Kejujuran: Kitab Perempuan Part 2

Teruntuk setiap orang yang bernama lelaki. 
    Baiknya aku tidak baper ketika menuliskan hal ini, namun ada satu hal yang harus kusampaikan dengan jelas tentang isi hati yang nyaris saja tumpah ruah di tempat yang salah. Aku selalu saja menulis hal yang mungkin bagimu seperti sampah maka kusarankan segera menyingkir dari blog ini. Karena aku menulis atas perintah hati bukan karena niat menulis dengan serius. 

    Tentang perempuan, kau tahu dia memiliki ingatan yang cukup baik soal angka dan berbagai peristiwa yang pernah terjadi dalam hidupnya. Misal nomor-nomor para mantannya, atau bahkan hari ulang tahun pernikahan orang tua mantannya alias calon mertuanya yang gagal. Hal-hal yang tak penting bagimu, bisa jadi itu sesuatu yang sangat penting bagi seorang perempuan hingga dia akan selalu mengingatnya. Semisal kau punya janji, maka berjanjilah untuk tidak memberinya harapan palsu, atau berjanjilah untuk tidak akan mengingkari janjimu sendiri hai kaum lelaki. Satu hal yang tidak boleh kau lupa, meski pun seorang perempuan punya hati yang lembut, jangan lupakan dia juga sejenis manusia bernama perempuan yang gampang sekali rapuh hatinya karena hal-hal sepele. 

    Kamu boleh ingkar pada siapa pun tapi jangan pada dua orang yaitu dirimu sendiri dan seorang perempuan. Barangkali satu kali janji yang kau ingkari termaafkan oleh waktu, lalu kau melakukan lagi kedua kalinya ketiga kalinya bahkan mungkin tak terhitung telah berapa kali kau membohonginya dan kau hanya perlu mengucapkan satu kata "maaf". Kali ini aku ingin tertawa lebar saat ucapan maaf itu benar-benar kau ucapkan dengan penuh kesadaran. Kenapa? suatu hari aku menemani seorang perempuan yang kutahu dia begitu lembut hatinya dan pernah berjanji untuk tak menyukai siapa pun sebelum dirinya dihalalkan oleh lelaki yang berhasil menaklukkan hatinya. Hingga entah kenapa perempuan yang biasanya menjadi "bunda" ini mengungsi sekitar beberapa hari di tempatku hanya untuk nenangin dirinya yang sedang "sakit" hanya karena lelaki. what? yeah di situ aku kaget. Dia sakit hati, kapan jatuh hatinya sih? begitu pikirku. Pas dipancing-pancing tuh cerita, eh ternyata dia sedikit baper pada seseorang karena suatu hal yang tak ingin kuceritakan di sini. Inti yang ingin kusampaikan adalah, berkomitmenlah dengan ucapanmu, jangan begitu mudahnya kau sakiti hati perempuan sesederhana kau membohonginya meski tanpa sengaja. 

    Satu kali termaafkan, tapi jangan pernah kau lupakan ketika hati perempuan retak sedikit saja karena ulah kecilmu maka senyatanya hati yang ia miliki sudah berubah bahkan meski berulang kali kau bersusah payah membuatnya utuh akan tetap saja kelihatan bahwa hatinya telah pernah retak meski seujung kuku. 

*Sebuah cerita mengenang seseorang yang mungkin pernah kutitipkan rindu. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 20 Juli 2017.
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar