Ku bertemu sang adam di simpang hidupku
mungkin akan ada cerita cinta
namun ada saja cobaan hidup seakan aku hina
Tuhan berikanlah aku cinta
untuk temaniku dalam sepi
tangkap aku dalam terangmu biarkanlah aku punya cinta
Tuhan berikanlah aku cinta
aku juga berhak bahagia
berikanlah restu dan halalmu
Tuhan beri aku cinta.........


Mungkin untuk kalian maniak karya dari kang Abik, maka tidak akan asing dengan 
lirik lagu ost film Ketika Cinta Bertasbih 2 yang masih menggema di pikiranku, menelisik ke bagian hatiku yang paling dasar. Kadang  aku berpikir, betapa hidup ini tidak adil, Tuhan. Ketika seseorang yang pernah datang di salah satu sudut dunia kita, lalu dia pergi begitu saja, menghilang maka rasanya ini tidak adil. Kenapa kami dipertemukan? kenapa kami diperkenalkan? kenapa kami diberi perasaan sedahsyat ini, Tuhan? ribuan pertanyaan kuledakkan tanpa ampun. Saya ini manusia normal, Tuhan. Sekeras apapun berupaya menegarkan, akan ada air mata yang tumpah ruah di depanMu. Kenapa begitu teganya Kau balik sebuah cerita manis menjadi sebuah kisah yang paling mengerikan di muka bumi? semua orang tak menginginkan sebuah perpisahan, begitupun aku. (sudut pandang pertama)

Beberapa dari kawanku memilih untuk memastikan dirinya tidak menjomblo. Terkadang, aku berpikir, sebegitu sempitnyakah makna cinta menurut mereka? cinta kan ga melulu tentang kisah seorang anak adam berjenis lelaki dan perempuan dalam buaian asmara saja, tapi cinta lebih luas dari itu. Ketika ayah kita rela bekerja siang malam tanpa kenal lelah demi menafkahi keluarganya, menurutku itulah wujud cintanya, ketika ibu selalu sabar merawat kita sejak masih dalam bentuk embrio sampai segede ini, itulah wujud kecintaannya. Adakah cinta yang lebih besar dari jutaan  cinta yang kita peroleh dari cintanya keluarga kita terhadap diri kita? (sudut pandang kedua)

Ketika seseorang hanya memaknai cinta itu wujud kasih sayang antara seorang laki-laki dan perempuan, lalu ketika dia ditinggalkan mengatakan Tuhan itu tidak adil, mengecewakan dengan cinta yang seperti ini. "Aku kan juga berhak bahagia, Tuhan". Bukan cuma dia, mereka yang hanya pantas merasakan sebuah cinta. "Sehina itukah aku hingga merasakan kisah cinta yang cukup mengerikan seperti ini?" (sudut pandang pertama)

Cinta itu makhluk Tuhan yang paling indah, karenanya hidup seseorang menjadi lebih berwarna. Tanpa cinta, hidup ini mungkin layaknya hutan yang gundul. Gersang dan sama sekali tak indah dilihat. Sebagai seseorang yang pernah hidup selama kurang lebih 21 tahun 3 bulan 1 minggu, limpahan cinta dari orang sekitar luar biasa. Terutama dari keluarga. Ayah ibuku adalah 2 orang pertama yang menyatakan cintanya sedemikian tulus bahkan sejak sebelum aku berbentuk sebuah zygod hingga setua ini. Cinta dari mereka luar biasa, tak kurang suatu apa. Sebuah alasan klasik hingga saat ini aku masih sanggup untuk bertahan dengan kesingleanku adalah aku belum benar-benar menemukan cinta yang utuh seperti cinta yang mereka berikan. Pernah sih, jatuh hati tapi itu tak terlalu lama aku rasakan. Rasanya asyik, bikin hati bergejolak penuh semangat, tapi ujung-ujungnya hambar. Cinta yang pernah kurasakan tidak sedahsyat cinta orang tua terhadap aku. Entahlah yah, aku juga tidak tahu kenapa kadang orang-orang merasa begitu menyedihkan ketika dia menjomblo. well, salahkah kita menjomblo? Aku pernah berada di jalan yang cukup rumit untuk ukuran sebuah hubungan cinta yang seperti itu, tapi lagi-lagi aku katakan dengan sejujurnya aku belum menemukan cinta yang bisa membuatku benar-benar cinta dengan seutuhnya pada orang itu. Katakanlah aku ini musafir cinta pada beberapa waktu yang lalu, namun jangan salah sangka dulu, aku hanyalah gadis biasa yang jika menaruh perasaan khusus pada orang lain, tak pernah terkatakan. Aku hanya mencintainya dalam diam, dalam doa, itu saja. Tidak berani untuk menjalankan sebuah hubungan khusus seperti remaja yang lain. Jarang sekali aku patah hati hanya karena cinta semacam itu, tersebab memang belum menemukan hakikat cinta yang utuh seperti yang kuinginkan. (Sudut pandang aku).

#Catatan ngawur yang ditulis pada saat aku menemukan hujan untuk pertama kalinya di kota Apel. 30 Oktober 2016. 

Selamat tinggal mantan....
selamat tinggal mantan, kalau katanya si kakak mah, mantan yang berkhianat itu kentut.wkwkwkwk.. Aku belum bisa move on untuk tidak ketawa mebaca tulisannya tentang si mantan. Bagaimana mungkin dia bisa menulis tulisan semacam itu? rasanya dia kesel banget dengan mantannya yang dengan tega berkhianat. Hahahahhaha. Aduh kakak, kadang eva tuh geli lah yah ngomongin mantan. Meskipun eva belum pernah punya mantan. Tapi eva salut denganmu kak, kau itu cepat move on dari si kentut, ehh maksudku si mantan.. hahahahha....
Tentang mantan, aku tidak punya sebuah argumen yang begitu penting untuk kutulis, tapi aku sudah terlalu sering menyimak curhatan beberapa teman mengenai mantannya. well, aku masihlah gadis baik hati untuk tidak bosan menyimak keluhan dan jeritan hati teman tentang mantannya wkwkwkwk... Oke, menurutku mantan itu sampah coy, masih lebih keren kan dibandingkan kentut? masih lebih bermartabat kan dibandingkan kentut? hihihiii..Namanya juga sampah, ga mungkin kita mengais-ngais sampah yang telah kita buang kan? Itu barang bekas, sebaiknya dimasukkan ke dalam tempat sampah. Kalau dia masih berkeliaran di tempat-tempat bebas, ga enak dilihat. Cuma ngotori pemandangan doank, menurutku sih begitu. Kamu yang masih sulit move on dari mantan, uh.. uh... berasa udah mau mati, hidup ini suram tanpa dia, ditambah lagi mukamu yang suram...sempurnalah hidupmu wkwkwkkw... udah lepasin saja ingatan tentang mantan. Biarkan si sampah berada di tempat yang selayaknya...Kalaupun mau didaur ulang, biarkan orang lain yang mendaur ulang. Masa depanmu terlalu berharga untuk kau tukarkan dengan perkara remeh-temeh semacam memikirkan mantan apalagi kepikiran ingin balikan. woyyy dunia ini begitu luasnya, dan kau bisa menemukan milyaran orang yang jauh lebih baik dari si mantan. Tak usahlah kau nangis-nangis sambil berantakin isi kamar, nusuk-nusuk boneka, nyekek teman, apalagi ingin bunuh diri hanya gara-gara si kentut, mantan yang berkhianat itu.... Biasanya yang seperti ini sih dilakukan oleh seseorang yang masih sekolah, kuliah, pokoknya yang masih usia-usia labil, tapi kalau boleh kasih saran, mending kelarin deh studimu gak usah mikirin pasangan dulu apalagi mantan. Urusan jodoh, biarkan Tuhan yang ngatur. Karena Tuhan itu telah mengatakan bahwa wanita yang baik-baik untuk lelaki yang baik dan lelaki yang baik untuk wanita yang baik-baik. Udah makanya, belajar saja dulu yang benar, bikin bangga orang tua dengan prestasi, wujudkan mimpimu, perluas persahabatan, sibukkan diri memperbaiki diri, bukan mikirin pasangan apalagi mantan untuk kamu yang masih usia sekolahan... semua itu ga penting. Sebelum kamu menyesal , waktu dan energimu habis terpakai karena sesuatu hal yang ga penting begitu, mending lakukanlah hal yang bermanfaat yang mungkin bisa nebelin uang sakumu... kan lumayan.
Mantan itu, sejenis bom waktu yang suatu saat bakalan meledak tanpa kau tahu kapan saatnya... meledakkan apa? jelas meledakkan dirimu sendiri, meledakkan mimpi-mimpimu, meledakkan takdir barangkali.... Kenapa orang yang belum punya mantan sepertiku berani ngomong begitu? mungkin begitulah isi pikiranmu membaca oretan sampahku ini. Oke, ini kan hanya sebatas ocehan saja... Meledakkan mimpi, barangkali ketika kau sibuk dengan pacaran, memikirkan mantan, semangat belajarmu mulai lusuh, luntur. kuliah ga niat, prestasi ga meningkat, pekerjaan ga kelar-kelar, kalaupun kelar, hasilnya ga sempurna, muka suram mengerikan hanya gara-gara kau memikirkan hal yang semacam itu guys... oh no, masa depanmu jangan kau biarkan hancur. Emang rela? duuh sebegitu berharganyakah si mantan daripada mimpi-mimpi masa depanmu? Mimpimu itu jauh lebih berharga dibandingkan apapun. Jangan khawatir, in sya allah ketika kadar sukses telah kau genggam, kau sudah mapan, dan siap menempuh hidup yang jauh lebih kejam dari sekedar desakan penyelesaian tugas akhir, pasanganmu akan tiba dengan sendirinya. Seperti kata bunda Asma, jika kau tak menemukan cinta, biarkanlah cinta yang menemukanmu. Barangkali juga jika kau hanya sibuk memikirkan mantan, orang baik yang ternyata Allah rencanakan untukmu masih ditahan dalam waktu yang lama hanya gara-gara mata hatimu itu hanya bisa melihat mantan, tidak terbuka untuk orang lain yang bahkan aku yakini orang yang telah disiapkan Tuhan itu pasti lebih baik dari mantanmu itu. 
Well, itu saja dulu ocehanku hari ini. Kalau kau menyatakan aku ini terlalu sok tahu dan sok-sok yang lainnya dipersilahkan. Ini rumahku, kau bebas mengatakan apapun yang ada di kepalamu mengenai ocehan sampahku.... karena sebenarnya eva sedang lelah guys, tapi disempet-sempetin saja nulis biar rileks... dan jangan lupa tersenyum yah kalau baca tulisanku, meskipun sebegitu menyebalkannya aku di sini.... wassalam. 

#Ocehan sampah Eva Edelweis, Malang 30 Oktober 2016.


"Untuk yang Jauh, untuk yang Terjatuh"
(memo untuk kamu)
(I)
aku tak tahu dari sekian banyak waktu percakapan kita, kuhabiskan untuk apa. dalam labirin hidupku kamu terletak di bagian mana. yang aku tahu saat ini aku mengenalmu dalam kurun yang lebih dari sekadar hitungan hari. sehalnya aku, apakah kamu juga ingin mendekatkan perasaan kita lebih jauh?
seperti jarak wilayah kamu dan aku: dekat sekaligus jauh.

seperti katamu, semua hanya perkara waktu
maka menunggulah kalau begitu. aku tahu kamu perempuan yang sabar. dan kamu tentu juga paham
aku laki-laki terburu-buru, diburu perasaan tak tentu.
sejauh ini aku masih bertahan mencintaimu. bukan persoal betah, tapi lebih dari itu: aku menemukan diriku dalam dirimu.

meskipun kamu tidak akan percaya bahwa bertahun-tahun aku pergi, berangkat sebagai musafir yang dikalahkan sejarahnya sendiri. hanya untuk mencari jalan pulang menuju rumah, menuju diri sendiri. aku yang utuh, aku yang butuh diri kamu untuk bisa kembali ke tubuh: tubuh yang kedap oleh jarak, waktu, rindu, dan hal-hal yang selalu gagal dimenangkan oleh pertemuan.
(II)
aku lupa kapan perasaanku pertama kali tumbuh padamu. sebagaimana aku lupa bagaimana cara untuk meyakinkanmu bahwa cinta bukan saja timbul karena pertemuan. aku tidak akan menyalahkan moyang kita. tapi Tuhan pasti tahu alasan kenapa Ia mencipta Hawa dari rusuk Adam. sehalnya Adam, di sini kita hanya bisa mereka-reka, mungkin di pikiran Adam waktu itu Hawa begitu jauh. tak terjangkau oleh akal dan analogi-analogi banal. maka muncullah ide rindu. ya, menurut lelaki kesepian seperti Adam, hanya rindu yang bisa mendekatkan yang jauh, merapatkan yang dekat di sisi. maka dari rahim rindu, lahirlah moyangmu itu: Hawa yang konon terbuat dari rusuk kiri moyangku: Adam dan ketabahannya merawat pohon-pohon sepi di surga.

lalu setelah jatuh ke bumi, muncullah Adam-Adam baru yang patah hati. dikecewakan kegagalan sendiri. terpancing menjamah khuldi. berpisah sebelum kembali bertemu di ruang dan waktu yang sumpek oleh perasaan-perasaan asing. mereka yang dijatuhkan cinta yang rapuh kemudian memilih merantau. berharap bisa menemukan tempat bagi keletihan tubuh yang tua sebelum waktunya. demikianlah, sebagai orang yang pernah dirapuh-rubuhkan peristiwa di hari lalu, aku menjemput rindu untuk kembali kepadaku, untuk pulang kepadamu
seperti kata penyair itu.
(III)
aku bahkan tertawa jika sekarang aku berpikir bakal meninggalkanmu. hanya karena kekonyolan yang seolah tak ada habisnya aku cetuskan dari kegugupan menghadapimu dan perasaan yang beludak di dadaku.
maka sampai di sini, aku pasrahkan untuk kamu tampik berkali-kali, untuk mencintaimu berkali-kali.

maka setelah aku, siapa lagi yang akan terjatuh dan jatuh hati padamu dari jauh?

#Adaptasi tulisan si penyair, kak Aynu
Aku masih saja bercerita tentang orang yang sama, mengenang orang yang sama, mengingat dan bahkan harus ku akui, heii, aku rindu. Aku ingin bercerita tentang seseorang yang menurutmu baik itu, sama sekali belum memahamiku sebagaimana kau memahamiku.Ingin kugebuki diri sendiri hingga patah tinggal rambut saja yang tersisa, semacam itulah perasaanku.Tapi lupakan. aku sedang ingin berkicau bebas di sini, bukan tentang kamu.
Konyol, bodoh, mungkin itu yang akan kau katakan padaku saat ini. Bukan persoalan cinta, dan rindu yang hendak kubicarakan. Tapi lebih penting dari itu semua. Aku masih saja terkesiap dengan kejadian-kejadian mengerikan beberapa minggu lalu. Tentang sebuah kehilangan. Kehilangan yang cukup parah adalah kehilangan mimpi. Kehilangan jati diri. 
Aku masih lah eva yang sama, tapi aku sungguh berbeda dengan eva yang telah kau kenal 3, 4, 5 atau beberapa tahun yang lalu, saat aku masih merasa apapun aku jalani, rintangan apapun akan kulewati, tapi ternyata tidak banyak orang tahu tentang hidup eva yang tidak melulu baik-baik saja, meskipun dikelilingi orang-orang yang sungguh baik.
Orang-orang masih mengenaliku sebagai sosok yang absurd, bawel, innosent, childis, manis, supel atau yah terserah lah mau mengenaliku seperti apa. Tapi kau masih ingat kan, bahwa aku masih hobby sekali berdrama? hidupku ini dramatis coy. Tentang bahagia, lalu lara, tentang tawa, lalu tangis, tentang betapa indahnya hidup ini, lalu aku mengatakan bahwa hidup ini kejam, sungguh!. ah, aku ini manusia sejenis apa, juga tidak tau. Orang-orang yang mengenalku selalu saja dengan percaya dirinya mengatakan benar-benar mengenaliku sosok manusia sejenis apa.... well, aku hargai kesok tahuan kalian tentang diriku.... 
ini aku, Eva yang sebenarnya manusia yang tidak berperasaan. Tidak seramah yang kau katakan, tidak sesupel yang aku tampakkan, tidak, semuanya tidak. Ini aku, sejenis manusia yang tak punya hati. Ini aku, manusia yang tak pernah punya rasa peduli. ini aku, yang sedang menuliskan kekacauan di benakku. Ini aku, sekali lagi ini aku.....

       Kemarin, sempat aku memimpikanmu sahabatku. Tapi entah mungkin takdir semacam inilah yang harus memberi jarak pada kita. Dulu, pas kita sama-sama masih menduduki semester 7 aku pernah mengatakan sesuatu hal yang menurutmu itu adalah sebuah janji, sampai-sampai kau merekamnya di ponselmu saat itu. "Biar aku selalu ingat, kuliah semangat, dan kamu tidak mengingakari janjimu" begitulah ucapanmu dengan tegas yang masih terngiang-ngiang di pikiranku. Aku tak pernah berani membuat sebuah janji, apalagi terhadap kamu. Karena aku tahu, serangkaian pikiran buruk selalu menghantui hari-hariku. Kau tidak perlu tahu, semacam apa? Yang jelas, aku tidak pernah ingin membuat janji pada siapapun. Katamu, aku ini gadis ngeyel, tapi kataku, kamulah yang ngeyel tidak pernah mau kuberitahu atau kuberikan solusi atas problemmu yang entah sudah berapa kali kau bicarakan denganku. Yah, aku ini ngeyel, sangat. Bahkan dosenku, bapakku, pun mengatakan hal yang sama denganku. Aku ini ngeyel untuk tidak mau mengakui kalau omonganku itu adalah sebuah janji. Aku takut, tidak bisa melunasi janjiku sendiri.
      "Aku ingin menghadiri tasyakkuran prosesi wisudamu besok, dan kau boleh meminta apapun hari itu sebelum aku kesana. Dengan syarat, indeks prestasi kumulatifmu harus sekian..sekian..." Begitulah perkataanku padamu yang ternyata dianggap sebuah janji. "Aku ingin Edelweis" Jawabanmu itu membuatku tersentak kaget, terlalu ambigu. Entah kau mau edelweis sejenis bunga atau sejenis manusia? Rupanya kau sengaja mempermainkan pikiranku dengan pernyataanmu tadi. Lalu kitapun tertawa bareng..... "Kamu ini bawel yah, masalah akdemis kayak gitu kan urusanku, malah kamu yang peduli, ibuku sekalipun ga pernah peduli tentang itu semua. Tetapi aku beruntung mengenalmu, kan aku jadi semangat kuliah. Kenapa kamu tidak bilang kayak gitu pas aku masih semester 5 atau sebelumnya, kenapa baru sekarang? kan mepet banget,udah masuk semester 7 dan aku kurang yakin bisa memenuhi permintaanmu karena aku ini pemalas tidak seperti kamu" ucapmu waktu itu. Yah, aku ini memang bawel pada siapapun yang sudah kuanggap orang-orang terdekatku, termasuk kamu. Ga tahu saja sih kamu kalau aku juga pemalas, sok sok an saja aku mah, bilang begitu cuma untuk memberi semangat dan motivasi padamu, karena aku tahu, waktu itu aku adalah orang pertama yang paling sanggup memberimu semangat lebih dari biasanya apalagi diembel-embeli aku bakalan hadir ke acara wisudamu. Aku yakin betul, saat itu semangatmu naik drastis, dan terlalu ambisi untuk memenuhi permintaanku. Buktinya, kau berhasil. Yah meskipun keberhasilanmu itu bukan karenaku, tapi memang dasar kamunya yang cerdas kok. Kamu tekun hingga berhasil. Yah kau berhasil memenuhi permintaanku, tapi aku dengan sangat tega mengingkari omonganku sendiri. Aku tidak hadir di acara wisudamu. Lebih tepatnya, aku tidak bisa hadir. Kamu tidak tahu kan, betapa keselnya aku, betapa linglungnya aku, betapa marahnya aku pada diriku sendiri? Aku tidak harus cerita apapun padamu, cukup Tuhan saja yang menjadi tempat curhatku menggantikanmu betapa takdir kadang terlalu menyesakkan untuk kita jalani.
      Aku masih mengenang hal manis, betapapun pahit yang akhirnya kita temui. Aku masih ingat betul ketika kau bilang "kamu tahu kenapa Jogja istimewa? karena ada kamu, sahabat satu-satunya yang aku miliki. Yah kalau tidak ada kamu di sana, Jogja tetaplah Jogja, tapi tidak istimewa. Kalau ga ada kamu, provinsi DIY menjadi DY saja, Daerah Yogyakarta tapi tidak istimewa" lalu kau tertawa melihat kegelianku pada omonganmu yang satu ini. hahahhaha kau selalu punya cara untuk membuatku tertawa. Kapan-kapan semoga ditakdirkan untuk kembali ke kota yang pernah mendidikku ini. Nostalgia di tiap sudutnya akan membawamu kembali pada ingatan-ingatan masa silam yang mungkin telah kau lupakan. 
       Sahabatku, dimanapun kau berada, semoga kau selalu berada dalam pelukan Allah, dalam cintaNya Allah. Selamat untukmu yang sudah melewati satu tahap pintu masuk menuju masa depan, apapun yang kau inginkan, yang kau impikan termasuk ingin studi di negeri tetangga semoga tercapai. Berkah dan manfaat ilmu yang kau peroleh selama 10 tahun di pesantren. Selamat mengabdi untuk masyarakat, bangsa dan negara. Selamat atas keberhasilanmu sahabatku.... fisik kita boleh berpisah sejauh apapun itu bahkan sejauh kutub utara dan kutub selatan bumi ini, namun semoga ingatanmu pada namaku dalam setiap doamu masih selalu terpaut pada titik yang sama. Doa kita terpaut pada Tuhan yang sama, untuk kelak sama-sama meraih cinta dan RidlaNya. Untuk tetap mempertahankan keutuhan persaudaraan dan persahabatan kita. Persahabatan yang abadi hingga kita dipertemukan di FirdausNya. 

Salam cinta dari Jogja. 

#Catatan harian Eva Edelweis, Yogyakarta 24 Oktober 2016.


Orang-orang kadang bertanya, kenapa kamu menulis? bukankah menulis itu membosankan? menulis itu butuh asupan? menulis itu harus memberi manfaat pada pembacanya, bukan seperti tulisanmu yang absurd dan konyol melulu bicara rindu, kesedihan, ketertimpangan hidup. Aku hanya ingin memberikan jawabannya di sini.
Terkadang aku menulis, bukan karena aku punya ide, toh tulisanku begitu-begitu saja. Sederhana, lebay, konyol. Terkadang pula tulisanku penuh dengan kemarahan. Penuh dengan emosi seseorang yang dikelilingi kemelut lara. Begitulah.... yah, menurutku menulis adalah sebuah kebebasan berekspresi. Aku bisa marah pada siapapun tanpa harus membuat orang lain sakit hati. Aku bisa menghujat siapapun tanpa ada yang merasa dirinya sedang dibully. Aku bahkan bisa meledakkan emosiku di sini tanpa sedikitpun memisuhi orang-orang yang kubenci. Aku bisa menjadi siapapun semauku tanpa ada yang menghalangi. Menulis adalah sebuah kebebasan berekspresi, dimana aku bisa menjadi penjahat, penghujat, pembenci, pembunuh lewat tulisan absurdku. Kadangkala pikiranku gabut tiada tara, ingin berteriak, marah, bahkan aku pernah berpikiran ingin bunuh diri.  Namun, aku sadar aku ini seorang santri yang masih percaya Tuhan akan selalu bersamaku dalam kesabaran dan keikhlasan. Aku juga gadis yang hobby berkhayal, terkadang benar-benar absurd dan bikin geli kalau baca oretanku sendiri. yah sudah kubilang kan, menulis adalah sebuah kebebasan kita berekspresi. Eksplor saja apa yang ada di benakmu, tanpa harus takut akan dibenci, dihujat, dibully... Aku menulis untuk diriku sendiri, menyenangkan diri sendiri bukan untuk siapa-siapa, sebagai bentuk bahwa di sini aku bisa hidup tanpa beban tanpa merasa takut mengungkapkan apapun yang bersarang di kepalaku.
Kemarahan, kebencian, keterpurukan, kegagalan, kehancuran selalu punya cara untuk kembali pulang. Aku memulangkannya lewat tulisan. Entah bagaimana mekanisme reaksi yang terjadi dalam tubuhku, pada saat emosiku sedang tidak stabil, kubiarkan jemari ini dengan lincah menari, bahkan sambil menangispun jadi. Setelah tarian tanganku kelar, otot-ototku yang sedari tadi meregang tersebab kemarahan dengan sendirinya akan rileks, pikiran fresh dan senyumpun terkembang dengan manisnya. Kalau perlu, sambil ngopi, dan ngemie instant adalah cara tersendiri untuk menyakiti tubuhku sendiri dibandingkan orang lain. Kalau masih belum mempan, kucairkan dengan air wudlu untuk menenteramkan hati dan pikiran.
Aku cuma berpikir ketika melihat orang-orang marah dengan makian-makian yang tidak pantas diucapkan, pelototan yang mengerikan, ucapan-ucapan yang menyakitkan kok bisa begitu saja meluncur dengan nyamannya? Apalagi dari diri seorang yang berpendidikan. Kenapa mereka tidak menahannya? kenapa mereka puas ketika berhasil memaki orang lain, mendebat orang lain, bertengkar dengan nada tinggi bersama orang lain? kenapa mereka puas menumpahkan emosinya dengan cara yang seperti itu? kenapa? pertanyaan itu muncul di benakku. 
Aku bahkan bertahan dalam diam, ketika marah. Bukan karena aku tak mampu marah dengan cara seperti mereka. Bukan, karena aku juga manusia normal seperti yang lainnya, bisa marah kapan saja. Hanya saja, kadang aku berpikir, untuk apa marah? untuk apa meninggikan suara di depan orang lain? untuk apa menuntaskan kepuasan hasrat kebencian dalam bentuk makian? untuk apa? bahkan ketika ada orang melotot hingga nyaris keluar bola matanya, aku hanya bisa menundukkan muka. Berusaha menenangkan hati yang kadang kala bergoyang-goyang tersebab marah, jantungku tertabuh untuk meledakkan amarah. Tapi, semuanya ingin kuredam lewat ocehan-ocehan absurdku di sini. Kalau kau tak ingin punya kenangan buruk  abadi di ingatanku, aku punya aturan tersendiri yang sederhana, kau hanya tak perlu memancingku menjelmakanmu dalam oretan-oretanku.  

Eva Edelweis, 20 Oktober 2016.


Tulisan ini hanyalah sebuah suara dari seorang gadis yang hobby mengkhayal, kalau misalkan ada kata-kata yang kurang berkenan di hati pembaca sekalian, mau misuh-misuh juga dipersilahkan. hahahahha. Kamu yang baca ini jangan terlalu serius apalagi pasang dahi mengkerut sungguh itu bakalan bikin mukamu terlihat 20 tahun lebih tua dari usiamu yang sebenarnya.... bacanya pelan-pelan, kalau perlu sambil ngopi juga ga apa-apa hahahaha.
            Kenapa jodohku juga belum kunjung tiba, Tuhan? mungkin pertanyaan itu seringkali merebak di pikiran kita saudara-saudara yang budiman. Kenapa dan kenapa? Aku juga ga tahu. Sekali lagi aku tegaskan bahwa tulisan ini hanyalah sebuah SUARA dari seorang gadis yang suka berkhayal, gadis imajiner. Lagipula statusku masih seorang mahasiswa yang lajang kok belum menikah hahahah, mohon maaf jika aku di sini berlagak sok tahu perihal jodoh, biarkan aku berekspresi. Jiahahahaha.  Satu lagi, tulisan ini lebih dikhususkan untuk perempuan. Jika kamu laki-laki dan merasa tidak setuju dengan ocehan-ocehanku di sini ga masalah karena aku menulis berdasarkan perspektifku. Pertanyaan itu sempat terbersit juga di benakku pada saat telingaku mulai gatel dan kemerah-merahan setelah beberapa saat menyimak ocehan-ocehan temanku, biasalah cewek suka curhat. Kenapa dan kenapa? Akupun sendiri ga tau sebenarnya kenapa, tapi mari luangkan sejenak waktumu yang cukup berharga untuk membaca isi dari suaraku ini. Biasanya pertanyaan ini muncul di benak seseorang yang hampir menuntaskan studinya atau bahkan telah menyelesaikan studi namun jodoh tak kunjung datang. Kekhawatiran demi kekhawatiran bergelayut di pikiran. Apalagi ditambah penyakit baper yang tiba-tiba kambuh melihat teman seangkatan tahu-tahu sebar undangan, posting foto-foto prewedding di instagram, seketika rasanya jantung kita berhenti berdetak, shock berat pemirsa. Huhuuuuuu.
Kata bang Tere Liye, jodoh itu akan datang di saat yang tepat, tidak akan terlambat apalagi terlampau cepat. Yup benar sekali, jodoh itu akan datang di saat yang tepat, dimana kita telah siap baik secara fisik, materi, dan mental kita dalam perjalanan mengarungi bahtera rumah tangga. Jangan dikira orang menikah itu melulu menyenangkan loh, banyak cobaanya pasti. Sudah deh ga usah melulu membayangkan adegan-adegan romantis ala film korea atau bollywood yang seringkali kita tonton sampe bikin hati meleleh baper stadium empat, karena apa? Ternyata berdasarkan survey kecil-kecilan dari kawan yang sudah menikah, menikah itu benar-benar butuh kesiapan yang matang. Nah loh, pertanyaannya udah siap belum? Menikah itu bukan perkara adu cepat-cepatan seperti pacuan kuda, jadi ga usah iri, dengki, hasut sama teman-temanmu yang sudah pada nikah. Jadi begini, Tuhan itu cukup tahu bagaimana diri kita, maka kalau kitanya memang dirasa belum sanggup dan belum siap maka yakin jodoh itu masih ditahan saja.
Hal-hal kecil yang perlu diperhatikan dalam diri kita khususnya seorang perempuan yang menginginkan dirinya segera menemukan pasangan tulang rusuknya itu jangan kita sepelekan. Misalnya dalam hal merawat diri sendiri. Masa yah sih, cewek ga bisa merawat dirinya sendiri? Kalau merawat diri sendiri saja belum becus bagaimana ia akan merawat suaminya dan anak-anaknya nanti? Oh my.... kasian deh ntar bayinya ngompol terus kau biarkan begitu saja. Gatel-gatel ntar tuh pantat bayimu... ahhahaha ga usah dibayangkan. Merawat diri kita sendiri adalah sebagian dari kewajiban kita dong, jangan sampai orang di samping kita meringis cuma gara-gara mencium bau busuk badan kita. Oh, jangan sama sekali. Rawatlah diri sendiri sewajarnya, ga usah berlebihan kecuali jika kau punya duit berlimpah, yah silahkan. Jaga tampilan kita sebaik mungkin. Pandai-pandailah juga mengatur barang-barang yang ada di rumahmu, kotsanmu, kontrakanmu, intinya tempat tinggalmu. Taruh barang-barangmu dengan rapih, cucilah bajumu jangan sampai dibiarkan menumpuk di pojokan kamar (ini bagi yang ngekost) yang nantinya bakalan mengundang nyamuk bersarang di sana, syukur-syukur kalau bukan nyamuk aedes aegepty atau nyamuk demam berdarah. Kapok kan? Kodrat seorang perempuan adalah partner dari laki-laki. Okelah yah mungkin kau bermimpi jodohmu keren, ganteng, pinter, mapan dan sebagainya tapi aku pikir laki-laki akan mengkeret melihat seorang perempuan yang secara umum belum bisa merawat dirinya sendiri termasuk keadaan sekitarnya. Boleh kamu itu pinter kelewat batas dengan IQ super tinggi, tapi kalau dalam hal merawat dirinya sendiri saja belum bisa, maka menurutku pinter doank ga ada artinya. Kau mungkin berpikir akan menjadi wanita karier, yang pekerjaan rawat-merawat barang milik kita itu bisa diwakilkan oleh pembantu rumah tangga, oke fine. Tapi tidak semua perempuan ditakdirkan menjadi wanita karier dan berdasarkan kebiasaan umum yang berlaku, urusan kerumah tanggaan itu diurus oleh seorang wanita. Laki-laki mah ngurus bagaimana “menafkahi” keluarganya.
Hal kecil lain yang berhubungan dengan siap atau tidaknya kau menerima jodoh yaitu manajemen uang. Sudah bukan hal yang tabu lagi jika seorang wanita gemar shoping, nyalon, pedicure manicure, atau apapun yang intinya berkaitan dengan menghambur-hamburkan duit (menurut aku). Wanita harus pandai-pandai dalam menghandle masalah keuangan, tersebab mau tidak mau sekali lagi urusan kerumah tanggaan ada di tangannya. Ekonomi sebuah keluarga bukan ada di tangan seorang lelaki, tapi berada di genggaman seorang perempuan. Tombak ekonomi sebuah keluarga itu tergantung dari seorang perempuan, bagaimana ia menggunakannya dengan baik atau sebaliknya. Sebuah keluarga dengan mudahnya akan hancur hanya karena masalah ekonomi loh. Jadi jangan heran jika kita sering mendengar berita perampokan, pencurian hanya demi menafkahi keluarga atau dengan cara korupsi di kantornya hanya demi alasan memenuhi nafkah istri. Kok bisa? Yah bisa, jika seorang perempuan tidak bisa mengatur ekonomi keluarganya hingga mengalami krisis ekonomi dalam keluarganya maka apa yang terjadi? Si suami bisa saja dengan terpaksa melakukan pekerjaan kotor demi tuntutan kebutuhan keluarganya. Maka jika kamu merasa belum bisa mengatur keuangan pribadimu, latihanlah mulai sekarang agar besok tidak kaget ketika menikah. Bedakan mana kebutuhan dan mana keinginan agar tidak mengalami krisis kantong mendadak di awal bulan. Kalau perlu, bikinlah sebuah buku laporan keuangan pribadi agar kamu sendiri bisa mengontrol pengeluaran dengan baik. Tidak hanya itu, mungkin belajar juga menyisihkan duit untuk tabungan dan sedekah. Ingat loh, dalam harta kita ada sebagian hak milik orang lain, so jangan lupa sedekah. Hal-hal sesederhana merawat diri, memperhatikan lingkungan hidupmu, memenej keuangan tidaklah sesederhana itu, tidak sespele itu karena hal sederhana macam itu adalah awal bagaimana kita dilatih menjadi sesosok perempuan yang mandiri dan bertanggung jawab esok ketika kita telah dipertemukan dengan jodoh kita. Jadi kalau misal hal spele semacam itu saja kita belum bisa kita lakukan, maka jangan heran jodoh tuh belum nongol-nongol. Ngurus diri sendiri saja belum bisa gimana mau ngurus orang lain? Kan belum siap, mungkin begitu kata Tuhan.
Beberapa minggu lalu booming pernikahannya Alfin Faiz, putra ustadz Arifin Ilham. Respon masyarakat sungguh luar biasa, ada yang memujinya tersebab keberaniannya dalam mengambil keputusan untuk menikah di usia yang cukup muda dan ada pula yang tidak setuju, mengkritiknya tersebab di usia muda seperti Alfin seharusnya fokus dulu pada urusan studi. Namun menurutku hal itu biasa saja sih, ga ada sesuatu yang istimewa dari berita itu tersebab aku ini tinggal di desa yang mayoritas masyarakatnya nikah muda, apalagi cewek. Jika ada seorang gadis berusia di atas 12 tahun saja ga bertunangan sudah hampir dianggap sama statusnya dengan perawan tua alias tak laku. Jadi, kembali ke topik, meskipun Alfin masih berada di usia pelajar namun dirinya telah dianggap siap untuk diberi tanggung jawab sebesar itu. Jikalau kita, kalian merasa jodoh belum kunjung datang mungkin memang kita dianggap belum siap menerima tanggung jawab seperti halnya Alfin. Menikah itu bukan soal usia kok, tapi perihal siap atau tidaknya mengemban amanah membangun keluarga yang sakinah.
Sepanjang jodoh kita belum tiba, maka saatnya kita menyibukkan dalam perbaikan diri kita. Karena akan selalu ada laki-laki yang baik untuk perempuan yang senantiasa berusaha memperbaiki diri, begitupula dengan laki-laki yang selalu memperbaiki dirinya maka akan selalu ada wanita yang baik untuk dirimu yang tak lelah berusaha dalam memperbaiki kualitas dirimu. Jangan sampai berada dalam lingkaran maksiat, meskipun pada saat proses menemukan jodoh. Karena pada saatnya nanti akan ada hadiah untuk mereka yang senantiasa bersabar dalam proses menemukan jodoh dan orang-orang yang tak lelah dalam memperbaiki diri mereka. Jodoh terbaik datang bukan dengan cara pacaran. Sama sekali bukan, melainkan dengan cara terus menerus memperbaiki diri. Itu saja. Lakukan apapun hal-hal yang bermanfaat untuk kita, menambah wawasan, pertemanan dan meluaskan relasi, Jika kita nanti tidak mendapat jodoh yang terbaik itupun tidak masalah, setidaknya kita telah tumbuh menjadi lebih baik dan selalu siap menerima apapun sesuai skenario Tuhan. Selamat menemukan jodoh yang terbaik dan kusemogakan segera dihalalkan ^_^

*Ide tulisan ini nyantol di kepala pada saat sedang sedikit kesal dengan seorang teman, akibatnya yah begini nulis ngalor ngidul seenak jidat, namun semoga bermanfaat. Jika ada kritik dan saran, monggo meninggalkan jejak. Matur suwun.

Catatan Eva Edelweis, Yogyakarta 16 Oktober 2016.




Jatuh cintalah, maka kau akan merasakan kenikmatan hidup yang cuma sementara. Di tulisan sebelumnya "Guruku inspirasiku (semacam euforia mencintai)" telah kukisahkan sedikit bagaimana guruku memperoleh inspirasi. Ah yah, untuk mendapatkan inspirasi katanya harus jatuh hati lalu patah hati. Kau mungkin berpikir, sakit hati itu tak ada nikmatnya sama sekali, yang ada bakalan banjir air mata nangis bombay sok merasa terluka, terkhianati atau apalah... hiks.. hiks.. kasian :P Jika aku yang mengalami hal seperti itu, rasanya aku akan menceritakan bagaimana sakit hati yang mengagumkan. Tapi aku tak kan mengerucutkan sakit hati cuma karena putus dengan kekasih atau dikhianati kekasih, tapi lebih secara universal. Sejujurnya, aku ini tipe-tipe cewek sensitif, yang ya ampun sediki-sedikit sakit hati, meskipun kadang ga ditampakkan.  Pernah suatu kali, seseorang menatapku penuh kebencian, setidaknya itu yang terbaca dari pikiranku. Sakit hati? jelas, sakit hati karena aku merasa kesalahan macam apa yang telah kubuat hingga membuatnya menatapku sedemikian rupa mengerikan? sakit hati tersebab temanku sendiri tak menyapaku dengan muka yang riang. Aku juga pernah merasakan sakit hati karena lelaki, yaitu pada saat aku menyukai seseorang hanya dari jarak jauh dan menyukainya diam-diam. Sakit hati karena cintaku bertepuk sebelah tangan dan dia tidak menyadari bahwa ada seseorang yang menyukainya duuh sedihnya... wkwkwkwk. Tentu saja sebagai cewek normal, pasti menangis. Tapi itu hanya sebentar, karena pada detik kesekian mukaku kembali konyol seperti sedia kala -_- Tertawa lepas seolah tidak terjadi apa-apa. Kembali pada topik awal, bagaimana mengubah sakit hati yang awalnya bikin kamu menyedihkan menjadi mengagumkan. Kuncinya cuma satu, ada pada Tuhan dan diri kita sendiri. Ketika sakit hati itu menghampiri kita, maka sejatinya kita butuh seseorang yang akan menguatkan kita, menambal luka hati kita. Jangan salah ambil teman sebagai teman curhat atau supporter kita, alih-alih dia memberikan solusi, menenangkan, bisa jadi aib kita kemana-mana, agar tidak terjadi hal yang tidak diinginkan, alihkan saja semuanya pada Tuhan, tautkan diri kita sepenuhnya pada Tuhan. Kita rajinkan shalat kita, tentu saja yang kumaksud adalah shalat-shalat sunnah kalau shalat lima waktu, pastilah yah ga boleh ketinggalan plus jamaah tentunya hihihi. Rajin-rajinlah juga kita mengunjungi RumahNya, percaya atau tidak, ketika hati kita dalam keadaan tidak sehat, emosi kita tidak stabil, pikiran kita penuh dengan problem-problem hidup yang belum terselesaikan cobalah ngadem sebentar saja di Masjid. Niatnya ngademin hati dulu, menangislah di sana sepuasnya, adukan apa saja yang ada di kepalamu, biar lebih afdhal, percikilah mukamu dengan air wudlu, dan sejenak kau menghadap Tuhanmu. Setidaknya hal itu akan membuat seseorang lebih tenang, damai, dan hati tentram. Masjid itu bikin tentram? oh jelas, aku sendiri yang membuktikannya. Entah kenapa setiap kali ketika aku sendiri mulai merasakan hal yang tidak nyaman, hati rasanya mati, dan ga mood hidup, biasanya aku memilih masjid sebagai tempat paling nyaman untuk bersemedi dari keramaian. Tuhan yang kita ajak bicara, tentu saja menyimak keluhan kita, sakit hati kita. Ga mungkin Tuhan itu tega membiarkan diri hambanya yang telah menyerahkan diri segala urusannya pada Tuhan semata akan membiarkan kita dalam keadaan terpuruk, tunggulah tangan Tuhan menyambar kita, memeluk kita dengan erat, bukankah sudah pernah kau dengar sebuah hadits qudsi yang menyatakan bahwa "Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian, Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan, Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa. Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya dengan berjalan cepat.” nah tuh, masih belum percaya? itu perkataannya Tuhan loh... bukan perkataanku yang cuma manusia abal-abal... dan yakinilah mau hati kita disakiti sekeras apapun, jika Tuhan yang menjadi teman curhat, menjadi penyembuh luka kita, maka segalanya akan baik-baik saja. Jangan pernah takut sakit hati, ketika sakit hati itu mampu membuat kita menjadi lebih dekat dengan Tuhan, why not? Tapi tunggu dulu, jangan hanya ketika saat kita dalam keadaan tidak baik-baik saja kita mendekat padaNya tapi mendekatlah dalam keadaan apapun, seorang teman saja yang diperlakukan seperti itu semisal kita hanya mendekat jika ada maunya, yo mesti kesel lah. Paling nggak, dia kapok temenan sama orang yang begitu hahahhaha. Namun satu hal, logikanya kita yang butuh Tuhan, maka perbaikilah sikap kita yang seperti itu, janganlah bersikap semaunya. Barangkali Tuhanpun sakit hati dengan perlakuan yang seperti itu.... 

Satu hal lagi yang ingin kubagi di sini, semakin sering hati kita disakiti, dilukai, justru bukan membuat hati itu semakin terluka namun semakin berkilau jika si pemilik hati ini ridla dan penuh keikhlasan menerima apapun. Seperti halnya diamond, semakin tinggi suhu yang diberikan pada saat menempanya maka kualitas diamond itu semakin bagus, begitupun dengan hati kita, semakin sering tersakiti, hati kita justru semakin berkilau jika diiringi rasa sakit itu dengan keikhlasan bahkan  in sya allah hati kita jauh lebih berkualitas dibandingkan diamond. Apalagi jika pada saat kita disakiti, dilukai lalu kita semakin dekat dengan Tuhan maka sungguh rasa sakit yang kita alami menjadi begitu mengagumkan. Maka setelah membaca tulisan ini, sudahilah tangisanmu, sedihmu, ada banyak hal yang perlu kau lakukan dibandingkan sekedar merenungi nasib burukmu..... Hidup itu hanya sebentar bray, eman-eman jika kau membiarkan hidupmu dirundung kesedihan, sebaliknya bikinlah kesedihan itu menjadi suatu hal yang mengagumkan. Bahkan jika guruku sengaja bikin dirinya sakit hati cuma untuk memperoleh inspirasi, maka saatnya kita juga bisa melakukan hal yang sama, memanfaatkan waktu saat patah hati dengan menulis puisi misalnya, lumayan kan jika sakit hati juga membuat kita menjadi sesosok manusia yang produktif dan menggali bakat terpendam kita sebagai pujangga hahahahha. Ah yah, cukup sekian ocehanku yang mungkin terlalu lebay dan panjang di sini, namun kusemogakan tulisan ini bermanfaat untuk siapapun yang sudi membaca sekelumit tulisanku, dan kudoakan semoga sakit di hatimu segera sembuh ^_^ jika ada yang tidak berkenan, silahkan tinggalkan jejak untuk diperbaiki.


*Catatan Eva Edelweis, Yogyakarta 15 Oktober 2016.


Dear Allah.....

Pada suatu fase dimana hati dan pikiran benar-benar merasa lelah, jenuh dan membosankan. Tuhan, barangkali aku sanggup menahan segala sesuatunya sendiri, tapi itupun atas kehendakMu. Barangkali ketika akupun ingin menjerit ketakutan, ketidaksanggupan, orang lain mana peduli.... bahkan akupun tak sanggup bicara pada siapapun. Aku ini harus bagaimana? harus sesabar apa? harus seikhlas apa? harus sekuat apa? Bahkan ketika berkali-kali hidup itu selalu lebih kejam dari yang kubayangkan, rasanya aku ingin mundur berjuta-juta langkah untuk memilih bersembunyi dibalik tanah. Pengecut. Mungkin begitu yang akan orang katakan. Lalu apa peduliku?
Pada suatu fase dimana manusia-manusia yang lain selalu sibuk dengan urusan saya ini sudah cantik atu tidak, sudah seksi atau tidak, sudah menarik atau tidak, di sini aku sibuk bicara dengan Tuhan seraya mengemis tanpa lelah, akan hati yang terasa oleng seketika. Oh Allah, dulu aku pernah menjadi mantan kekasihMu, Lalu sekarang, dengan susah payah rasanya aku memikatmu kembali, menjadi kekasihMu lagi. Oh Allah, betapa getir rasanya langkah kakiku yang semakin hari semakin berkurang kecepatannya melangkah... tapi tak sekalipun aku berniat menjauh dari sisiMu. Oh Allah, betapa aku tak sanggup lagi menelan kecewa untuk kedua kalinya dengan posisi yang sama seperti ini, ataukah memang seperti ini jalan menujuMu Tuhanku?Oh Allah, penguasa hati dan seisinya, penguasa dunia dan seisinya, maka harus bagaimana lagi aku menenangkan hatiku yang terguncang oleh berbagai hantaman? harus bagaimana lagi aku siap menghadapi apapun seorang diri di perantauan? Oh Allah, rinduku padaMu membuncah, bahkan jauh lebih besar dari sakit ini. Oh Allah, andaikata tiada Engkau di hatiku, mungkin yang kualami tidak hanya rasa sesak di dada, tidak hanya rasa mual, dan pening sepanjang hari yang menyerangku, bahkan bisa jadi aku sudah menjadi gila untuk waktu yang tidak sebentar, atau bahkan hingga engkau mengirimkan Malaikat Maut menjemputku.Oh Allah, Tulisan ini terlalu lebay untuk kusampaikan, namun begitulah adanya. Aku ini masih sesosok hambamu yang lemah tanpaMu. Aku ini hanya sesosok gadis kecil yang linglung berjalan sendiri menapaki hidup yang terlalu terjal. Oh Allah, janganlah engkau cemburu lagi padaku seperti dulu, dimana aku lebih sering memelototi layar gadget dibandingkan membaca setiap lembar deretan firmanMu,dimana aku lebih sering berlama-lama membaca status-status orang-orang lebay di media sosial dibandingkan memutar tasbihku menafaskan namaMu, dimana aku justru betah berlama-lama nongkrong dan berkeliaran di dunia maya dibandingkan mengunjungi rumahMu untuk bersilaturrahmi dan curhat padaMu, janganlah Engkau cemburu lagi padaku seperti dulu, dimana aku berselingkuh dengan mereka yang ternyata bisa kapan saja akan mengkhianatiku, meninggalkanku dibandingkan aku bermesraan dengaMu kala orang-orang tengah menikmatti dengkurannya hingga waktu syuruk. Oh Allah, janganlah Engkau cemburu lagi padaku, tersebab kesalahan di masa laluku adalah batu loncatan sekaligus sebuah pembelajaran hidup untukku yang lebih baik di masa depan. Janganlah Engkau cemburu lagi padaku, jika suatu saat aku tertoleh pada hal-hal yang melenakanku kembali hingga aku lupa walau sedetik akan keberadaanmu. Oh Allah, suratku terlalu panjang kutuliskan di sini, namun ada beberapa hal penting yang ingin kukatakan lagi. Terimalah aku sebagai kekasihMu kembali, Bukakanlah pintu rumahMu agar aku bisa berceloteh kembali denganMu, bermanja-manja denganMu, bisa kapanpun semauku untuk merengek seperti anak kecil minta balon pada ibunya, bisa minta apapun yang kuinginkan saat itu juga, karena bagaimanapun aku menurut pandangan orang, aku tetaplah gadis kecil yang linglung berjalan sendirian tanpa petunjukMu. Aku hanyalah sesosok gadis kecil yang pernah bercita-cita menjadi wasilah bagi kai dan ummi mendapatkan cinta dan ridlaMu.


*Peraduan Mimpi Asrama Pondok Pesantren UII Yogyakarta, 13 Oktober 2016. 19:37 WIB.
                                                                     OMEN


Judul                : Omen
Penulis             : Lexie Xu
Cetakan           : kempat Juli 2014
Penerbit           : PT Gramedia Pustaka Utama
Tebal               : 312 halaman


      Tulisan ini hanyalah sebuah review mengenai salah satu buku serial Omen karya Lexie Xu, penulis kisah-kisah bergenre misteri dan thriller. Buku serial pertama Omen ini mengangkat topik utama kasus penusukan siswa-siswi SMA Harapan Nusantara.
      Penulis cukup menyajikan sebuah cerita yang apik tentang seorang siswi SMA, Erika Guruh yang memiliki karakter cukup mencolok di antara banyak remaja SMA sebayanya. Gadis dengan tubuh langsing namun berotot, rambut pendek mirip cowok yang sengaja digel dengan model jabrik dan tampil dengan gaya gotik yang disempurnakan dengan polesan lipstik warna cokelat tua. Gaya sangar yang selalu ia tunjukkan membuat beberapa teman sekolahnya cukup segan dan takut padanya. Siswa yang cerdas dan terkenal dengan ingatan fotografisnya ini adalah siswa terbaik secara akademis di sekolahnya, ternyata memiliki saudara kembar yang sangat berbeda secara karakter namun bagai pinang dibelah dua jika dilihat secara fisik. Dialah Eliza Guruh, siswa populer di SMA Harapan Nusantara. Karakternya yang berkebalikan dengan saudara kembarnya membuatnya begitu disukai banyak orang. Gadis berambut panjang lurus, bersih dengan tubuh yang halus dan lembut, dipertegas dengan gerak-geriknya yang anggun, halus walau sedikit terkesan sombong.Meski mereka berdua saudara kembar, namun perlakuan teman-temannya, bahkan orang tua mereka sekalipun sangat berbeda. Mereka lebih menyukai dan menyayangi Eliza, bahkan lebih parahnya sejak kecil mereka memanggil nama Erika dengan sebutan Omen. Nama judul sebuah film yang menceritakan anak kecil yang mengerikan dan beraura jahat, dikarenakan sejak kecil Erika memang tumbuh lebih cepat dibandingkan dengan balita seusianya, cerdas luar biasa namun sering menakali saudara kembarnya. Membedah boneka milik Eliza, menusuk-nusuknya bahkan membiarkan tubuh boneka menjadi beberapa bagian.
      Kehidupan yang dialami oleh Erika dan Eliza sebenarnya sudah lumrah terjadi. Saudara kembar yang keduanya saling berusaha menampilkan kelebihan dirinya. Meski mereka bersaudara kembar, namun dalam hati masing-masing ada rasa tidak suka satu sama lain bahkan saling berharap tidak pernah punya mimpi yang nyata wajahnya dimiliki orang lain sekalipun saudaranya sendiri. Hal yang menarik yang dapat diambil dari kisah hidup kedua remaja SMA ini adalah kita sebagai manusia cenderung berpikir tampilan luarlah yang nomor satu. Tidak peduli seberapa lembutnya hati seseorang, bahkan seberapa cantiknya perangai yang sesungguhnya dalam diri seseorang namun karena hal-hal tertentu tertutup oleh tampilan yang busuk. Sebutlah si Erika, cewek yang memang langganan dipanggil guru BP akibat ulah dan kejailannya di sekolah, ditambah lagi dengan dandanan yang sebenarnya tidak cocok ia tunjukkan adalah seorang gadis yang baik hati dan setia kawan. Meski sangar namun ia tak sekalipun pernah menakali teman-temannya yang lemah, cukup setia kawan meski dalam situasi yang berada di posisi yang salah, dan bahkan ia sebenarnya adalah sesosok gadis yang lembut hatinya. Konflik dimulai ketika kedua gadis ini menyukai cowok yang sama, sebutlah ia Ferly. Siswa populer di sekolah mereka dan tentunya disukai banyak cewek.
     Pada suatu malam, sebuah pesta diadakan oleh salah satu teman mereka yang terkenal dengan cowok sombong, namanya Martinus. Dia mengadakan pesta di rumahnya namun yang terjadi bukanlah sebuah pesta yang dia harapkan, yaitu awal dari sebuah peristiwa yang mengerikan. Seperti biasa, Erika suka sekali bikin kerbutan dan berlagak sok jahat, kali ini dia bikin keributan di rumah si Martinus dengan cara melempari jendela rumahnya dengan kerikil-kerikil sampai berantakan. Eliza yang juga hadir di pesta itu semakin tidak suka dengan kakaknya, lalu pulang ke rumah sebelum pesta usai. Singkat cerita, sebelum dia tiba dirumahnya,  Eliza terjebak dalam sebuah pergulatan yang menyebabkan dirinya tertusuk 4 bilah pisau di seluruh bagian tubuhnya, nyaris membuatnya tak tertolong karena kondisinya yang cukup kritis. Hingga Erika yang sebenarnya menolong saudaranya itu tertuduh sebagai pelaku penusukan tersadis pada adik kandungnya sendiri. Ferly, sebagai pacar Eliza, pun mengalami hal yang sama, kena tusukan di beberapa bagian tubuhnya 2 hari setelah kejadian yang menimpa Eliza. Bukti dan segala macam tuduhan benar-benar mengarah pada Erika. Siapapun pasti menyangka Erika pelakunya, karena bukan tidak mungkin gadis yang biasa membawa aura jahat dan mengerikan itu tak bisa melakukan hal sekeji itu. Tidak hanya Eliza dan Ferly yang mengalami hal buruk itu, namun si Martinuspun mengalami hal yang sama bahkan lebih parah dari mereka berdua.
       Kasuspun terpecahkan beberapa hari setelah kejadian. Erika yang tertuduh sebagai pelaku utama dan menjadi buronan polisi nyaris depresi karena keadaan yang menimpanya. Sahabat yang baik, seorang Viktor Yamada, salah satu tembusan mahasiswa Harvard University pewaris yang punya latar belakang dari keluarga Yamada, pemilik perusahaan terbesar kedua Ocean Corporation milik Jepang yang berada di Indonesia menyamar sebagai ojek pribadi dari Erika demi mendekati gadis itupun berusaha memecahkan kasus yang dialami Erika. Dibantu juga oleh salah satu cewek berpenampilan cupu namun cerdas, Valeria Guntur salah seorang teman SMA Eliza dan Erika yang diam-diam mengamati dari jauh dan menjadi orang kedua yang berhasil memecahkan kasus Erika. 
     Akhir dari sebuah cerita yang cukup pelik ini berujung pada sebuah penemuan pelaku kasus penusukan siswa-siswi SMA Harapan Nusantara adalah Eliza. Yup, Eliza sang cewek populer yang selalu tampil anggun dan cantik dibandingkan saudaranya sendiri Erika Guruh. Cewek yang tertusuk 4 bilah pisau itu bukan Eliza yang sebenarnya namun salah seorang siswi di sekolahnya yang terpaksa diculik lalu dengan kejinya dioperasi plastik untuk mengubah muka aslinya menjadi wajah Eliza, seolah Elizalah yang menjadi korban, begitupun dengan Ferly, sebenarnya bukan dialah yang tertusuk tapi cewek psikopat ini mengubah muka anak lelaki yang ternyata pacar siswi yang telah ia rusak mukanya juga dioperasi untuk ditampakkan sebagai sesosok Ferly asli. Ternyata Eliza tak melakukan hal keji semacam itu sendiri namun bersekutu dengan Ferly yang tidak lain adalah pacarnya sendiri. Sekaligus bekerja sama dengan seorang ilusionis yang pernah menghipnotis Erika pada sebuah pertunjukan yang pernah diadakan sekolahnya. Siapapun tidak menyangka seseorang yang terlihat baik seperti Eliza dengan tega melakukan hal sekejam itu pada saudaranya sendiri dengan tujuan untuk memfitnah dan menyingkirkan Erika. Bahkan dengan segala cara ia lakukan untuk memenuhi keinginan jahatnya menyingkirkan saudra kembarnya dengan cara berkorban melukai diri sendiripun ia lakukan. Hal yang cukup menarik dari buku Omen ini, si penulis memberikan sebuah nasihat terbaik untuk kita si pembaca bahwa janganlah kita tertipu oleh seseorang hanya dari tampilan luarnya saja. Sehingga benarlah sebuah pepatah lama yang mengatakan "Don't judge a book by it's cover" karena terkadang seringkali memang penampilan luar selalu menipu mata, kita terlalu sering silau dengan penampilan yang ditampakkan di depan mata tanpa melihat sisi terdalam seseorang. Inner beauty seseorang jauh lebih mengesankan dibandingkan cantik dan baik yang hanya sebatas "penyamaran" dari jati diri seseorang, seperti halnya Erika yang seringkali menunjukkan sifat sangar pada orang lain, hanyalah sebatas benteng dirinya agar tidak mudah dilemahkan oleh omongan orang-orang yang membencinya, orang yang selalu membanding-bandingkan dirinya dengan sosok lembut seorang Eliza yang kenyataannya hati yang ia miliki jauh lebih hitam, penuh dengan siasat licik, lebih berbahaya dan beringas dibandingkan sesosok Erika. Sosok gadis yang kesepian butuh perhatian dari orang-orang terdekatnya tertutupi oleh karakter sangar yang selalu ia tampakkan pada orang-orang sekitarnya. Dibalik sikapnya yang sok cuek, sebenarnya dia gadis yang manis. Sekian. 

Eva Edelweis,  Jogjakarta 8 Oktober 2016

*Reviewer yang masih sangat dini belajar menulis. Semoga kedepannya semakin lebih baik dan bermanfaat.







Akhir-akhir ini pupil mataku berasa semakin mengecil tapi kantung mataku lebih membesar 2 kali lipat dari biasanya, udah gitu lingkaran hitam di sekitarnya membuatku terlihat seperti sadako dalam film-film horror. Insomniaku kambuh. Ada yang bilang, karena aku sering ngopi. Yah bener, hampir 2 kali sehari aku ngopi dan itu sudah kulakukan sejak aku masih balita. Jadi menurutku, alasan yg diberikannya gugur, seharusnya kalau karena kopi aku mengalami insomnia sejak dulu dong.. Biasanya juga kalau baca buku super tebal, mendadak ngantuk meski baru baca selembar-dua lembar. Heii, tentu saja buku yang bikin ngantuk itu bukan  novel  semacam karangannya Tere Liye, Dee, Asma Nadia, dan sejenisnya. Bukan novel-novel itu tapi buku Kimia Organik jilid I dan II dengan tebal halaman tiap jilid kira-kira 591 halaman. Meskipun aku rada pemalas, tapi aku rutin melahap 4-5 lembar dari buku-buku ini menjelang tidur malam atau persisnya setelah kuliah asrama usai. Maka jangan heran apalagi menodong aku ini nyontek pas materi kuliah Kimia Organikku dapat nilai tertinggi di kelas. hohooooo itu perjuangan sekali guys, bukan bim salabim abra kadabra yang dipelajari dalam semalam. Tujuanku bukan untuk dapetin nilai tinggi atau semacamnya, hanya saja aku mencari alasan untuk tidak menyalahkan dosen pengampu materi ini. Kenapa coba? kalau saja aku hanya mengandalkan penjelasan dosen ini alamat deh aku ga akan paham sama sekali, padahal ini materi yang boleh kukatakan induk kimia. Jadi mau tidak mau, suka tidak suka harus ekstra kerja keras untuk paham. Tujuanku yang lain baca-baca buku ini tiap malam adalah mengundang rasa kantuk untuk datang lebih cepat. Tapi sekarang, insomniaku betul-betul parah, bahkan saat baca bukupun mata ini enggan mau menutup. Ada sekitar 7 buku baru, novel horror yang sudah nangkring di atas ranjangku. Berebutan pingin dibaca kayaknya....tapi tetap saja belum ada tanda-tanda aku bakalan ngantuk secepatnya. Buku yang kau baca novel sih, makanya ga ngantuk. Seseorang nyeletuk begitu padaku. Aslinya mah, mau buku novel, komik, buku-buku berat sekelas "Sophie" atau kimia sekalipun, selalu saja sukses bikin mataku ingin segera lelap. Tapi, kenapa sekarang tidak? huuuuu payah sekali bukan, mengatasi insomnia berat kayak begini? Well, aku tertidur satu jam saja itu sudah syukur. Terbangun gara-gara alarm hp teman yg pingin rasanya misuh-misuh karena itu. Gimana nggak coba? sukses tidur selama satu jam plus mimpi seseorang yang udah lama sekali rasanya ingin kuhubungi lewat media apapun bahkan kalau bisa mending ketemu orangnya tersebab aku rindu, tau-tau dia muncul dalam mimpiku. Menelponku dengan suara khasnya yang bikin aku terkaget-kaget. Sudah lama aku ingin menghubunginya tau-tau dia menghubungiku duluan, bisa dibayangkan rasa bahagia itu nyembur-nyembur dari hati yang paling keceee... dari saking kagetnya, dalam mimpiku, hpku tiba-tiba nggelundung ke lantai. Dari saking bahagianya, pingin rasanya kuciumi, kucoleki, kusayang-sayang nah tuh hp, abis denger suaranya. Tau-tau dering alarm hp si teman kamar malah bunyi. busettt.... pingin ngamuk pagi-pagi. oh my god, secepat ini dia menghilang dari peredaran..... coba saja tuh alarm hp milikku, mungkin udah kubanting sejak tadi.