Hari Keempat: Kantuk Berkepanjangan

Semangat malam teman-teman yang sempat berkunjung ke blog pribadi eva... ^_^ Jangan lupa jaga kesehatan yah, jangan sampai kayak eva yang malah jatuh sakit saat bulan puasa. Duuuuh ga enak banget deh. malah curhat... Oke kawan-kawan, hari ini sudah memasuki hari keempat tantangan menulis bersama kampus fiksi dan basa basi store. Temanya adalah menuliskan sebuah peristiwa di masa lalu yang sangat memalukan... duuuh kok aku mendadak benar-benar malu yah, menuliskannya di sini. But it's oke, semua sudah masa lalu, dan aku harap tidak akan pernah terjadi lagi di masa-masa sekarang.

    Suatu cerita klasik dalam sejarah eva tentang peristiwa yang sangat memalukan adalah soal kantuk. Bayangkan yah, dimana kamu akan menemukan seseorang yang bisa tidur nyenyak di atas motor? ada? Tentu saja ada, dan itu adalah diriku. Tapi aku tidak akan menulis tentang aku yang mengantuk di atas kendaraan, ini soal yang lebih parah dan memalukan. 

    Aku ini sebenarnya pernah nyantri waktu SMA, mengertilah jatah tidur seorang santri itu sangat minim bahkan bisa dihitung berapa kali aku tertidur dengan nyenyak saat di pesantren. Walhasil, kantuk itu sering menyerang saat jam pelajaran di sekolah. Anehnya adalah, kantuk itu datang hanya pada saat jam-jam mata pelajaran Tafsir Quran atau Hadits. Oh my god, di sini aku merasa gagal jadi seorang santri yang nyata. Entah apa penyebabnya, sejak aku masuk kelas X sampai kelas XII aku selalu mengantuk saat pelajaran itu berlangsung. Tapi tidak untuk pelajaran berhitung, mengarang, atau membaca kitab turats, bahkan mungkin aku termasuk salah seorang yang aktif di pelajaran menghitung, atau seputar qiraatul kutub. Aneh sungguh aneh memang.... Kupikir aku ini ngantuk karena makan yang terlalu banyak, akhirnya aku berpuasa di setiap jadwal tafsir quran dan hadits. Tapi, tetap saja cara itu belum ampuh untuk menghilangkan kantukku. Karena aku selalu duduk di bangku paling depan, otomatis ustadz yang mengajar akan melihat siswanya yang sedang berperang melawan kantuk ini, hingga suatu kali si ustadz datang menghampiri bangkuku dan menetap di sampingku. Namun anehnya lagi aku tetap merasa ngantuk.. Ya allah hingga aku benar-benar merasa menyesal dan berdosa tidak menghiraukan ustadzku yang sedang mengajar itu. Hal yang paling memalukan adalah ternyata ustadz yang mengampu pelajaran Tafsir quran adalah teman baik ayahku di pesantren. Itu pun aku tahu, saat detik-detik menunggu kelulusan kelas akhir. Parahnya lagi, si ustadz rupanya mengenalku sejak lama bahwa muridnya yang selalu ngantuk ini adalah putri teman baiknya. 

    Suatu hari sebelum aku boyong dari pesantren, ayah pernah mengajakku untuk bersilaturrahmi ke rumahnya. Tentu sjaa aku dengan tegas menolak tanpa alasan. Bukan karena apa, tapi aku tidak mau diriku tambah memalukan. Aku bahkan sangat mengingatnya peristiwa itu hingga hari ini. Salah satu alasan paling masuk akal ketika aku ditanya kenapa aku lebih memilih mendalami ilmu eksak dibandingkan yang lain. Toh, ilmu eksak pun sama-sama mengajarkanku tentang keajaiban-keajaiban ciptaan Tuhan yang membuatku terus menerus belajar untuk mengenal Tuhan dengan sendirinya melalui jalur pembelajaran bukan sekadar doktrin dari orang tua. Cukup itu saja dulu ceritaku malam ini, sungguh aku meminta maaf pada ustadzku dulu waktu di pesantren MA. Semoga kejadian semacam ini tidak akan pernah terjadi lagi untuk kesekian kalinya. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 19 Ramadhan 1438 H.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar