Menikah, bagiku perkara paling sakral seumur hidup. Aku tidak pernah menginginkan masa laluku yang hitam kembali terulang. Jika kamu bertanya "kapan siap menikah" mungkin aku hanya bisa menjawabnya dalam hati. Sebuah keluarga bukan arena untuk coba-coba, aku mengumpamakannya seperti kapal kecil yang ada di tengah lautan lepas .. butuh perjuangan agar tidak oleng. Kau mengerti kan?  yah tentu saja pernikahan butuh persiapan dan tidak semena-mena hanya mengandalkan cinta. Apalagi hanya karena ocehan mulut tetangga.

    Aku pun butuh seseorang yang mencintaiku saat tua nanti. Seorang kamu yang akan menghapus luka lama yang tak pernah hilang dalam memori. Menurutku, keluarga adalah sebuah rumah cinta yang dipenuhi jutaan cinta di dalamnya.... Hanya ada cinta, tidak yang lainnya. Jika kamu tidak menemukan cinta itu di sana, barangkali ada yang salah dari keluargamu. Itu yang tidak kuinginkan.... Aku hanya ingin memberikan cinta yang lebih untuk seluruh penghuni rumah kita. Ketika aku menunda menikah, bukan berarti aku tak punya cinta tapi tabungan cintaku belum cukup untuk kubagi bersama.. Mungkin hanya cukup untuk membahagiakan diriku sendiri. Aku takut dengan kata-kata cerai, kekerasan dalam rumah tangga, ketidak puasan pada pasangan, tidak bahagianya anak-anak, kegagalan dalam membersamai keluarga, kegagalan mendidik anak... dan masih banyak hal yang kutakutkan..... aku sungguh takut.....mengertilah..aku cuma butuh waktu untuk berdamai dengan diri sendiri dan memaafkan masa lalu agar mata batinku bisa melihat dengan jelas ada banyak cinta di sekelilingku, termasuk dari kamu. Aku pun butuh waktu menyadari satu hal, bahwa aku pantas dicintai.... 

    Kenapa aku menuliskan semacam ini di blog pribadi? biar kamu sabar menungguku sebentar saja..... sabar menunggu dalam hal yang pasti. Yakinlah, Tuhan tidak pernah salah menentukan takdir kapan kita bertemu dalam sebuah hubungan yang halal... :) 

Yogyakarta, 16 Robiul Awal 1438 H

Aku percaya, Tuhan... tentang langkah kaki semut kecil yang berada di bawah pengawasanMu.. 
Aku juga percaya, Tuhan... tentang gerakan-gerakan bayi dalam rahim ibu..
Aku pun percaya, Tuhan... bahwa rotasi bumi dan planet lain adalah bentuk dari kuasaMu..
Begitu pula tentang pergerakan arah jalan hidupku.
Aku percaya semuanya, kuasa semesta berada di tanganMu.

Aku mengakui satu hal, bahwa aku salah satu makhlukMu yang kurang ajar..
aku yang masih ragu dengan jawaban-jawaban Doaku,
aku yang masih ragu apakah Engkau mendengar rerintihan suaraku?
aku yang masih ragu, tentang pertolonganMu yang tepat waktu
aku yang masih ragu dan selalu saja ragu....

Suatu hari aku mengingat diriku yang dulu selalu bermesraan denganMu..
Bahkan, aku hari ini malu mengingatnya. 
Malu karena aku tidak mampu bersabar atas ujian yang Kau berikan
Malu karena aku tidak tahan dengan godaan-godaan yang datang
Aku malu telah kehilangan diriku yang dulu..

Aku sempat berpikir, barangkali Tuhan marah
Melihat aku yang mulai kehilangan kendali atas hidupku saat ini
Melihat aku yang frustasi, tanpa mendekat kearahMu lagi....
Aku kalah, aku menyerah... 

Kepada siapa aku percayakan sesuatu yang paling rahasia? 
Jika kamu yang mengalir dalam darah yang sama tidak lagi senafas dan semisi?
Kepada siapa pula aku ungkapkan sesuatu yang paling rahasia jika suara yang pernah timbul kau tenggelamkan tanpa titik dan koma?
Kepada harap dan ribuan doa yang sempat terlampir 20 tahun lamanya, apa kabarmu?
Masihkah ada Tuhan yang bersemayam dalam setiap hentakan napas lelahmu? 
masihkah ada bayangan Tuhan yang mewujud jutaan harap tak henti kau tengadahkan kala fajar mengintip jendela kamarmu?
Boleh kau jarah semua yang kumiliki, tapi jiwa dan perasaan tidak akan pernah berhasil kau curi.
Jangan lupa, ketika harapan kita tertuju pada zat yang sama.. aku pun punya bisnis pribadi dengan Dia dan seluruh prajuritNya..



    Assalamualaikum...... Bertemu lagi denganku eva edelweis, gadis madura berhidung minimalis. Kali ini aku ingin share sedikit cerita tentang santri. Why about santri? karena aku seorang santri, dan kamu tidak usah protes. hahaha -_- 

    Sekitar dua tahun yang lalu, tahun 2015 pemerintah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai hari santri nasional dalam rangka sebagai peringatan histori tentang peran santri yang luar biasa dalam menjaga keutuhan NKRI. Sementara aku, merayakan hari santri dengan cara menerbitkan sebuah tulisan sederhana ini di blog pribadi. 

    Terhitung 8 tahun sudah aku berstatus sebagai santri. Satu windu itu tidak cukup buat seseorang mengais ilmu di pesantren, karena apa? bahkan hingga hari ini pun aku menyesal kenapa tidak sejak balita saja aku dijebloskan ke pesantren. Loh kok bahasanya dijebloskan sih? Iya, karena pertama kali aku nyantri, aku terpaksa mondok karena keinginan orang tua. Aku benar-benar tidak betah tinggal di pesantren. Sejak hari pertama diserahkan ke pak kyai, orang tuaku tidak menjengukku atau sekadar menelpon ke pesantren untuk menanyakan kabarku, hingga liburan pun tiba. Hiks.... menyedihkan yah :(

    Menurutku, pesantren itu semacam rumah sakit yang menyembuhkan seseorang dari sakitnya. Terserah kamu setuju atau tidak, tapi ini kan hanya soal pengalaman. Aku yang dulu benar-benar sosok aku yang individualis, yang sama sekali tidak mengerti arti empati, tidak mengerti tentang bagaimana hidup bersama dengan orang-orang yang beda kepala beda isi. Awalnya sangat menyiksa, bahkan katakanlah aku sendiri merasa terkucilkan diantara 40 orang yang menghuni kamar di tempatku berada. Yah, kamu ga usah kaget ketika tadi aku menyebutkan angka 40 orang dalam sekamar. Maklum, ini pesantren bukan rumah pribadi apalagi hotel. Tetapi ternyata aku salah sangka, bukan aku yang dikucilkan tapi aku yang mengucilkan diriku sendiri diantara banyak orang. Aku yang tidak mengerti bagaimana membawa diriku sendiri untuk bergaul, bersosialisasi dengan orang lain. Aku menikmati duniaku sendiri tanpa menoleh ke arah orang-orang di sekitarku. Aku terlalu sibuk dengan pikiran "aku ini ga bisa bareng mereka, aku ini ga tahu caranya agar aku diterima di komunitas mereka, aku ini... bla bla bla... dan banyak pikiran negatif lain yang ada di kepalaku waktu itu. Padahal permasalahannya bukan ada di mereka tapi ada dalam diriku sendiri yang enggan membuka diri untuk mencoba sharing, saling curhat misal dan apa pun yang bisa dilakukan bersama orang lain. 

    Tiga tahun berlalu dengan cepat, bahkan dalam kurun waktu yang sebentar itu aku sudah rolling kamar sebanyak 4 kali. Hahahahha .... stress sih ketika mulai bersosialisasi lagi dengan orang-orang baru. Hanya saja Tuhan selalu mengirimiku orang-orang baik hati yang mau paham dengan karakterku yang seperti ini, hingga akhirnya aku bisa melewati situasi sulit semacam harus mengenali dengan baik orang-orang baru yang ada di sekitarku.  Tiga tahun yang cukup berarti buat diriku sendiri, karena di sini aku mengalami banyak hal yang membuatku hidup dan kehidupanku kebanting dengan cepat. Dibekali dengan banyak hal-hal sederhana yang akan membuatku survive hidup di mana pun bahkan dalam situasi sesulit apa pun. Hari ini, ketika aku menulis tulisan ini pun, aku sudah berubah menjadi pribadi yang berbeda. Aku sudah tidak canggung lagi menyapa dan berkenalan dengan orang-orang baru, aku sudah tidak gelisah lagi jika bersosialisasi dengan orang lain, dan aku pun sudah nyaman menjadi diriku yang hari ini, sangat berbeda dengan beberapa tahun silam.  Ini hanya sekilas cerita tentang kehidupan sosial di pesantren, belum lagi soal keilmuan dan pengetahuan yang didapatkan di sana. Bahkan hari ini aku benar-benar menyesal kenapa waktu usiaku masih 10 tahun aku menolak dimondokkan oleh orang tuaku, kenapa tidak kuiyakan saja waktu itu? pikirku sih agar bekalku yang kusadari sedikit akan membawaku melangkah lebih jauh dari pencapaian-pencapaian hari ini. 

    Hari ini pun aku masih berstatus santri di pesantren yang lain, bedanya adalah di pesantren ini aku bertemu dengan mereka yang menurutku sudah sangat mantap keilmuannya dalam beberapa hal sejak di pesantren mereka yang sebelumnya. Di situlah penyesalanku kenapa hanya sebentar saja aku "menelantarkan diri" di pesantren yang dulu. Aku bahkan merasa beruntung hidup di pesantrenku yang sekarang, karena berkat pesantren keluargaku lapang dada melepaskan anak gadisnya jauh dari jangkauannya. Apalagi waktu aku akan berangkat ke Jogja, ibuku sempat bilang mengenai berita tentang Jogja bahwa 95% mahasiswa Jogja tidak perawan. Wah, betapa mengerikannya dan aku tidak tahu persis bagaimana perasaan ibu waktu itu. Kita pasti tahu, bagaimana ketar-ketirnya hati orang tua yang memiliki anak gadis yang merantau jauh dari dirinya. Ketahuilah bahwa menjaga anak perempuan lebih sulit tanggung jawabnya daripada menjaga ratusan kilo emas aman dari penjarah. Mengingat itu semua, aku bersyukur dengan hidupku hari ini yang tanpa terasa sudah 5 tahun aku nyantri dan jauh dari orang tua. Aku benar-benar bersyukur, ayah dan ibuku masih ridla dan berdoa untuk diriku di sini karena kepasrahan hati mereka menyerahkan diri pada Tuhan dan juga pesantren yang akan menjagakanku dengan selamat dunia akhirat, in sya allah....

    Tepat hari santri satu tahun yang lalu, 22 Oktober 2016 aku menghadiahi keluarga dengan hari kelulusanku sebagai hadiah spesial untuk bapak dan ibu yang juga alumni pesantren. Entah sudah keberapa kalinya ibuk selalu menghubungiku dengan peryataan yang sangat kuhapal "Eva, aku ingin ke Jogja.. melihat keindahan budaya Jogja. Aku ingin tahu seperti apa wajah pesantrenmu yang selalu kau ceritakan saat liburan, aku juga ingin mengenal teman-temanmu Va... Kapan kau akan wisuda?" ah, kini pertanyaan itu sudah menjadi kenangan manis antara aku, keluarga, dan pesantrenku. 

    Oke, sampai di sini dulu tulisan ga jelas sore ini... Satu hal sebagai penutup, nikmatilah hidupmu kawan-kawan santri sekalian.. Eksplorasilah apa pun yang ingin kamu tahu, semuanya akan bermanfaat untuk hidupmu di masa yang akan datang dimana potensi dan sosok seorang santri lah yang akan dicari-cari masyarakat nanti. Jangan sampai ceritamu seperti aku, menyesal karena nyantri hanya sebentar.... hehehe
Terimakasih tak terhingga untuk Annuqayah dan pondok pesantren UII Yogyakarta.... 
Salam Santri 


Catatan Eva Edelweis, Yogyakarta 22 Oktober 2017  


    Selamat pagi para pembaca blog sarang laba-laba.... sudah lama rasanya kita tak berjumpa lagi di rumah ini. Nyaris dua bulan mandek tidak pernah mengunjungi blog ini. Sepagian ini aku tidak ingin menuliskan hal-hal yang terasa berat dibaca hanya sharing hal sederhana semacam bullyng.

    Aku yakin semua orang tidak mau jadi korban bullyng, tapi kenapa ada banyak orang membully orang lain dengan senang? Sebenarnya, tiba-tiba nulis ini karena baper dari semalam mewek sendiri kehilangan teman dekat dan entah apa yang terjadi, aku ingin banget nulis unek-unek yang ada di kepala ini. Aku punya banyak  teman yang terbagi dari beberapa komunitas, atau sebuah keluarga kecil. Salah satunya adalah keluarga kecil di pesantren. Aku ga tau yah kenapa aku menjadi manusia yang cuek luar biasa, males banget berkumpul dengan kawan yang di pesantren.. Padahal mulai dari aku buka mata di pagi hari sampai terpejam di malam hari pun yang intens berkomunikasi tentu saja dengan kawan pesantren. Namun aneh rasanya bagiku mendadak jadi seseorang yang super introvert, jarang banget mau main ke teman kamar sebelah kecuali ada moment-moment tertentu seperti merayakan hari kelahiran mereka, makan malam bersama di luar, rencana ke kondangan luar kota, atau hal-hal yang sekiranya membuat kami tidak cukup berbicara di grup line dan mengharuskan tatap muka. Selain dari itu, aku lebih memilih sendiri di kamar dengan aktivitasku sendiri. Oke barangkali ini terlihat sangat aneh untuk aktivitas santri semacam aku yang seharusnya banyak bersosialisasi dengan mereka. Aku nyaman dengan duniaku, dengan banyak hal yang kulakukan sendiri, bahkan kupikir seharusnya aku menjadi anak kotsan dibandingkan tinggal di pesantren. 

    Cerita itu terjadi di pesantren. Bagaimana dengan komunitas lain? contohnya saja deh, di Taekwondo (tkd) dan kimia. Anak-anak taekwondo mayoritas agak absurd macam aku sih hahahha. Yang cowok itu hombreng, yang cewek pun cewek KW. lah kok gitu? ah sudahlah aku tak akan membicarakan hal itu di sini.... aku hanya menyoroti cara mereka memperlakukan seseorang dan bagaimana perasaanku ada di sana. Ketika lagi bareng mereka, diriku yang introvert di pesantren menjadi orang yang humble dengan siapa pun, bahkan aku dengan senang hati membantu mereka anak yang baru masuk untuk belajar sedikit gerakan-gerakan yang benar dilakukan. Bahkan dengan senior pun aku  juga begitu, menjadi seseorang yang sangat asyik diajak bicara seperti aku menemukan diriku yang sebenarnya, tanpa pencitraan, dan aku benar-benar menjadi aku, karena mereka membuatku merasa nyaman untuk tidak jadi orang lain. 

    Begitu pun ketika aku berkumpul dengan anak-anak kimia. Aku menjadi seseorang yang sering heboh sendiri, pemecah suasana, dan menjadi orang yang asyik pun dengan mereka, sama seperti yang aku rasakan saat bareng anak tkd. 

    Lalu kenapa dengan pesantren? apakah ada sesuatu yang buruk di sana? ku kira tidak... lalu kenapa kamu berprilaku seolah punya kepribadian ganda? jawabannya cuma satu, tergantung situasi dan perasaan nyaman yang ditimbulkan oleh komunitas tersebut. 

    Aku ingin banget sih sebenarnya membela diri ketika ada yang mengusikku dengan pertanyaan-pertanyaan "eh, eva kok ga pernah mau gabung sih? kok kamu cuek banget gitu? kayak ga mau kenal..." kujawab mereka dengan senyuman. oke, aku ingin menjawabnya di sini....

    Bullyng. Itulah jawabnnya.... jadi tulisan banyak yang kutulis di atas hanyalah pengantar saja hahahha. inilah inti permasalahannya....Aku ga terlalu sering ikut nimbrung dengan kawan pesantren, karena bullyng. Dimana pun kapan pun kita berkumpul selalu saja ada pembullyan di situ. Entah itu korbannya aku, atau orang lain... tapi aku sangat tidak suka. Mungkin bagi mereka itu asyik, bisa membuat suasana pecah dan ketawa bersama. Hei.... apakah untuk membuat kita tertawa harus mengorbankan perasaan yang lainnya? Misal nih, aku yang dibully ... terus aku balik bully dia, eh dianya marah-marah, cemberut, minta pembelaan dari teman yang lain terus nyari kesalahan gue untuk bully balik. Nah loh? gitu kan.... kamu saja ga suka dibully, kenapa kamu membully orang? itu pertanyaanku yang selama ini tertimbun di kepala. Ketika ada yang dibully, aku hanya ikut tertawa saja jika ada hal-hal lucu tapi sama sekali tidak mau ikut membully orang. Karena aku tahu, walaupun itu seru-seruan, bikin kita jadi ketawa, ada orang yang disakiti. Emang ga ada bully secara fisik, tapi lebih ke kata-kata yang sedikit nyess di hati, dan menurut aku itu lebih menyakitkan dibandingkan ada yang melukai fisik. Awalnya seru-seruaan tapi ujung-ujungnya yang dibully jadi ngambek, kasih pembelaan sendiri, minta pembelaan teman kalau dia punya sekutu, kalau nggak.... dia bakalan balik nyari kesalahan yang bully. Kan, seru-seruan apaan itu? 

    Seseorang bisa kok jadi asyik tanpa harus mengeluarkan joke-joke yang menyeret pada pembullyan. Salah satunya adalah temanku yang satu ini... gadis kelahiran Cilegon yang berulang tahun kemarin... dia salah satu temanku yang paling asyik, dengan ciri khasnya dia yang kadang absurd.... berteman dengan dia, suasana tetap asyik meski ga ada pembullyan. Mungkin di antara sekian banyak orang yang suka banget bully membully orang, dia jarang bahkan tidak pernah membully. Sama kayak aku, hanya numpang ketawa saja ketika ada yang dibully dan dibarengi dengan bercerita hal-hal yang lucu tapi menarik untuk diceritakan ulang, tentu saja tentang keseharian kami bukan ghibahin orang. Oke, Happy birth day Adhe Nur Tsani Oktavia...

    Aku sih orangnya, kalau sudah tidak nyaman ya udah lebih baik meminimalisir dibandingkan ikutan nimbrung tapi kadang ada rasa sakit hati sendiri. Jadi daripada aku baper sendiri, kadang juga sakit hati, mending aku dikatakan cuek ga mau bersosialisasi dengan orang lain, ga asyik, dan dibilang pribadi yang introvert tapi aku nyaman dengan hidupku. Aku merasa tentram meski sendiri. Aku merasa menemukan inilah diriku yang sebenarnya, aku tidak perlu pura-pura merasa baik-baik saja dan happy dengan hal yang kurang menyenangkan. It's my choice.  Oke fine, jika ada yang menanggapi "kok kamu ga asyik banget sih orangnya? itu kan biasa namanya juga teman saling ece gitu... kok kamu baperan? tanggepin dengan santai lah.. ga usah merasa sakit hati.. gitu saja kesel terus merasa ingin ditulis di blog pribadi..." oke mungkin kalau ada yang baca ini, bakalan ada yang berkomentar seperti itu. Tapi kuakui sih, aku baperan banget orangnya.. menurut aku, bagaimana pun bentuk pembullyan itu, meski hanya lewat joke, tetap saja itu bullyng dan kita tidak berhak melukai hati siapa pun meski hanya becanda. Well, untuk menghidupkan suasana, membuat orang tertawa, mengeratkan persahabatan, ada banyak sekali cara tanpa harus bully. Yah aku tahu sih, ada yang bilang sahabat itu adalah orang yang kadang dengan seenaknya ngatain kamu doggy atau piggy dengan muka santai bahkan kayak nama kesayangan. Hanya saja, sahabat versi aku tak seperti itu. Aku sama sekali ga ingin manggil orang yang kusayangi sebagai sahabat dengan panggilan doggy misal.... nggak banget. Meskipun anak jaman now, menganggapnya hal lumrah dilakukan. 
  
    Oke itu saja dulu sampah di kepala yang ingin kubuang, jika kamu tidak suka atau ingin memberiku saran bagaimana hidup yang lebih asyik dari sendirian dengan menjadi manusia yang introvert, kamu boleh komentari tulisan ini. Keasyikan nulis, aku jadi lupa mau berangkat kerja... see you next time.

Catatan Edelweis, Yogyakarta 11 Oktober 2017. Lantai 4 asrama UII

Selamat hari raya Idul Adha 1438 H :")
Sebelum aku menulis, aku akan menyatakan diri bahwa tulisan-tulisan di sini merupakan tulisan fiktif yang terinspirasi dari orang lain dan sedikit pengalaman pribadi. Namun kali ini aku benar-benar ingin menulis catatan yang kualami saat ini. 

    Tak ingin kuhitung hari, berapa lama aku merantau jauh dari orang tua. Rindu? tentu saja iya. Sebagaimana malam ini. Seharian ini aku tergolek lemas di dalam kepungan selimut seorang diri. Bukan karena aku tak punya teman untuk meminta tolong membawakanku obat, tapi aku ingin menikmati sakit ini sendiri dengan sebenar-benarnya sakit yang beberapa kali menyapaku. Sebagaimana perantau, aku selalu saja menghitung dengan teliti kapan libur panjang akan tiba. Bersemangat membayangkan jikalau aku pulang aku akan bertemu dengan dua gadis imut dan sholehah menunggu kedatanganku, tidak.. mereka menunggu oleh-oleh yang kubawa. Tapi apa pun alasannya, aku selalu merasa bahagia dan dihargai oleh mereka. 

    Liburan idul adha kali ini berbeda dengan libur hari raya tahun-tahun sebelumnya. Karena selain statusku sudah bukan mahasiswa, aku tiba-tiba kangen untuk merasakan hari raya kurban di rumah setelah bertahun-tahun tidak pulang saat hari raya. Kebetulan juga liburan kali ini mepet dengan libur kantor, jadilah aku akan menikmati long weekend yang sejak sebulan yang lalu kurencanakan untuk pulang ke kampung halaman. Tidak perlu tiket, karena tujuan menuju ke rumah hanya ada bus kota yang selalu ada sepanjang waktu selama kiamat belum tiba. 

    Rencana pun sudah matang, aku akan pulang. Namun, setelah iseng-iseng kubuka chat grup line yang sudah ribuan tak terbaca, ada seseorang yang mention aku di sana memberitahukan bahwa beberapa minggu kedepan akan ada ujian Taekwondo, yang perlu beberapa persiapan dari sekarang. Mulai mempersiapkan biaya adiministrasinya, latihan yang rutin dan beberapa persiapan lainnya. Kebetulan saja sih, lagi bokek.. ahahha emang kapan punya banyak duit Va? Tapi keinginan pulang sudah bulat, sebulat tahu yang digoreng dadakan. Beberapa jam sebelum pulang, tiba-tiba ada telpon dari nomor bapak namun ternyata yang bicara  ibuk.. Kabar sangat mengejutkan untukku kesekian kalinya, bahwa bapak sedang mengalami kecelakaan yang cukup serius... Air mata ini seolah sudah kering, membeku, pikiran pun mengabut... antara ingin marah dan menangis. Mungkin mereka takut aku shock mendengar keadaan bapak yang tidak baik-baik saja. Di saat keadaan bapak yang seperti itu, entah dengan alasan apa lagi ibuk tidak mengijinkanku pulang ke rumah. Bahkan, dari suara ibuk terdengar permohonan untuk benar-benar tidak pulang saja. Padahal, tentu saja hasrat ingin segera pulang sudah bertambah puluhan kali lipat dari keinginan sebelumnya. Jika beberapa hari yang lalu aku pulang sudah membayangkan akan berkumpul bersama keluarga besarku, maka saat ini yang kupikirkan adalah menjaga bapak hingga sembuh. 

    Takbir berkumandang dari seluruh penjuru arah, membuatku semakin terlihat cengeng menangis sangat pingin pulang. Rindu sekali.... namun apalah daya aku akan tetap di sini meringkuk sendiri di bawah selimut sembari mendoakan semoga Tuhan selalu mengasihi bapak, melindungi bapak, menjaga bapak... sebagaimana bapak memperlakukanku sebagai putri kecilnya yang dulu. Kali ini aku benar-benar berkurban, kurban perasaan kangen ingin pulang, pijitin kaki bapak, bikinin kopi, dan menjadi teman bicara. Selamat hari raya, maaf pak, eva belum bisa pulang liburan ini. Ada dua gadis kecilmu di sana yang juga tak henti mendoakan keselamatanmu pak sebagaimana aku di sini. Peluk jauh dari tanah rantau ^_^

Catatan Eva Edelweis, Yogyakarta 10 Dzulhijjah 1438 H.



Semangat siang para kawan blogger... Hari ini adalah hari kesekian lembur di lab selama 2 minggu. Capek fisik dan pikiran membuatku harus segera menulis di sini... Kok ga jalan-jalan? Kok malah menulis ? Yah, karena biasanya ketika menulis ini lah beban pikiranku terasa berkurang.
Pertama, aku mau bikin satu pernyataan bahwa setiap orang tidak suka dibully. Menurut Wikipedia bullying adalah penggunaan kekerasan, ancaman, atau paksaan untuk menyalahgunakan atau mengintimidasi orang lain. Bullying ini sering sekali terjadi di sekolah, kampus, dan beberapa komunitas. Menjadi pelaku bully mungkin menyenangkan, berhasil menindas orang lain, memojokkan orang, dan barangkali menyakiti hati orang lain. Namun, cobalah bayangkan jika kamu berada di posisi orang yang dibully. Kira-kira bagaimana perasaanmu ? Jika kamu kira itu menyenangkan, silahkan bully orang sepuasnya. Namun jika kamu rasa dibully itu sangat tidak mengenakkan, maka jangan sekali-kali suka membully. 
Perilaku semacam ini sering terjadi diantara​ teman-temanku. Biasanya mereka suka sekali membully temannya sendiri. Begitu dia yang dibully, dia marah, bicara dengan nada tinggi, sakit hati... Yah begitulah rasanya. Aku menulis ini karena aku heran kok bisa mereka ketawa senang, saat membully temannya. Padahal mereka sendiri tidak suka dibully. Perilaku semacam ini yang kadang bikin aku suka mikir keras. Mereka melakukan sesuatu seolah ga pake pikiran. Ga pake otak, mereka melakukan sesuatu karena nafsu ingin mengintimidasi orang lain, begitu objek sasaran dia lemah, di situlah letak kebanggaan (semu) yang mereka dapat. 
Bagaimana jika aku yang berada di posisi itu ? Maka aku memilih untuk tidak sakit hati, berdoa seolah sebagaimana orang yang ditindas haha.... Ini serius, karena aku yakin doaku saat itu akan didengar Tuhan. Prinsipku satu, seseorang yang berbuat buruk, maka suatu hari akan terbalaskan. Jadi aku tak akan merasa sakit hati. Hanya karena aku tak akan sakit hati, lalu semua orang bebas ngebully aku... Bukan begitu. Aku sangat tidak menyukai bully membully semacam ini meski orang bilang hanya becanda. Karena kita tidak pernah tahu, kalimat  kita yang manakah telah berhasil membuat orang lain sakit hati. Maka benarlah sebuah ungkapan "jika kita tidak mampu berbicara yang baik dan bermanfaat maka dialah". Tulisan ini makin ga jelas, isinya apa. Tapi inti yang ingin kusampaikan adalah jangan membully orang lain, jika kamu tidak suka dibully. Oke guys.... Selamat weekend.

    Rasa-rasanya kepalaku mau pecah hari ini. Capek fisik sekaligus hati. Pagi yang cerah menyambut Agustus yang tiba-tiba datang tak disangka, penuh dengan nyanyian, dan ribuan kata yang kubawa dari asrama. Sepanjang perjalanan, hanya mengawang-awang di kepala, mendesak ingin dituliskan di sini semua. Rasanya tadi pagi aku ingin teriak "tolonglah diriku yang baik hati, hari ini bekerja samalah denganku. Isi kepala ini memang harus kubuang di tempat sampah semacam blog pribadi, namun aku belum punya waktu senggang untuk ini semua. Beberapa hari kedepan, akan kubawa kakiku melangkah dengan santai memenuhi segala pekerjaan, otakku pun butuh oksigen lebih untuk merilekskan kerutan-kerutan yang menandakan sedang dipaksa berpikir keras tanpa lelah... Tolonglah diriku yang baik hati, kendalikan dirimu, biarkanlah jutaan kalimat yang hendak melompat ini menjadi tenang, akan kutuliskan satu persatu di sini....."

    Ini hanya soal yang tidak penting semacam rindu kesekian kalinya.Kok rindu mulu sih ? Barangkali kamu yang dengan sengaja membuka catatan blog ini akan ngedumel seperti itu dalam hati. Berkali-kali bahkan begitu banyak tulisan soal rindu di sini. Nggak penting banget kan?  Kamu tahu nggak, rindu itu tidak pernah menyebabkan kebosanan, bahkan sebagian orang tidak pernah bosan dengan rindu. Atau, rindu itu semacam nafas bagi kehidupan kita. Begitu kataku waktu itu, saat aku mengatakan dengan sangat jelas mengaku rindu. sementara kamu bilang, tidak perlu terlalu sering merindu nanti bosan.

    Bagi seorang perempuan, mengaku rindu itu bisa saja sangat memalukan, apalagi jika yang dirinduinya cuek begitu saja tanpa ekspresi. Perempuan itu begitu rapet menyimpan segalanya soal perasaan semacam itu, termasuk soal rindu yang satu ini kecuali dia benar-benar rindu dan harus mengatakannya sebagai obat penawar bagi dirinya sendiri. Ketika kamu, seorang lelaki mengatakan rindu pada seorang perempuan, percayalah hatinya seolah dijatuhi tetes air langit setelah bertahun-tahun menanggung kemarau. Akan ada perasaan bahagia meskipun sedikit, karena senang dirinya dirindukan seseorang. Jangankan kata  rindu itu diucapkan oleh lelaki spesial misalnya, meluncur dari seorang teman, sahabat itu pun akan memunculkan rasa senang di hati seorang perempuan karena merasa dirinya dianggap ada oleh orang lain. Sesederhana itu hari ini imajinasiku. 

    Bagaimana jika rindu kita tidak terbalas? tidak masalah, karena rindu bukan sebuah kewajiban. Kita tidak bisa menuntut orang yang kita rindu juga merindukan kita. Namun, akan ada sedikit rasa sakit "nyess" di hati ketika rindu itu tak terjawab, tak terbalas.... dan yah barangkali ini sebuah kejujuran yang hendak aku katakan saat aku rindu dengan seseorang namun orang itu tidak pernah tahu betapa hebatnya rindu itu menyerangku, membunuhku bekali-kali hingga nafsu makanku tidak stabil.... Yah, rindu yang kurang ajar. Patah hati hanya karena rindu tak terbalas? bisa banget, karena patah hati tidak hanya terasa ketika kamu diputusin pacar, dijauhin gebetan dan sejenisnya. hahaha.... Rindu yang hanya Tuhan yang tahu betapa dahsyatnya rindu itu menggebu di dada, menuntut berkali-kali terbalaskan, tapi aku bisa apa? Sebagai perempuan yang normal, aku pernah jatuh cinta, rindu, patah hati, dan bahkan aku pernah mengalami ketiganya dalam satu waktu yang sama. Lalu apa semua itu salah? menurutku tidak, karena perasaan semacam itu datangnya dari Tuhan. Aku hanya bisa mengadukan semuanya pada Tuhan, tidak pada yang bersangkutan. Nanti dia geer merasa disukai, dirindukan oleh seorang gadis semacam aku.... hahahha. 

    Sampai di paragaf ini saja, pikiranku sedang kacau. Tidak mampu mendeskripsikan lebih mudah lagi soal rindu. Yah memang begitu adanya, karena rindu bukan soal kalimat biasa, namun seperti mantra. Serindu apa pun aku pada seseorang, tidak akan tersampaikan dengan utuh sempurna seperti yang kuinginkan hanya lewat kata-kata amburadul semacam ini. Tapi setidaknya, inilah tulisan kacau yang sedari tadi berdenyut-denyut di kepala meronta ingin segera dituliskan. Yah, tujuan tulisan ini terposting hanyalah sebuah informasi tidak penting bahwa aku sedang jatuh hati, rindu dan patah hati dalam waktu yang bersamaan...Namun semuanya tak pernah tersampaikan. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 1 Agustus 2017


    Assalamualaikum kawan blogger semuanya.... semoga Tuhan selalu menyayangimu sebagaimana Tuhan menyayangiku dengan kasih sayangNya yang luar biasa. Ini kali ke empat ada event 7 hari menulis bersama Basa Basistore. Sebelum aku menuliskan tantangan di hari pertama, kuucapkan terimakasih pada momon yang sudah bikin aku nulis di blog ini lagi. Jujur saja, sebulanan ini tanganku mati rasa, kering inspirasi dan lebih memilih berdiam diri. Sepertinya blog ini akan ramai kembali beberapa hari kedepan oleh coretan absurdku. hihihihi

    Tiga film favorit yang amat kusukai.... banyak sekali sebenarnya film-film keren yang kusuka. Pertama, 3 idiots. Film ini kutonton sudah berkali-kali, tapi tetap saja tak pernah bosan untuk kutonton kesekian kalinya. Suka banget sama film bollywood ini. Komposisi dari film ini sangat bernutrisi untuk dikonsumsi oleh berbagai kalangan masyarakat. Pesan yang ingin disampaikan sang sutradara ngena banget, bahwa angka-angka yang tertulis di rapot sekolah bukan sebuah acuan dimana seseorang akan sukses di masa mendatang, bahkan materi duniawi pun bukan sebuah bukti yang paling nyata dari seseorang harus dianggap sukses. 

    Kedua, Harry Potter. Film yang diangkat dari sebuah buku yang ditulis oleh J.K Rowling ini merupakan film pertama yang mengundangku untuk berkhayal lebih dari seorang J.K. Rowling. hahahhaha. Bayangkan, ia menulis novel yang berjilid-jilid itu hanya dimulai dari oret-oretan tisu yang ia punya. Betapa inspirasinya ini membuatku semakin gila untuk menikmati karyanya. Aku kesulitan menuliskan alasan kenapa aku begitu menyukai film ini, namun percayalah Rowling telah benar-benar sukses menyita waktuku berjam-jam untuk membaca buku sekaligus menonton filmnya sekaligus.

    Ketiga, film Alif Lam Mim. Film yang sempat mengundang emosi para pejabat, polisi... Yah sebuah film yang menampilkan tentang Islam yang terlalu sering dituduh sebagai teroris, makar dan sebagainya. Sebuah film yang ditayangkan seolah sebagai perlawanan untuk menyatakan Islam itu penuh dengan kedamaian. Tidak hanya itu, aku begitu suka dengan film ini yang menampilkan sesosok "santri" yang mana orang-orang awam selalu memandang rendah status santri yang katanya kuno, di sini ditampilkan 3 orang santri yaitu alif, lam dan mim yang alumnus sebuah pesantren lalu sukses di dunianya dengan bakat dan talentanya masing-masing. Santri yang kekinian, bukan santri kekunoan. Semoga film ini tidak dibredel oleh pemerintah. 

Udah itu saja dulu tulisan hari ini. Bingung sebenarnya mau nuls film apa? Karena aku sudah terlalu lama tidak nonton film. hihihi Namun, ketiga film tadi meskipun lawas, recomended sekali buat ditonton bersama keluarga. Jangan bosan yah mampir di blog pribadiku, semoga hari-hari berikutnya dapet mood dan inspirasi yang lebih baik dari hari ini, biar ga bosen dan kerasa garing.
Teruntuk setiap orang yang bernama lelaki. 
    Baiknya aku tidak baper ketika menuliskan hal ini, namun ada satu hal yang harus kusampaikan dengan jelas tentang isi hati yang nyaris saja tumpah ruah di tempat yang salah. Aku selalu saja menulis hal yang mungkin bagimu seperti sampah maka kusarankan segera menyingkir dari blog ini. Karena aku menulis atas perintah hati bukan karena niat menulis dengan serius. 

    Tentang perempuan, kau tahu dia memiliki ingatan yang cukup baik soal angka dan berbagai peristiwa yang pernah terjadi dalam hidupnya. Misal nomor-nomor para mantannya, atau bahkan hari ulang tahun pernikahan orang tua mantannya alias calon mertuanya yang gagal. Hal-hal yang tak penting bagimu, bisa jadi itu sesuatu yang sangat penting bagi seorang perempuan hingga dia akan selalu mengingatnya. Semisal kau punya janji, maka berjanjilah untuk tidak memberinya harapan palsu, atau berjanjilah untuk tidak akan mengingkari janjimu sendiri hai kaum lelaki. Satu hal yang tidak boleh kau lupa, meski pun seorang perempuan punya hati yang lembut, jangan lupakan dia juga sejenis manusia bernama perempuan yang gampang sekali rapuh hatinya karena hal-hal sepele. 

    Kamu boleh ingkar pada siapa pun tapi jangan pada dua orang yaitu dirimu sendiri dan seorang perempuan. Barangkali satu kali janji yang kau ingkari termaafkan oleh waktu, lalu kau melakukan lagi kedua kalinya ketiga kalinya bahkan mungkin tak terhitung telah berapa kali kau membohonginya dan kau hanya perlu mengucapkan satu kata "maaf". Kali ini aku ingin tertawa lebar saat ucapan maaf itu benar-benar kau ucapkan dengan penuh kesadaran. Kenapa? suatu hari aku menemani seorang perempuan yang kutahu dia begitu lembut hatinya dan pernah berjanji untuk tak menyukai siapa pun sebelum dirinya dihalalkan oleh lelaki yang berhasil menaklukkan hatinya. Hingga entah kenapa perempuan yang biasanya menjadi "bunda" ini mengungsi sekitar beberapa hari di tempatku hanya untuk nenangin dirinya yang sedang "sakit" hanya karena lelaki. what? yeah di situ aku kaget. Dia sakit hati, kapan jatuh hatinya sih? begitu pikirku. Pas dipancing-pancing tuh cerita, eh ternyata dia sedikit baper pada seseorang karena suatu hal yang tak ingin kuceritakan di sini. Inti yang ingin kusampaikan adalah, berkomitmenlah dengan ucapanmu, jangan begitu mudahnya kau sakiti hati perempuan sesederhana kau membohonginya meski tanpa sengaja. 

    Satu kali termaafkan, tapi jangan pernah kau lupakan ketika hati perempuan retak sedikit saja karena ulah kecilmu maka senyatanya hati yang ia miliki sudah berubah bahkan meski berulang kali kau bersusah payah membuatnya utuh akan tetap saja kelihatan bahwa hatinya telah pernah retak meski seujung kuku. 

*Sebuah cerita mengenang seseorang yang mungkin pernah kutitipkan rindu. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 20 Juli 2017.
Foto diambil dari hasil dokumentasi pribadi.  

    Sebuah kampus yang membangkitkanku dari keputus asaan. Sebuah kampus yang memberiku kesempatan satu kali lagi untuk mewujudkan beberapa mimpi yang sempat nyaris kuhapus dari catatan harianku. Masih teringat sangat jelas dalam pikiranku 5 tahun yang lalu saat aku nyaris saja menenggelamkan mimpi-mimpi kecilku, lalu takdir itu datang tak terduga, sebagai jawaban dari pinta di setiap sujud yang tak henti dilakukan oleh ibu dan ayahku tentu saja juga berkat do'a terbaik dari masyayikh Annuqayah. Iya, jawaban terbaik dari Tuhan. Karena waktu itu aku masih berstatus sebagai santri (belum boyongan), sulit bagiku untuk izin dalam waktu yang agak lama hanya untuk mengikuti tes mandiri di beberapa kampus, kebetulan saat itu semua kampus barangkali sudah menutup pintu mereka masing-masing untuk kudatangi sebagai mahasiswa baru. Lalu, harapan itu muncul berasal dari kakak kelas yang memberiku selembar pamflet program mahasiswa unggulan pondok pesantren UII. Kabar bahwa pintu UII masih terbuka lebar untukku, tidak kusia-siakan begitu saja. Bismillah Tuhan akan selalu memberikan yang terbaik. Meski pun aku bukan siswa dan santri yang berprestasi, bahkan boleh dikatakan aku hanya sekadar siswa yang biasa-biasa saja. Namun, apa boleh buat? Aku hanya berpositif thinking bahwa Tuhan akan memberikan jawaban-jawaban terbaik dari doaku. Yah, jawaban itu berupa kabar bahwa UII masih menyambut kedatangan siapa pun yang hendak mewujudkan inginnya untuk belajar dengan senang. Yah tentu saja belajar dengan senang. Untuk apa kalau tidak senang? Pertanyaan itu sempat saya katakan pada salah satu keluarga yang mengatakan "kamu itu perempuan, tak usahlah macam-macam ambil jurusan kuliah. Kuliah saja seperti santriwati pada umumnya dengan jurusan yang ada hawa-hawa agamanya". Tapi aku tetap nekat untuk tidak mau menjadi santriwati seperti pada umumnya itu, peduli amat sama omongan orang. Toh aku yang jalani, orang tua juga yang suport segalanya. Terpilihlah prodi Kimia yang menjadi pilihanku, bukan berarti aku tidak senang dan tidak suka belajar agama namun aku punya kesukaan lain belajar sains dan juga ingin pengalaman yang baru belajar dan mendalami sains yang katanya non agama, kata orang-orang yang masih saja mendikotomikan ilmu. Padahal, secara logika orang-orang sains lebih cenderung mudah takjub dan percaya tentang keajaiban-keajaiban di balik ciptaan Tuhan yang luar biasa. Jadi menurutku, meskipun belajar ilmu "non agama" justru di sinilah keimanan kita sebagai muslim semakin mantap karena ada data dan fakta ilmiah bukan hanya sekadar sebuah doktrin bahwa Tuhan itu sungguh Maha luar biasa. 
    
   Alhamdulillah, di sini aku bertemu dengan dosen-dosen yang keren di bidangnya, keren pengetahuan agamanya, keren akhlaknya pula. Beberapa dari dosen menerapkan sebuah kebiasaan tadarrus al-Quran sebelum proses perkuliahan dimulai, tempat duduk antara perempuan dan lelaki dipisah, khusus untuk perempuan wajib memakai rok yang sopan.... Budaya semacam ini aku temukan di kampusku tercinta. Mungkin bagimu ini biasa, tapi ketahuilah bahwa kampus UII bukan sekadar kampus untuk muslim saja tapi untuk semua orang, yah kampus yang rohmatan Lil 'Alamiin. Aku kuliah di jurusan kimia, tapi yang kudapatkan tidak hanya soal kimia saja, bahkan belajar juga ilmu-ilmu bidang sosial yang kuperoleh dari pesantren UII. Yeah, UII memberikanku semua itu. Maka adakah sebuah alasan untuk tidak bersyukur saat Allah menetapkanku untuk mengenyam pendidikan di kampus tertua ini?

    Alhamdulillahnya juga, selain diterima sebagai mahasiswa kimia angkatan 2012, aku juga diterima sebagai mahasantri di pondok pesantren UII yang artinya sekali lagi UII memberiku kesempatan belajar dengan lebih baik tanpa harus memikirkan bagaimana aku lagi-lagi akan merepotkan orang tua tentang biaya pendidikan. Namun satu hal yang aku pikirkan, aku punya tanggung jawab besar untuk mengkontribusikan diriku di sini sebagai wujud pengabdianku pada UII. Tanggung jawab yang sangat besar, bukan hanya pada saat aku menjadi mahasiswa saja. Ketika aku tidak lagi berstatus sebagai mahasiswa tanggung jawab untuk mengabdi tetap akan tersandang di pundakku secara otomatis hingga ajal menjemput. Yah, aku membawa nama UII kemana pun aku berpijak. Jika kau menemukanku khilaf sebagai manusia, jangan sekali-kali menyalahkan pesantrenku, kampusku yang salah memberikanku pendidikan tapi salahkan aku secara pribadi karena kesalahanku. 
    
    Tulisan ini kutulis sebagai sebuah catatan manis bersama UII dan ucapan terimakasih tak terhingga untuk seluruh civitas akademika. Terakhir, selamat ulang tahun UII. Semoga tetap jaya dan selalu diridlai Allah. 

@Lantai 4 Asrama pondok pesantren UII putri
Tasyrifatur Rahmah, Yogyakarta 8 Juli 2017.
Surat ini kutulis untuk diriku di masa depan.
Va, esok ketika tiada seseorang lagi yang mendengar suaramu, peduli denganmu maka ingatlah bahwa di masa-masa mudamu suaramu lebih banyak bungkam oleh keadaan. Suaramu lebih terdengar semacam jeritan-jeritan kecil yang selalu kau perdengarkan di depan TuhanMu. Yah, ingatlah bahwa kau masih memiliki Tuhan yang selalu mendengar suara-suara hati yang tidak kau ucapkan pada yang lain

Va, kamu tak perlu menangis lagi di pojokan kamar saat pikiranmu bejibun penuh dengan beban dan masalah. Bukankah kau telah akrab dengan itu semua? Bukankah kau selalu berbisik pada dirimu sendiri untuk tidak menjadi seseorang berjiwa lemah, bermental lemah... Kamu selalu cerewet bicara dengan dirimu sendiri bahwa kau sejenis gadis yang sangat kuat, yang selalu bilang "aku baik-baik saja Tuhan"  bukankah begitu Va? maka tolong bacalah surat ini kembali jika 10 tahun- 30 tahun yang akan datang ada banyak terpaan masalah mengganggu urat nadimu, menahan helaan napasmu, ingatlah bahwa kau telah lebih dulu terlatih menghadapi semuanya sendiri. 

Va, ketika orang-orang terdekatmu meninggalkanmu janganlah kau patah hati terlalu dalam apalagi sampai berniat bunuh diri. Ingat kembali Va, di usiamu saat ini, saat kau menuliskan tulisan ini kau telah mengalami banyak kehilangan yang lebih parah dari hanya kehilangan kekasih hati. Kau telah sering mengalami patah hati kesekian kalinya, maka tetaplah berdiri tegak menatap kedepan, bahwa orang-orang yang menyayangimu dengan tulus akan punya seribu alasan untuk tetap tinggal di sisimu meski ada satu alasan kuat untuk pergi meninggalkanmu.

Va, kau percaya kan Tuhan itu tak pernah dzalim dengan hambanya ? Yah, percayalah selama kau berjalan di jalanNya, di jalan yang diridlaiNya, tak perlu resah dengan orang lain yang mungkin telah lama memendam rasa benci terlalu dalam melihatmu bahagia. segalanya akan terjadi secara bergantian, dan tetaplah memiliki hati yang anggun yang tidak mudah mendendam pada siapa pun. 

Surat ini hanya sekadar surat untuk diri sendiri di masa 10-30 tahun yang akan datang. Ketika kau mengalami masa-masa paling sulit yang kesekian kalinya, bacalah kembali tulisan-tulisan ini hingga tuntas. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 22 Ramadhan 1438 H
Syemangat malam para teman-teman sekalian.... Heiii sebelum aku menulis di sini, ada kabar gembira yang ingin kubagi. Apaan? liburan. Yah, liburan telah tiba dan selalu kutunggu-tunggu sambil lalu melototin kalender tiap hari mencari tanggal-tanggal merah atau menghitung berapa lama lagi libur panjang akan datang... Hehehee penting? iyalah penting banget buat aku, tapi nggak penting buat kamu :P Tidak terasa yah, tantangan menulis bersama kampus fiksi sudah memasuki hari keenam. Woaaaaa, blogger macam aku yang suka ngediary di sini mendadak jadi sangat produktif karena dideadline. Yuuk ah, lanjut....

    Alasan apa yang membuatmu pantas memiliki pasangan hidup yang baik? Tentu saja semua orang menginginkan pasangan yang baik. Sebejat-bejatnya seseorang aku yakin mereka pasti akan selektif dalam memilih pasangan hidup. Namun, sebelum kita memimpikan banyak hal dari calon pasangan kita, mari sedikit telisik lebih dalam diri kita yang sebenarnya, kenali diri kita yang sesungguhnya, bercerminlah dan jujurlah pada diri sendiri, apakah kita pantas mendapatkan pasangan seperti yang kita inginkan?
Beberapa alasan kenapa aku pantas memiliki pasangan hidup yang lebih baik:
     
   Pertama aku memang bukan wanita yang punya wawasan dan pengetahuan agama yang luas namun bukan berarti aku  berhenti belajar untuk terus menerus mengubah diriku menjadi sosok muslimah yang lebih baik dari hari kemarin-kemarin. Nah, saat berikhtiar semacam itu, aku selalu berharap semoga pasanganku pun sedang menyibukkan waktunya untuk menjadi seseorang yang lebih baik, seseorang yang memantaskan dirinya sebagaimana aku memantaskan diriku untuk memiliki pasangan hidup sebagaimana impianku.

    Kedua, orang bilang aku itu absurd. Yeah, aku bahkan tidak akan sakit hati dengan predikat absurd. Hal inilah yang membuatku yakin aku pantas memiliki pasangan hidup yang baik. Lah kok bisa? yah bisa dong, kan namanya pasangan, pasti berbeda. Semisal proton, muatan positif pasti berpasangan dengan elektron yang bermuatan negatif. Begitu pula dengan aku. hihihi... Meski absurd, aku yakin Tuhan tidak mendzalimiku dengan memberiku pasangan yang tidak lebih dari aku, tentu saja pasangan yang baik biar aku tidak selamanya absurd -_-

    Ketiga, Aku ini sejenis tipe orang yang boleh dibilang "Mandiri" sejak usia dini. Apa yang kuinginkan selalu kuupayakan dengan tanganku sendiri semaksimal mungkin. Dimanja? dalam keluargaku tidak ada istilah dimanja, apalagi bergantung pada orang lain. Ketika menginginkan sesuatu, maka yang bertanggung jawab meraihnya adalah diriku sendiri dengan usahaku. Kalau gagal gimana ? Aku bersahabat dengan berbagai kondisi buruk dalam hidup. Keadaan semacam itu melatihku untuk survive dimana pun aku berada dan dalam keadaan apa pun. Hal ini pula yang membuatku yakin bahwa aku pantas memiliki pasangan hidup yang baik. Meskipun aku perempuan, jangan khawatir aku hanya akan membebani hidup sebagaimana perempuan yang suka ngemall misal, atau suka molas-moles muka pake modal nuntut pasangan harus ngasih ini itu, menggantungkan diri pada pasangan. Kamu (pasanganku) in sya allah bisa mengandalkanku untuk urusan semacam itu. Hahahha. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 21 Ramadhan 1438 H.

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh para teman-temanku yang keceh... Hari ini sudah memasuki hari kelima tantangan menulis 7 hari bersama kampus fiksi. Oke langsung saja yuk...
    Seseorang yang sangat ingin kutemui dalam waktu dekat ini adalah Nana. Sahabat syurgaku yang ada di tanah Sunda. Andai jarak ini tak berlipat jauhnya, mungkin aku sudah menemuinya sejak 4 bulan yang lalu. Keinginan bertemu dengannya bukan hanya sekadar membalaskan rindu yang bertubi-tubi datangnya. Ini semacam sebuah pelarian yang hendak kulepaskan pada seseorang yang tepat. 
    Berbagai banyak alasan yang hendak kukatakan kenapa aku ingin sekali bertemu dengannya, bahkan mungkin terkesan alay jika merindukan seorang sahabat sebegitu hebatnya melebihi kangennya aku pada seseorang yang kusebut sebagai kekasih impian. 
    Februari yang lalu, dia mengabari akan menemuiku di perpustakaan kampus kami. Hanya saja, pertemuan itu menjadi gagal karena ada halangan. Kali ini, aku benar-benar ingin menemuinya, memeluknya erat dan menangis di pundaknya sebagaimana yang sering kulakukan saat aku tak mampu lagi menahan segala sesuatu yang ada di pikiran. 
    Seseorang itu bernama Nana, perempuan cantik yang sangat baik mau menerimaku sebagai teman baiknya. Satu-satunya orang yang tidak pernah pergi meninggalkanku sendiri di saat semua orang mungkin sudah sangat ingin menghujatku dengan jutaan makian. Satu-satunya orang yang selalu menjadi tempat berbagi apa pun bersama-sama. Di depannya, aku tak malu untuk menunjukkan siapa aku yang sebenarnya. Dia pula yang selalu tahu apakah tawaku yang seringkali pecah itu adalah tawa bahagia atau malah hanya sekadar topeng menutup luka....
    Malam ini, aku tak peduli seberapa alaynya aku merindukan Nana. Namun yang pasti, aku sempat kehilangannya dan aku belum menemukan sahabat semacam dia. Aku kehilangan kata-kata untuk menuliskan rindu, mau seberapa banyak pun aku menuliskannya di sini, aku tak yakin kalimatku utuh menyampaikan rasa rindu yang aku alami. Hanya ada serangkai do'a yang tidak pernah putus oleh waktu, semoga Tuhan pun mempertemukan kami kembali. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 20 Ramadhan 1438 H.
Semangat malam teman-teman yang sempat berkunjung ke blog pribadi eva... ^_^ Jangan lupa jaga kesehatan yah, jangan sampai kayak eva yang malah jatuh sakit saat bulan puasa. Duuuuh ga enak banget deh. malah curhat... Oke kawan-kawan, hari ini sudah memasuki hari keempat tantangan menulis bersama kampus fiksi dan basa basi store. Temanya adalah menuliskan sebuah peristiwa di masa lalu yang sangat memalukan... duuuh kok aku mendadak benar-benar malu yah, menuliskannya di sini. But it's oke, semua sudah masa lalu, dan aku harap tidak akan pernah terjadi lagi di masa-masa sekarang.

    Suatu cerita klasik dalam sejarah eva tentang peristiwa yang sangat memalukan adalah soal kantuk. Bayangkan yah, dimana kamu akan menemukan seseorang yang bisa tidur nyenyak di atas motor? ada? Tentu saja ada, dan itu adalah diriku. Tapi aku tidak akan menulis tentang aku yang mengantuk di atas kendaraan, ini soal yang lebih parah dan memalukan. 

    Aku ini sebenarnya pernah nyantri waktu SMA, mengertilah jatah tidur seorang santri itu sangat minim bahkan bisa dihitung berapa kali aku tertidur dengan nyenyak saat di pesantren. Walhasil, kantuk itu sering menyerang saat jam pelajaran di sekolah. Anehnya adalah, kantuk itu datang hanya pada saat jam-jam mata pelajaran Tafsir Quran atau Hadits. Oh my god, di sini aku merasa gagal jadi seorang santri yang nyata. Entah apa penyebabnya, sejak aku masuk kelas X sampai kelas XII aku selalu mengantuk saat pelajaran itu berlangsung. Tapi tidak untuk pelajaran berhitung, mengarang, atau membaca kitab turats, bahkan mungkin aku termasuk salah seorang yang aktif di pelajaran menghitung, atau seputar qiraatul kutub. Aneh sungguh aneh memang.... Kupikir aku ini ngantuk karena makan yang terlalu banyak, akhirnya aku berpuasa di setiap jadwal tafsir quran dan hadits. Tapi, tetap saja cara itu belum ampuh untuk menghilangkan kantukku. Karena aku selalu duduk di bangku paling depan, otomatis ustadz yang mengajar akan melihat siswanya yang sedang berperang melawan kantuk ini, hingga suatu kali si ustadz datang menghampiri bangkuku dan menetap di sampingku. Namun anehnya lagi aku tetap merasa ngantuk.. Ya allah hingga aku benar-benar merasa menyesal dan berdosa tidak menghiraukan ustadzku yang sedang mengajar itu. Hal yang paling memalukan adalah ternyata ustadz yang mengampu pelajaran Tafsir quran adalah teman baik ayahku di pesantren. Itu pun aku tahu, saat detik-detik menunggu kelulusan kelas akhir. Parahnya lagi, si ustadz rupanya mengenalku sejak lama bahwa muridnya yang selalu ngantuk ini adalah putri teman baiknya. 

    Suatu hari sebelum aku boyong dari pesantren, ayah pernah mengajakku untuk bersilaturrahmi ke rumahnya. Tentu sjaa aku dengan tegas menolak tanpa alasan. Bukan karena apa, tapi aku tidak mau diriku tambah memalukan. Aku bahkan sangat mengingatnya peristiwa itu hingga hari ini. Salah satu alasan paling masuk akal ketika aku ditanya kenapa aku lebih memilih mendalami ilmu eksak dibandingkan yang lain. Toh, ilmu eksak pun sama-sama mengajarkanku tentang keajaiban-keajaiban ciptaan Tuhan yang membuatku terus menerus belajar untuk mengenal Tuhan dengan sendirinya melalui jalur pembelajaran bukan sekadar doktrin dari orang tua. Cukup itu saja dulu ceritaku malam ini, sungguh aku meminta maaf pada ustadzku dulu waktu di pesantren MA. Semoga kejadian semacam ini tidak akan pernah terjadi lagi untuk kesekian kalinya. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 19 Ramadhan 1438 H.
Semangat malam para tamu blog pribadiku.... Semoga kamu senantiasa semangat dan terus semangat puasa dan nulisnya.. Oke sampailah kita di hari yang paling bikin baper selama seminggu kedepan, karena saat melihat tema tantangan hari ini cukup bikin kisruh di pikiran. 

    Tentang sebuah kehilangan, seringkali membuatku gagal menuliskan atau menceritakan banyak hal tentang kehilangan. Bukan karena apa, tapi aku harus berani membongkar banyak sayatan-sayatan luka yang tergores di masa-masa lalu yang kini tengah mengalami masa penyembuhan. Selama merantau di sini, di kota ini, aku kehilangan banyak hal entah itu seorang teman baik, sahabat, orang yang diam-diam kusebut dalam doa namun tak berjodoh atau seseorang yang mewarisi darahnya di tubuhku. 

    Seseorang itu bernama Nana, aku mengenalnya sejak beralih tempat tidur dari satu pesantren ke pesantren yang lain dimana hari ini aku tinggal. Seseorang itu lebih dari sekadar teman biasa, meninggalkanku karena memang waktunya dia harus balik ke kampung halamannya. Adalah dia yang mau menerimaku sebagai teman dengan hati yang paling tulus sepanjang aku mengenal banyak orang. Adalah dia yang selalu memahamiku seperti seorang ibu menyayangi anaknya. Aku rindu, sangat merindukannya. Suatu hari nanti, aku berharap akan ada satu kesempatan dimana kami akan bertemu kembali untuk menuntaskan rindu yang selalu hadir. Semoga ukhuwah kita yang sempat terputus, akan tersambung kembali hingga akhiratNya.

    Seseorang itu bernama "Nathan" Lelaki yang diam-diam pernah mencuri senyumku berkali-kali hingga aku jatuh hati. Hampir setiap hari, bahkan terlalu sering blog ini hanya tertulis soal Nathan dan Nathan. Karena dia memang inspirasiku, sejak pertama kali aku menjatuhkan hati padanya. Kehilangannya adalah suatu kehilangan terberat sejak aku tau bagaimana rasanya patah hati dan aku menikmatinya. Patah hati yang tak menyurutkan doa namun terus menerus kurapal berharap takdir Tuhan itu bisa kunego dengan menghadirkan Nathan untuk menjadi teman hidup yang tidak tergantikan. Sayang seribu sayang, rasanya tanganku tidak akan pernah sampai merengkuh sosok seorang Nathan. Kamu tahu rasanya perempuan itu jatuh hati ? lalu patah hati dalam waktu yang bersamaan? Ah, saat itu aku benar-benar jatuh hati berkali-kali dengan sebenar-benar jatuh hati. Aku ingin jatuh hati berkali-kali pada orang dan hati yang sama. Tiada satu sujud yang terlewati dari menyebut nama seorang Nathan. Aku tak hanya sekadar merayu Tuhan, namun aku mendemonya dengan banyak doa yang tak henti aku rapal sepanjang hari, selama jantungku masih berdetak. Rindu itu sungguh ada, bergentayangan dalam setiap dingin yang berhembus di antara pekatnya malam. Rindu itu sungguh menghangatkan, tatkala aku aku jenuh dengan hari-hariku yang membosankan. Adalah Nathan, seseorang yang diam-diam aku menyukainya. Raut wajahnya yang menyejukkan sebab basahan air wudlu'nya, ucapannya yang mendamaikan, sebab aku yakin hari-harinya hanya dipenuhi soal menjaga al-quran menetap dalam hatinya, kesederhanaannya, dan tentang senyum yang kadang tanpa sengaja kucuri beberapa kali saat jarak kami mungkin hanya sekitar 100 cm di depan mata. Aku pernah punya suatu pikiran, Nathan pun merasakan hal yang sama denganku namun, itulah dia seseorang yang memiliki iman jauh lebih tinggi dari nafsunya, tidak akan berani menyatakan soal perasaan macam ini sebelum ikrar sah diucapkan. Ah, yah aku tak ingin menuliskan banyak hal tentang dia lagi malam ini di sini sebelum aku benar-benar larut dalam kenangan. 

    Seseorang yang meninggalkanku beberapa bulan terakhir adalah sesosok wanita yang berperan lebih dari seorang ibu, dialah almarhumah nenek, ibu dari ibuku. Beberapa hari lagi aku akan mudik untuk kembali bersua dengan keluargaku, namun aku bingung pada siapa aku akan pulang. Bercerita dengan seru tentang Jogja yang berhati nyaman. Aku selalu bahagia ketika liburan itu tiba, karena di rumah ada nenek yang sangat menyayangiku melebihi cucu yang lainnya. Pelukannya adalah pelukan terhangat sepanjang masa, menina bobokkan aku yang sudah dewasa ini layaknya bayi yang baru lahir. Wanita yang selalu menyiapkan buka puasaku dua hari sekali sepanjang tahun aku bersamanya. Kemarahannya adalah sesuatu yang paling kurindukan saat ini. Ramadhan tahun lalu aku masih tidur bersamanya, memijiti kakinya, mengelus-ngelus rambut putihnya, menina bobokkan sebagaimana yang beliau lakukan padaku saat masih sehat. Setiap pagi, aku begitu riang menuangkan tehnya, mengantarkan sarapannya, menemaninya sarapan sambil mengajanknya ngobrol dan ah yah aku masih selalu ingin memeluknya dan tidak ingin kulepaskan. Bahkan, saat terakhir beliau menatap dunia untuk terakhir kalinya aku tak sempat melihanya kembali untuk terakhir kali. Kehilangan seorang nenek bagiku bukan sekadar kehilangan biasa, tapi aku benar-benar kehilangan separuh kekuatan hidupku. Saat orang lain dengan entengnya memarahiku, menyalahkanku dengan seenaknya, menambah beban perasaan saat nilai raporku terjun bebas, ada nenek yang tidak pernah memarahiku. Ada seorang nenek yang menguatkanku, memelukku dengan hangat dan tak seorang pun yang punya rasa peduli sebagaimana nenek peduli padaku. Satu-satunya orang yang selalu mendengar suara kecilku, peduli dengan teriakan hati yang kadang orang lain tak pernah menghiraukan. Sejak hari itu, tenggelamlah pula suaraku bersama kepergiannya dari kehidupanku. Kehilangannya membuatku berpikiran aku tidak ingin pulang ke rumah kembali, aku tidak ingin mengalami masa-masa kecil yang sangat menyeramkan itu tanpa seorang nenekku. Seringkali aku berpikir suatu hari aku akan kehilangannya, ia akan meninggalkanku seorang diri dan aku takut membayangkannya. Keinginan terkuat untuk merantau setelah studi bukan karena aku terlalu betah di tanah orang tapi hanya karena aku kehilangan tempat pulang. Mungkin kehilangan ini terlihat berlebihan, namun percayalah seorang anak kecil selalu tahu siapa orang-orang yang benar-benar menyayanginya, dan aku telah kehilangannya.  Sudah cukup di sini aku menguras air mata ini berkali-kali. Sudah kubilang, bahwa menuliskan tentang kehilangan akan selalu menarikku pada masa-masa yang mengerikan.Terimakasih mau berkunjung di blog pribadiku ^_^

Eva Edelweis, Yogyakarta 18 Ramadhan 1438 H.

Hai para blogger.... Selamat berbahagia memasuki tantangan hari kedua. ^_^
Seandainya aku diberi kesempatan untuk memelihara berbagai jenis binatang yang ada di dunia untuk kupelihara di rumah, ada 5 binatang yang sangat ingin kupiara.

1. Kucing Anggora
   Salah satu hewan yang paling kusuka adalah kucing. Hewan berbulu halus itu selalu bikin aku jatuh cinta dengan keimutannya. Waktu kecil aku memelihara kucing Persia, namun kucing itu jomblo dan mati dalam keadaan jomblo sehingga dia tidak mewariskan keturunan untjk kupiara sebagai penggantinya. hikss hiks... sampe hari ini aku belum menemukan pengganti kucingku yang mati. Aku ingin sekali memiliki jenis kucing anggora karena terpesona dengan bulu lebatnya yang sangat halus, namun karena aku nyantri jadi aku belum bisa memelihara kucing dengan seenaknya. Aku pun ingin memiara kucing ini untuk kujadikan teman bermain yang bisa digendong kemana-mana. 

2. Burung Beo
Aslinya aku tidak terlalu tau soal jenis-jenis burung. Namun, spesial untuk Beo, aku mengenalnya pun waktu kecil saat almarhum kakekku punya sekitar 3 burung Beo di depan rumah yang sangat cerewet mengucapkan "assalamualaikum" saat ada tamu. Karena keunikannya itulah aku ingin sekali memeliharnya, sebagai salah satu hewan piaraan di rumah. Burung Beo ini bisa menirukan omongan manusia loh, dan bisa menjadi teman bicara saat kamu sendirian. hihiiii.

3. Panda
Siapa yang ga tahu dengan hewan bertubuh gempal warna hitam putih yang punya bulu-bulu menggemaskan? Ya, dialah Panda. Salah satu dari hewan impian yang ingin kupiara di rumah. hihihi....Di belakang rumahku, ada banyak bambu yang siap menjadi taman bermain dan santapan para Panda. Aku pun ingin memeliharanya, karena dia punya postur tubuh yang sama lucunya dengan kucing. Ga kebayang saat dia menggelindingkan tubuh gempalnya.... 

4. Burung Merak
Burung ini memiliki khas bulu yang berbeda dari burung lainnya. Bulunya yang warna warni dengan mahkota cantik di kepalanya, membuatku jatuh hati melihatnya dan begitu sangat ingin mempeliharanya. Aku sempat melihatnya langsung saat di tempat wisata Eco Green Park yang ada di Malang. Sekian banyak burung yang cantik, hatiku tetap jatuh dan terpesona dengan keindahan bulu-bulu Merak.

5. Sapi
Yah, aku ingin memelihara sapi bukan berarti aku menjadi penggembala sapi. Hahahaha tidak, sama sekali tidak. Aku ingin memilikinya hanya karena sapi itu identitas sebuah kekayaan. Maklum, aku ini anak desa, jadi siapa yang punya banyak sapi, dia itu orang kaya. hahahhaha. Kok aku jadi mendadak mata duitan? nggak apa-apalah yah, toh ini kan impian jadi kaya, siapa tahu kaya di usia muda hanya dengan punya Sapi yang banyak. wkwkwkkw 
Terimakasih atas kunjungganya di blog pribadinya epa, silahkan tinggalkan jejak sebagai tanda anda sudah bersilaturrahmi dan ngopi di rumah saya ini... hihi smapai jumpa besok yah.... 

Eva Edelweis,  Yogyakarta 17 Ramadhan 1438 H.
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh....selamat malam teman-teman blogger. Kita ketemu lagi di tantangan ke-3 bersama kampus fiksi dan basa basi store untuk kembali bertualang  di sini. ^_^ Tantangan pertama adalah cukup menggairahkan saya kira, karena baru di kali ke-tiga si mumun meminta untuk memperkenalkan diri hihiiii....

     Orang tuaku, temanku, tetanggaku, guruku, kucingku, memanggilku Eva dan aku bangga dengan namaku. Aku terlahir dari lingkungan keluarga yang in sya allah paham agama. Jadi bukan salahku jika dari kecil sampai dewasa kepalaku terlilit oleh jilbab meski tak selebar yang orang katakan jilbab syar'i. Aku memang terlahir di sebuah desa kecil yang bahkan bisa dihitung pake jari perempuan-perempuan yang tamat sekolah hingga sarjana. Bahkan tak jarang putus sekolah sejak lulus SMP atau SMA saja. Namun, hobbyku yang sedari kecil adalah membaca dan terus membaca, pikiranku bertambah luas, wawasanku pun tidak stagnan hingga aku tumbuh menjadi gadis desa yang ambisius. Aku punya mimpi yang berbeda dari teman-temanku waktu itu. Ketika mereka ditanya apa cita-citanya, mereka menjawab ingin jadi guru, perawat, dokter, polisi, dan aku tidak pernah bermimpi tentang itu semua. Mimpiku cuma satu adalah menjadi seorang muslimah scientist yang suatu saat ingin menawarkan banyak harapan dan perubahan untuk masyarakat biasa agar melek sains. Minimal mindset mereka berubah tentang ilmu agama dan ilmu alam adalah dua hal yang berbeda. Aku pun bingung waktu itu, kegelisahan yang ada di pikiranku seringkali membuatku surut untuk memperjuangkannya. Namun satu hal yang pasti, aku harus melupakan lelahnya belajar. Sebenarnya ketika aku menceritakan mimpiku ini, agak melenceng dari tema namun semuanya berpengaruh terhadap hidup dan kehidupanku. Aku adalah seseorang yang punya pengendalian hati yang cukup baik. Setidaknya itu menurutku. hihihi.... Berdasarkan banyak hal hal yang kulewati, suka duka seorang anak perantau ada banyak sekali hal-hal yang begitu menyebalkan. Namun sekali lagi aku katakan, mengendalikan diri tidak perlu sampe dibawa ke bengkel hati cukup aku dekatkan diriku dengan Tuhan dan orang-orang yang dekat dengan Tuhan. ketenangan demi ketenangan akan aku dapatkan dengan mudah. Aku pun termasuk dari seseorang yang punya sifat pendendam kelas berat. Begitu seseorang pernah menyakiti atau berbuat sesuatu yang menjengkelkan hati, sampai kapan pun aku akan menjadi manusia paling pintar dalam mengingat kesalahan orang namun dendamku tak pernah kuniatkan untuk membalaskan hal yang sama dengannya, cukup meyakinkan hati segala perbuatan kecil sebiji dzarrah, akan mendapatkan balasan. Dendamku hanya berupa ngomel-ngomel dalam hati tanpa aku niatkan akau ingin melakukan hal yang sam adengan orang itu. hahaha.... Aku adalah seseorang yang teguh pendirian. Sifatku yang seperti ini, cenderung membuat orang lain sebal dengan kengeyelanku. Iyalah, gimana nggak? aku akan dengan tegas menolak suatu perintah ketika hatiku sendiri menolak untuk melakukannya. Aku adalah seseorang yang sangat terpengaruh oleh bacaan. Yah, jangan salah, suatu bacaan itu akan sangat mudah mendoktrin pikiran seseorang, mengubah seseorang. Aku ini benar-benar selalu percaya pada suatu tulisan yang mungkin menyentuh kalbu hingga tanpa sadar pengaruhnya pada perilaku sehari-hari begitu luar biasa. Aku ini orang yang rajin menulis diary, termasuk blog. Kusebut blog ini sebagai e-diary. Ketika aku menulis banyak hal, mungkin semua itu terinspirasi dari kejadian sehari-hari. Maka berhati-hatilah denganku, jika kamu tidak ingin mengekal di sini, jangan cari masalah atau berbuat onar di hadapanku. oke? dan entah kenapa, aku jadi seolah pasang muka sangar saat menuliskan hal ini. hahahhaha. Aku ini orangnya suka heboh. Iya, cerewet sekali kata ibuk. Bukan Eva namanya kalau tidak heboh dimana-mana. hihihi..... Makanya aku bisa bergaul dengan siapa pun tanpa melihat ras dan kulit dengan obrolan yang bermacam-macam.... Seringkali bahkan lelaki banyak yang geer ada perasaan "suka" karena merasa nyaman ngomong denganku. ahahahha.... bukan berarti aku bermaksud PHP, tapi aku klarifikasi bahwa memang sifatkulah yang seperti itu, bisa nyambung ngobrol dengan siapa pun. Aku ini gadis yang berstandar cowok. Loh? hihihi ga usah bingung karena aku akan menjelaskannya padamu. Biasanya cewek itu cenderung rempong, mulai dari mau pake baju apa, pake lipstick warna apa, pake ini pake itu... rempong sekali. Sementara aku, aku seringkali merasa jadi cewek yang gagal berjiwa cewek. Jangan kaget, jika aku kadang tampil awut-awutan tanpa polesan make up, semprotan parfum atau bahkan harus selalu sibuk memikirkan kecantikan. Tidak, aku benar-benar merasa tidak peduli seperti apa mukaku tatkala pagi-pagi jam 7 harus segera masuk ruangan kuliah, hingga sore baru pulang rasanya mukaku sudah bermandikan keringat.... hahahha tolong ini jangan dibayangkan. Apalagi soal mau kondangan misal, ah pakai saja apa adanya, toh menurutku orang cantik pun mau tampil ngegembel akan tetap keliatan cantik kok, dan aku merasa cantik hahahhaha. Aku adalah seseorang yang suka bergaul dengan siapa pun, namun tetap saja prinsip kimia itu berlaku, Like dissolve like... Jangan heran jika melihatku kadang heboh bersama teman, atau lebih memilih sendiri. Karena sekali lagi aku katakan, like dissolve like, daripada berteman dengan orang yang "berbeda" mending sendiri. Terakhir aku adalah seseorang yang introvert, namun tidak selamanya aku memendam banyak hal dalam pikiranku saja, kadang ketika aku merasa butuh suatu pencerahan aku akan dengan sangat hati-hati mencari seseorang yang bisa menolongku dari sebuah kebingungan. Oke itu saja perkenalan dariku, karena ketika aku berbicara tentang diriku sebenarnya masih banyak hal yang tidak aku tulis di sini, namun waktu sudah menunjukkan hampir jam 24.00. Aku mau beristirahat dulu sebelum telat sahur. Terimakasih atas kunjunganmu ke blog pribadiku ^_^

Eva Edelweis, Yogyakarta 16 Ramadhan 1438 H.

Berbicara tentang perempuan, tak kan ada habisnya. Maka sebagai perempuan izinkan aku menuliskan beberapa hal tentang perempuan yang harus kau tahu, hai kaum lelaki. Kamu bacanya sambil ngopi saja yah, ga usah terlalu serius biar aku juga enjoy menuliskan "perempuan" di part selanjutnya.... 

    Lelaki sejati menurutku sebagai perempuan bukan lelaki yang maco, yang digandrungi banyak cewek apalagi punya banyak mantan. Bukan, bukan itu semua... lelaki sejati adalah lelaki yang berani memberikan kepastian pada seorang wanita. Mayoritas para cewek suka dengan coklat, tapi percayalah dibandingkan sebatang coklat, cewek lebih menyukai sebuah kepastian. Iya, kepastian yang berasal dari kamu hai para lelaki. Kok gampang banget sih kamu bilang gitu Va? mungkin dalam benakmu kau bilang begitu..... santai dulu gaes, bacanya santai saja.... Kalau kamu ga setuju, aku terbuka untuk diberi masukan dan saran terbaik dari kalian para pembaca.... yuuuk lanjutkan !

    Seseorang yang mengaku lelaki tentu berani dong ngasih kepastian buat ceweknya, bukan cuma berani macarin doank sampe bertahun-tahun. Wanita itu bukan barang kreditan loh yah, ga usah lama-lama macarin anak orang. hahahahha.... Kalau kamu tidak siap, lepaskanlah dan kembalilah jika kau sudah siap menemui walinya.

    Banyak alasan yang dilontarkan oleh lelaki, yah masih kuliah lah, masih mau berkarir lah, masih nyari pengalaman lah dan berjuta alasan yang diberikan agar si cewek mau menunggu dulu dan lebih memilih bertahan dalam masa pacaran. Kalau sadar masih kuliah, duit masih hasil dari transfer tabungan orang tua yah udah kuliah saja yang bener, eman tuh duit buat biaya ngapelin anak orang yang belum tentu jodohmu belum lagi biaya kalau merayakan anniversary, ulang tahun dan lain sebagainya. Mau berkarir dulu? silahkan.... mau nyari pengalaman? silahkan.... Perlu kau ketahui hai lelaki, wanita itu sejenis makhluk Tuhan yang memiliki kesetiaan yang luar biasa. Ketika kau menangguhkan sebuah hubungan yang serius hanya karena kau masih kuliah, yakinlah wanita punya banyak alasan untuk setia menunggu hingga studimu selesai. Tapi jangan salahkan wanita yang memilih melepaskanmu dibandingkan harus menunggu bertahun-tahun tanpa sebuah kepastian.

    Apa mereka layak disebut pengkhianat, meninggalkanmu dan lebih memilih lepas dari hubungan denganmu? kukira tidak. Semua itu bukan sebuah pengkhianatan, tapi sebuah keputusan yang tepat. Buat apa menunggumu yang tak pasti, sementara waktu tak pernah mundur usia pun makin bertambah seiring berputarnya masa. Daripada termakan usia dengan sia-sia, maka biarkanlah dia beralih pada hati yang lain yang memiliki kesiapan lahir batin menemani hari-harinya dengan hubungan yang lebih serius berupa sebuah pernikahan. 

    Apakah kamu sakit hati dengan omonganku di sini? marilah berpikir realistis, cinta itu bukan sebuah pembodohan dengan hanya menjalani sebuah hubungan tanpa status yang jelas, apalagi menunggu bertahun-tahun hal yang tak pasti. Mau melepaskan kok eman? dia romantis banget orangnya.... Cinta itu bukan hanya soal romantis macam film bollywood yang begitu jatuh hati langsung nari-nari mengelilingi pohon mangga misal, dikit-dikit terdengar tembang lagu yang memabukkan. Ngimpi!!!!! 

    Jika kau memang lelaki sejati, maka berikanlah sebuah kepastian atau kau berani melepaskannya pada hati yang lain. Bangun kembali komitmen hidupmu, perbaiki diri dan jadilah "Lelaki" dengan tidak hanya sebagai pemaknaan makhluk Tuhan yang punya jakun. Pisssss ga usah misuh-misuhin aku yah.... 

*Sekian dulu tulisan pertamaku spesial Ramadhan tentang "Perempuan", mau misuh-misuh atau memberikan saran sangat diperbolehkan, asal dengan  bahasa yang halus... Blog pribadi ini tidak didekasikan dibaca orang-orang yang serius, memiliki penyakit  hipertensi, Jantung, terkena asam lambung dan sebagainya... Spesial Ramadhan, tulisan ini hanya akan bicara "perempuan" maka kalau anda terindikasi sakit bosan, silahkan hengkang dari rumah saya :)

Eva Edelweis, Yogyakarta 8 Ramadhan 1438 H.



Assalamualaikum para pembaca blog pribadinya epa, semoga selalu sehat yah ^_^ 
Marhaban yaa Ramadhan.... Selamat menunaikan ibadah puasa sahabatku semuanya. Sudah lama rasanya aku tak menyambangi rumahku, maka hari ini aku kembali untuk menyapa kalian semua. Ada yang kangen aku ga? hahahah ehhhm maksudku kangen tulisanku? hihihi.... 

    Ramadhan tahun ini aku masih di jogja, tapi alhamdulillahnya sudah tidak lagi berstatus sebagai mahasiswa. Tulisan kali ini terinspirasi dari seseorang yang sangat tidak ingin kusebutkan namanya, namun tidak membuat tulisan ini menjadi kurang michin meski namanya tak kucantumkan secara eksplisit. Begitu Ramadhan datang, hampir seluruh media sosial berisikan tentang "permintaan maaf" dari setiap pemilik medsos. Entah itu via facebook, WA, Line, BBM, Messenger dan segala jenis media sosial. Tapi satu hal yang membuatku tertarik untuk menuliskannya di sini. Setelah kamu menuliskan banyak kata maaf lewat media sosial, sudahkah kamu bermaaf-maafan dengan orang-orang yang tinggal bersamamu? dengan orang-orang terdekatmu? Apakah sudah terjalin hubungan sangat baik dengan mereka? Kadang kita abai dengan orang-orang yang justru hidupnya begitu dekat dengan kita, abai dengan orang-orang yang begitu sering kita habiskan waktu bersamanya... Kadang kita hanya latah mengucapkan maaf via media sosial tanpa peduli hubungan kita dengan orang-orang terdekat justru tidak baik.... Sadarilah bahwa bersama merekalah justru dosa kita menggunung kawan, perilaku yang mungkin tanpa sadar menyakiti orang lain, ucapan kita yang kadang juga tanpa kita sadari memecah belah ketenangan hati seseorang di dekat kita, sadarilah itu semua. Kenapa kamu justru rela menghabiskan kuota-kuota internet hanya untuk meminta maaf pada mereka orang-orang yang mungkin hanya berteman di dunia maya saja,bahkan dari mereka ada yang tidak kau kenal,  kenapa tidak mengevaluasi kesalahan kita terhadap orang-orang terdekat kita? kenapa kita tidak menyambung silaturrahmi memperbaiki saling meminta maaf dengan mereka orang-orang yang ada di dekatmu terlebih dahulu? apalah arti sebuah status media sosial yang kau tulis itu jika hanya sebuah pencitraan yang kau munculkan, ingin dishare banyak orang ingin dilike banyak orang? 

    Kata maaf tidak cukup hanya sekedar kau tulis dengan apik di dinding-dinding media sosial, tapi alangkah baiknya jika kau melakukan apa yang kau tulis itu dengan hati yang tulus bukan sekedar pencitraan di mata publik.  Yah, mumpung Ramadhan yang berkah ini baru saja datang bertandang, maka yuuuk perbaiki hubungan kita dengan orang-orang di sekitar kita, barangkali banyak sekali ucapan yang keluar dari mulut kita serupa sampah busuk yang mengganggu napas orang lain. Jangan ada dendam di antara kita, kalian yang mungkin tersingggung dengan omonganku, mohon maaf tiada batas. Sungguh blog pribadi ini hanya untuk membuang sampah yang menumpuk di kepala, tidak untuk menyinggung atau menyindir siapa pun. Terakhir, semangat yah puasanya.... Apalagi buat para jomblo, tetap semangat meski tidak ada yang ngingetin kamu berbuka puasa atau sekedar membangunkan sahur.. Kudoakan semoga segera menemukan jodoh dunia akhirat... ^_^ 

Eva Edelweis, Yogyakarta 1 Ramadhan 1438 H