati.....

     Riuhlah segala perasaan... bersama angin malam yang selalu kuselipkan desah-desah rindu di setiap hembusannya. Sampaikan salamku padanya, akulah perempuan paling ngeyel dalam berdo'a untuk selalu memintakanmu dalam kasih sayang Tuhan. Setidaknya, aku yang belum bisa menjumpaimu selalu kuberi kabar bahwa perasaan itu tetap sama seperti sejak pertama kali aku mengenalmu. Padamu jodohku di masa depan.


*Surat rindu untuk Nathan. Lelaki yang mewarnai di setiap tulisan galauku...
Hai mblo.....(ngomong pada diri sendiri.. =D)
     Hari ini memasuki hari ke-6 mblo, aku menulis ngalor ngidul memaksakan diri untuk mengepost satu tulisan setiap hari di sini. Rempong, ga punya waktu dan di situ aku ingat pada sebuah komitmen bahwa sesibuk apapun aku harus menulis. Meskipun aku anak kimia, tapi tulisanku begitu jarang ngebahas sesuatu yang erat pembahasan tentang kimia. Well, aku mau tulisanku dinikmati banyak orang tanpa harus mumet mikir akibat baca tulisan eva. Hidup loo itu udah mumet, ribet, jadi aku ga mau nambahin jatah kemumetanmu blo...oke happy reading mblo..

    Keresahanku ini dimulai dari kepulanganku beberapa waktu yang lalu. Begitu pulang kampung, aku bertemu dengan teman-teman SD yang notabene udah pada nikah, dan beruntungnya lagi mereka udah ngemong bayik... kok aku jadi ngerasa tua banget yah jadinya.. hahahah nasibmu mbloo.. Padahal kalau dilihat dari usia mah, aku masih tergolong lulusan muda loh. Jadi meskipun semisalnya aku mau memperlama kehidupanku berstatus mahasiswa dalam jangka beberapa semester masih belom keliatan tua kok, kan baby face... hahahha (ojo muntah...). Sialnya lagi, setiap kali pulang kampung mesti yang ditanyakan adalah kapan nikah. Aku yang cuma anak muda yang berusaha santun, cuma mesem saja. Padahal dalam hati ngedumel tidak karuan ngajak berantem hahahhaha. Lagian, kepo banget sih melulu nanya kapan mau nikah, kayak mau ngebiayaain aku nikah saja... kalau iya mah, akan kujawab besok... huaaaah.. Urus saja sono urusanmu, ga usah tanya-tanya yang serem deh. hihiihi....

    Sekembalinya ke jogja, wedding invitation mulai bertebaran, dan aku cuma pasang muka datar saja sih yah. emang mau gimana lagi? teriak-teriak ke ummi minta nikah gitu? hahahahha. Nggak lah yah. Intinya adalah bulan ini musim nikah. Dua kawan seangkatanku akan melepas masa lajangnya di bulan ini. Aku sih turut bersyukur saja lah yah, karena populasi jomblo di tahun ini mulai menurun. Alhamdulillah.

     Jomblo. Kata-kata ini cenderung diartikan sebagai orang yang belum nikah dan mudah baperan. Kalau dipikir-pikir sih ada benarnya juga. Tapi nggak banyak =D. Coba saja deh kau lihat di berbagai media sosial, kata-kata jomblo ini digiring pada sebuah pemaknaan takdir yang mengenaskan. Coba saja searching kata kunci jomblo di instagram misalnya, maka bermunculan komunitas-komunitas jomblo yang terkesan "ngenes" berikut caption-caption yang bakal bikin kamu baper. Menurutku, jomblo itu pilihan. Yah, sebuah pilihan untuk berada di jalur berbeda dari kebiasaan orang kekinian. Menepi untuk fokus mewujudkan impian, berusaha menshalihkan diri, memperganteng dan mempercantik diri dengan perbaikan akhlak, tidak membuang-buang waktu ngapeli anaknya orang (ya kalau nanti dinikahin...). Menurutku, jomblo itu juga tidak semengenaskan seperti caption-caption yang ditulis para aktifis media sosial. Tapi, justru sebuah penghormatan bahwa kamu bisa bertahan sendiri, bisa berpuasa menahan diri hingga saatnya kau bertemu dengan tulang rusukmu. Tenanglah mblo, Allah itu Maha baik karena Dia sedang melihat seberapa besar kapasitasmu untuk mampu mengemban amanah yang besar untuk berkeluarga, maka teruslah perbaiki diri. Kalau kata bang Boy Candra sih, cinta itu perihal memperjuangkan berdua.... perjuanganmu untuk terus memperbaiki diri tidak akan pernah sia-sia mblo... suatu saat akan bertemu dengan kekasih halalmu yang dulu sama-sama saling menjaga diri dan terus memperbaiki dirinya.

     Kamu yang jomblo, ga usah resah apalagi sampe jantungan kalau di jalan raya lihat orang pelukan, dan berbagai jenis aktivitas kemesraan pacaran (ini yang terjadi kalau malam minngu...). Apalagi membayangkan banyak adegan mesra seperti film-film ftv atau drama-drama korea, sudahlah ga usah selebay itu menangisi nasibmu mblooo lihat macam begitu. Pura-pura ga lihat sajalah, atau perbanyaklah shalawat dirimu biar tenang nah degup jantungmu. Bukan aku benci sama orang pacaran, tapi cuma sekedar menghiburmu doank mbloo, menyadarkanmu bahwa jomblo itupun berhak bahagia dan pasti bisa bahagia meskipun tanpa pasangan (saat ini). Kamu mau pacaran mah silahkan wae atuh.. karena kembali lagi bahwa segala sesuatu adalah sebuah pilihan. Termasuk ketika kamu akan memilih menjomblo atau berpasangan (sebelum nikah). Hal yang mengerikan adalah, ketika ada seseorang yang memaksakan dirinya untuk punya pasangan, tidak boleh jomblo. hahahah. Ada yang kayak begini? ada. Aku pernah mengamati hal ini kok, tapi bukannya aku kepo terhadap aktivitas pacaran orang lain kok. Hanya saja, aku menjadi penyimak paling setia ketika dia menangis pernah dicuekin bahkan ujung-ujungnya ditinggalin. Aku hanya mengingatkan agar dia tidak terjatuh pada lubang yang sama apalagi jatuh pada orang yang salah. Satu hal yang perlu kau ingat, hidupmu itu tidak lantas menjadi sengsara tersebab kau jomblo. Toh masih banyak teman-temanmu, sahabatmu, keluargamu yang bisa kau jadikan alasan dirimu bisa ciptakan bahagia kapanpun kau mau. Aku cuma bisa mendoakan agar kamu yang berani jomblo (until akad) segera dipertemukan dengan jodohnya, yang in sya allah hubungan kalian lebih diberkahi... 

*Catatan seorang jomblo untuk sesama jomblo... dilarang sewot! hahahah
#Eva Edelweis, Yogyakarta 6 Januari 2017
      Ini hari ke-5 aku menulis di sini sebagai sebuah perwujudan dari resolusi tahun 2017 untuk menerapkan "One Day One Post". Barangkali yang ditulis di sini hanyalah semacam sampah dalam kepala yang perlu dibuang, tapi tidak dibuang begitu saja namun perlu direcycle lewat tulisan. Kali ini aku mengangkat sebuah review film "Zootopia" yang sudah rilis tahun lalu, tapi aku telat nonton. Maklum, orang sok sibuk. hahahha. Terakhir kali aku nonton sebelum nonton zootopia kira-kira 4 bulan yang lalu. cukup lama sekali kan? hihii yah sudahlah nonton film atau nggak, kan tidak menjadikanku lantas bertambah cantik... hahahha.

       Zootopia. Pertama kali aku membaca judulnya saja, terbersit dalam benakku tentang sebuah "Khayalan" yang dikemas apik oleh sutradara. Dilihat dari judulnya, Zootopia adalah gabungan dua kata antara Zoo dan Utopia. Zoo, yang berartikan kebun binatang. Sedangkan Utopia menurut kamus KBBI adalah sistem sosial politik yang sempurna yang hanya ada dalam bayangan (khayalan) dan sulit atau tidak mungkin diwujudkan dalam kenyataan. Oke, dari sisi makna tekstual saja, dapat kita terka kira-kira isi film ini seperti apa... Barangkali seacam kota impian yang dihuni oleh berbagai jenis binatang dengan penuh kedamaian. Pemain yang berkecimpung, tentu saja bukanlah sosok manusia tapi sejenis binatang. Mulai dari hewan mamalia, dan berbagai jenis hewan predator ikut meramaikan film ini. Disney menampilkan ide kreatifnya dengan cara menampilkan animasi sederhana namun sarat makna.Kehidupan binatang yang digambarkan seperti kehidupan manusia normal.Yah, di film ini sebenarnya memanusiakan binatang. Film dalam bentuk animasi yang cocok ditonton oleh berbagai usia.

       Sebuah cerita fantasi yang diawali oleh kelinci betina bernama Judy Hopps yang bertubuh mungil dan imut yang memiliki cita-cita untuk menjadi polisi di Zootopia. Orang tuanya mengatakan bahwa hidup mereka bahagia sejak mereka menyerah pada impian mereka dan memutuskan untuk menjadi petani wortel saja. Tetapi, Judy hopps adalah kelinci yang optimis untuk tetap mewujudkan impiannya. Usaha dan kerja keras ia lakukan pada saat bersekolah di akademi kepolisian sehingga mengantarkannya menjadi lulusan terbaik di sana. Terpilihlah dia menjadi delegasi polisi yang akan dikirim ke Zootopia. Betapa senang dan bahagia yang dia rasakan bahwa mimpinya akan segera terwujud. Zootopia adalah sebuah kota dimana rantai makanan tidak berlaku lagi bagi para binatang. Kehidupan binatang buas dan binatang jinak, luar biasa sempurna, mereka hidup rukun dan damai karena sebuah kesepakatan dari pendahulunya. Setelah ia sampai di Zootopia, yang terjadi bukanlah seperti dugaan yang ada di kepalanya. Chief Bogo seekor kerbau yang berperan sebagai kepala kepolisian justru mengabaikan Judy Hopps yang hanya seekor kelinci kecil untuk bertugas menjadi polisi, ketika hampir semua bawahannya ia tugaskan untuk mencari beberapa binatang yang hilang, justru ia dialihkan sebagai petugas juru parkir.Tetapi sekali lagi, Judy Hopps benar-benar menggambarkan seorang tokoh yang luar biasa optimis, dan selalu bersyukur atas apa yang terjadi padanya. Meskipun sebagai petugas parkir, dia tidak lantas bekerja malas-malasan. Tetapi Judy benar-benar menunjukkan etos kerja yang cukup bagus dengan cara bersungguh-sungguh dalam mengerjakan tugas yang diberikan padanya, hingga akhirnya bertemulah dia dengan Nick Wilde seekor rubah yang cerdik dan suka menipu. Dialah yang nantinya akan menemani hari-hari kedepan seorang Judy. Namun, di balik keculasan Nick, dia sebenarnya memiliki nasib yang hampir sama dulu dengan Judy. Diremehkan. Yah, Nick pernah bercita-cita untuk menjadi bagian dari peserta pramuka. Namun, ia seringkali dibully oleh temannya yang notabene hewan-hewan jinak, sehingga ia menyerah begitu saja. Keculasannya adalah sebuah pelampiasan dari kebenciannya. Ia benar-benar membuktikan bahwa seekor rubah tetaplah seekor rubah yang memiliki sifat alamiah yang cukup liar.

       Singkat cerita, ia yang memang kepingin sekali menjadi polisi, lalu tiba-tiba mengambil alih sebuah kasus kehilangan dengan cara paksa. Chief Bogo menantangnya untuk menyelesaikan kasus Mrs Otterton, seekor berang-berang yang kehilangan suaminya dalam tenggat waktu 48 jam. Bukan seorang Judy namanya jika ia menyerah begitu saja tanpa mencoba. Bersama dengan Nick, Judy mencoba memecahkan kasus kehilangan 14 warga zootopia. Perjalanan mereka membuahkan hasil yang cukup memuaskan setelah melewati beberapa rintangan bahkan, nyawapun resikonya bukan hanya sebatas ancaman terpecatnya Judy jika dia gagal melakukan misinya. Gabungan antara kerja keras Judy dan kecerdikan Nick, menemukan sebuah  hilangnya warga zootopia secara mendadak. Tidak hanya itu saja, mereka juga menemukan keanehan yang terjadi pada hewan-hewan yang telah ditemukan. Hewan-hewan itu menjadi sangat liar. Setelah melakukan beberapa pengamatan ternyata, liarnya para hewan karnivora itu bukanlah hasil reaksi Gen atau DNA mereka. Namun, mereka diberikan sejenis tumbuhan (pelolong malam) yang mengandung zat-zat kimia berbahaya, yang lantas menjadikan mereka liar. Keberhasilan kasus yang dipecahkan oleh Juddy dan Nick menjadikan ia populer di kalangan para hewan. Bahkan, di akhir cerita Nick pun menjadi partner Juddy bertugas sebagai polisi yang sesungguhnya untuk mewujudkan keamanan di Zootopia.

      Konflik yang diangkat dalam film ini begitu menarik. Kesetaraan. Tidak pandang bulu ia berasal dari ras apa, keturunan siapa. Seperti halnya sekarang yang terlalu mengkotak-kotakkan ras tertentu. Pesan moral yang disampaikan dari film berdurasi sekitar 1 jam 48 menit yaitu ketika kita menginginkan sesuatu, maka berusaha keraslah jangan pernah menyerah sampai keinginan itu terwujud. Berpindahlah dari zona nyamanmu untuk melihat dunia yang berbeda. Satu hal yang paling penting adalah jangan mudah meremehkan orang lain hanya dari sekilas pandang saja apalagi sekedar melihat dari sisi fisiknya. Kehidupan di Zootopia ini benar-benar membuka mata Judy untuk meyadari satu hal, bahwa realitas terkadang memang tidak seindah khayalan, seperti yang ia bayangkan bahwa zootopia adalah kota impian seluruh binatang, dimana semua jenis binatang diperlakukan sama tanpa membedakan antara kelas hewan jinak atau predator. Mereka hidup rukun dan damai.  Kerakusan pada tahta membuat seseorang kehilangan akal sehatnya, semacam itulah yang dilakukan oleh sekretaris wali kota Bellwether, seekor domba yang ingin menguasai kota Zootopia yang selama ini dikuasai oleh para hewan-hewan predator. 

    Barangkali, jika film ini ditonton anak-anak merupakan sebuah film edukasi yang sangat direkomendasikan, dimana di dunia nyata (bukan komik, buku, atau sejenisnya) sering terjadi pembullyan anak-anak di usianya yang masih dini. Termasuk aku yang pernah mengalaminya... :( menyakitkan sekali jika diingat. Akan tetapi jika film ini ditonton oleh orang dewasa, maka rasanya harus malu pada sifat "kemanusiaan" kita yang seringkali bahkan lebih buruk dari binatang. 

Sekian dulu tulisan ini, karena ternyata aku perlu belajar lagi untuk menuliskan sebuah review yang apik dan menarik. Tulisan ini hanya sebagai sebuah rekaman, bahwa jika masa lalu itu pernah terkenang kembali aku bisa menghibur diriku sendiri untuk menonton film ini kesekian kalinya ^_^

Eva Edelweis, 05 Januari 2016