Tafakur di Ujung Cinta (1): Perihal cinta dan lara

"Pesta yang kita rayakan malam ini adalah untuk menyambut bunga yang besok layu"
          Perkataan Omar Khaayam ini cukup benar. Sedih dan bahagia merupakan keniscayaan bagi kita. Karena yang namanya roda kehidupan itu selalu berputar. Jika kita dirundung sedih, maka sedihlah dengan kadar yang sewajarnya, pun ketika kita riang maka rianglah yang sewajarnya. Jangan terlalu membuang air mata secara berlebihan apalagi merayakan keriangan yang berlebihan. Namun hukum seperti ini tak berlaku untuk para pencinta. Mereka yang sedang dilandang cinta akan mengalirkan kadar air mata dan keriangan yang berlebih, lara tiada tara bahagia yang menggelegar... Tiada yang memikat kecuali apa yang dicintainya bahkan termasuk dirinya sendiri, baginya yang hidup dan yang "ada" hanyalah apa yang dicintainya.  Sedih mereka adalah luka yang begitu lebar, curam, dan mengerikan begitulah kata Cak Kus dalam bukunya Tafakkur di Ujung Cinta. Cinta di sini ditujukan kepada siapa? andai saja cinta menemukan alamatnya yang tepat maka cinta tak hanya mampu menggenapkan hidup yang ganjil dari seseorang, tetapi lebih dahsyat dari itu bahkan mampu "merubah pasir menjadi emas" kata Rumi. Cinta yang merasuk dalam jiwa seseorang akan mengubah hidupnya. Ketika cinta yang berbicara, maka seorang budakpun beralih derajat menjadi seorang raja. Bahkan sebaliknya, cinta juga yang bisa menghinakan derajat seorang raja.

Kesedihan semacam apa yang membuat seseorang begitu sengsara? yup, tersebab cinta. Tidak dapat dipungkiri sebuah sakit yang luar biasa jika seseorang yang kita cintai lenyap begitu saja tanpa jejak. Kita hanya bisa meratapi betapa menyedihkannya hidup ini. Sebuah perasaan yang tak terelakkan tersebab perasaan cinta yang Tuhan berikan, lalu dia menghilang ditelan bumi. Tak dinyana mata kita serupa sungai yang runtuh tanggulnya. Tidak ada yang bisa kita lakukan selain menyetel ulang rekaman riwayat kenangan kita di masa silam. Dengan langkah gontai, kita hanya bisa membayangkan betapa hidup itu memang sungguh penuh dengan kejutan. Bahkan dalam sekejap ketika perasaan bahagia tak terkira saat bersama dengan seseorang yang dicintai lenyap tak tersisa. Kita bahkan hanya bisa menatap lamat-lamat jejak langkah kaki kita dengan mengunjungi tempat yang pernah merekam hikayat kita. Berharap ada keajaiban yang Tuhan hadiahkan untuk kita agar bisa menemuinya kembali.

Sungguh jangan diherankan jika banyak acara bunuh diri tersebab dikhianati, ditinggal atau apapun yang menyakitkan perihal mencintai. Namun hal semacam itu tak kan terjadi pada seseorang yang memiliki iman. Yup, kuncinya adalah iman. "Satu hal yang bisa menyelamatkan kita dari kepedihan cinta hanyalah iman: bahwa setelah seluruh semesta ini berantakan menjadi puing-puing ia akan dipertemukan kembali dengan kekasihnya, dengan frekuensi kemesraan yang berlipat, atas perkenan Tuhan yang Maha Pemurah" begitu kata Cak Kus dalam pungkasan petikan "Mawar dan Cinta Dalam Saini KM"

*Tulisan ini hanyalah saduran dari buku Tafakur di Ujung Cinta karangannya (ust.) Kuswaidi Syafi'i pada petikan "Mawar dan Cinta Dalam Saini KM".
Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar