Hari Kelima: Seseorang itu bernama Nana

Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh para teman-temanku yang keceh... Hari ini sudah memasuki hari kelima tantangan menulis 7 hari bersama kampus fiksi. Oke langsung saja yuk...
    Seseorang yang sangat ingin kutemui dalam waktu dekat ini adalah Nana. Sahabat syurgaku yang ada di tanah Sunda. Andai jarak ini tak berlipat jauhnya, mungkin aku sudah menemuinya sejak 4 bulan yang lalu. Keinginan bertemu dengannya bukan hanya sekadar membalaskan rindu yang bertubi-tubi datangnya. Ini semacam sebuah pelarian yang hendak kulepaskan pada seseorang yang tepat. 
    Berbagai banyak alasan yang hendak kukatakan kenapa aku ingin sekali bertemu dengannya, bahkan mungkin terkesan alay jika merindukan seorang sahabat sebegitu hebatnya melebihi kangennya aku pada seseorang yang kusebut sebagai kekasih impian. 
    Februari yang lalu, dia mengabari akan menemuiku di perpustakaan kampus kami. Hanya saja, pertemuan itu menjadi gagal karena ada halangan. Kali ini, aku benar-benar ingin menemuinya, memeluknya erat dan menangis di pundaknya sebagaimana yang sering kulakukan saat aku tak mampu lagi menahan segala sesuatu yang ada di pikiran. 
    Seseorang itu bernama Nana, perempuan cantik yang sangat baik mau menerimaku sebagai teman baiknya. Satu-satunya orang yang tidak pernah pergi meninggalkanku sendiri di saat semua orang mungkin sudah sangat ingin menghujatku dengan jutaan makian. Satu-satunya orang yang selalu menjadi tempat berbagi apa pun bersama-sama. Di depannya, aku tak malu untuk menunjukkan siapa aku yang sebenarnya. Dia pula yang selalu tahu apakah tawaku yang seringkali pecah itu adalah tawa bahagia atau malah hanya sekadar topeng menutup luka....
    Malam ini, aku tak peduli seberapa alaynya aku merindukan Nana. Namun yang pasti, aku sempat kehilangannya dan aku belum menemukan sahabat semacam dia. Aku kehilangan kata-kata untuk menuliskan rindu, mau seberapa banyak pun aku menuliskannya di sini, aku tak yakin kalimatku utuh menyampaikan rasa rindu yang aku alami. Hanya ada serangkai do'a yang tidak pernah putus oleh waktu, semoga Tuhan pun mempertemukan kami kembali. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 20 Ramadhan 1438 H.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar