Rindu: Patah Hati Keberapa?

    Rasa-rasanya kepalaku mau pecah hari ini. Capek fisik sekaligus hati. Pagi yang cerah menyambut Agustus yang tiba-tiba datang tak disangka, penuh dengan nyanyian, dan ribuan kata yang kubawa dari asrama. Sepanjang perjalanan, hanya mengawang-awang di kepala, mendesak ingin dituliskan di sini semua. Rasanya tadi pagi aku ingin teriak "tolonglah diriku yang baik hati, hari ini bekerja samalah denganku. Isi kepala ini memang harus kubuang di tempat sampah semacam blog pribadi, namun aku belum punya waktu senggang untuk ini semua. Beberapa hari kedepan, akan kubawa kakiku melangkah dengan santai memenuhi segala pekerjaan, otakku pun butuh oksigen lebih untuk merilekskan kerutan-kerutan yang menandakan sedang dipaksa berpikir keras tanpa lelah... Tolonglah diriku yang baik hati, kendalikan dirimu, biarkanlah jutaan kalimat yang hendak melompat ini menjadi tenang, akan kutuliskan satu persatu di sini....."

    Ini hanya soal yang tidak penting semacam rindu kesekian kalinya.Kok rindu mulu sih ? Barangkali kamu yang dengan sengaja membuka catatan blog ini akan ngedumel seperti itu dalam hati. Berkali-kali bahkan begitu banyak tulisan soal rindu di sini. Nggak penting banget kan?  Kamu tahu nggak, rindu itu tidak pernah menyebabkan kebosanan, bahkan sebagian orang tidak pernah bosan dengan rindu. Atau, rindu itu semacam nafas bagi kehidupan kita. Begitu kataku waktu itu, saat aku mengatakan dengan sangat jelas mengaku rindu. sementara kamu bilang, tidak perlu terlalu sering merindu nanti bosan.

    Bagi seorang perempuan, mengaku rindu itu bisa saja sangat memalukan, apalagi jika yang dirinduinya cuek begitu saja tanpa ekspresi. Perempuan itu begitu rapet menyimpan segalanya soal perasaan semacam itu, termasuk soal rindu yang satu ini kecuali dia benar-benar rindu dan harus mengatakannya sebagai obat penawar bagi dirinya sendiri. Ketika kamu, seorang lelaki mengatakan rindu pada seorang perempuan, percayalah hatinya seolah dijatuhi tetes air langit setelah bertahun-tahun menanggung kemarau. Akan ada perasaan bahagia meskipun sedikit, karena senang dirinya dirindukan seseorang. Jangankan kata  rindu itu diucapkan oleh lelaki spesial misalnya, meluncur dari seorang teman, sahabat itu pun akan memunculkan rasa senang di hati seorang perempuan karena merasa dirinya dianggap ada oleh orang lain. Sesederhana itu hari ini imajinasiku. 

    Bagaimana jika rindu kita tidak terbalas? tidak masalah, karena rindu bukan sebuah kewajiban. Kita tidak bisa menuntut orang yang kita rindu juga merindukan kita. Namun, akan ada sedikit rasa sakit "nyess" di hati ketika rindu itu tak terjawab, tak terbalas.... dan yah barangkali ini sebuah kejujuran yang hendak aku katakan saat aku rindu dengan seseorang namun orang itu tidak pernah tahu betapa hebatnya rindu itu menyerangku, membunuhku bekali-kali hingga nafsu makanku tidak stabil.... Yah, rindu yang kurang ajar. Patah hati hanya karena rindu tak terbalas? bisa banget, karena patah hati tidak hanya terasa ketika kamu diputusin pacar, dijauhin gebetan dan sejenisnya. hahaha.... Rindu yang hanya Tuhan yang tahu betapa dahsyatnya rindu itu menggebu di dada, menuntut berkali-kali terbalaskan, tapi aku bisa apa? Sebagai perempuan yang normal, aku pernah jatuh cinta, rindu, patah hati, dan bahkan aku pernah mengalami ketiganya dalam satu waktu yang sama. Lalu apa semua itu salah? menurutku tidak, karena perasaan semacam itu datangnya dari Tuhan. Aku hanya bisa mengadukan semuanya pada Tuhan, tidak pada yang bersangkutan. Nanti dia geer merasa disukai, dirindukan oleh seorang gadis semacam aku.... hahahha. 

    Sampai di paragaf ini saja, pikiranku sedang kacau. Tidak mampu mendeskripsikan lebih mudah lagi soal rindu. Yah memang begitu adanya, karena rindu bukan soal kalimat biasa, namun seperti mantra. Serindu apa pun aku pada seseorang, tidak akan tersampaikan dengan utuh sempurna seperti yang kuinginkan hanya lewat kata-kata amburadul semacam ini. Tapi setidaknya, inilah tulisan kacau yang sedari tadi berdenyut-denyut di kepala meronta ingin segera dituliskan. Yah, tujuan tulisan ini terposting hanyalah sebuah informasi tidak penting bahwa aku sedang jatuh hati, rindu dan patah hati dalam waktu yang bersamaan...Namun semuanya tak pernah tersampaikan. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 1 Agustus 2017


Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar