Namanya perempuan. Yah perempuan yang tiba-tiba datang ngomel-ngomel seolah saya adalah pencuri harta benda miliknya satu-satunya.
Namanya perempuan, yang tidak tahu bagaimana sebab musababnya datang bagai halilintar beserta petirnya.
Namanya perempuan, seseorang yang mentakdirkan dirinya menjadi musuh bebuyutan mengekal jadi sebuah dongeng di masa depan.
Namanya perempuan, yang hendak kusebut sebagai perampok, pengemis, penjambret, penjahat paling jahat sejagad raya....
Jika boleh rasanya mengutuk, mungkin kutukan ku serupa mantra paling buruk yang pernah kubaca.
Salam damai dari tanah rantau untuk kamu, perempuan....
Yeayyy hari ini hari terakhir menulis bersama kampus fiksi. Meskipun telatnya pake banget namun aku tetap menuntaskannya.... happy reading guys... 

    Apa yang membuatku bertahan hidup hingga detik ini? Jawabannya hanya ada dua, yang pertama adalah karena keluarga. Hidup di tanah rantau itu banyak cobaannya. Jangan dipikir hidup jauh dengan keluarga itu bisa bebas senaknya. Tidak, sama sekali tidak. Bahkan aku selalu berpikir hidup di sini rasanya begitu mudah ingin menyerah saat masa-masa tersulit hampir mustahil kulalui. Alasan apalagi yang paling kuat bertahan  kecuali senyum bahagia keluarga yang sampai hari ini tetap kuperjuangkan. Aku dituntut untuk melakukan segalanya sendiri, bahkan tidak jarang aku selalu mengatakan semuanya baik-baik saja, hanya untuk memastikan mereka tidak lagi direpotkan oleh gadis sulung mereka yang ternyata masih tidak lebih dewasa dari usianya, masih butuh uluran tangan mereka untuk membangkitkanku kembali dari keterjerembaban hidup. Yah sebagai anak gadis tertua aku tidak memiliki alasan untuk terus menerus butuh tangan mereka yang mengawasiku.
    Alasan kedua yang membuatku tetap bertahan tentu saja karena Tuhan masih memberiku kekuatan seribu kali lipat lebih banyak dari sebuah keinginan menyerah. Ketika aku berani memulai sesuatu, maka aku harus berani bertahan hingga selesai, sebagaimana aku berani memulai hidup sejak di dalam kandungan maka dengan cara apa pun aku ingin berjuang dan bertahan dengan sesuatu yang kumulai itu, hingga hari ini usiaku yang semakin memendek dipotong masa. Tuhan itu maha kuat, begitu yang sering kudengar. Maka ketika segalanya seakan mustahil kulakukan, kuselesaikan dengan batas usaha seorang manusia. Satu-satunya cara adalah menemui sang Maha kuat. Meminta kekuatan berlapis-lapis agar gadis mungil yang cengeng ini tak mudah tumbang dan putus asa. Mungkin hanya itu alasan kenapa aku bertahan hidup hingga detik ini, karena Tuhan masih menyayangiku. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 20 Maret 2017
Selamat malam para blogger yang keceh... tetap semangat hingga hari keenam. Kali ini tentang seseorang yang kita merasakan sangat kehilangannya. Mungkin untuk tulisan yang ini aku akan kembali mellow seperti biasa. 

    Seseorang itu telah menemaniku beberapa tahun.. seseorang yang menjadi sahabat, partner, saudara yang terbaik yang pernah aku kenal. Namanya tak sanggup aku katakan di sini, namun doaku tetap bernafas untuknya. Dari sekian banyak orang yang kukenal, mungkin dia orang yang paling sabar menghadapi seorang gadis temperamen macam aku. Kupikir dia punya sixth sense yang bisa baca pikiran orang lain, karena sepanjang aku mengenal seseorang mungkin dia yang paling selalu paham garis-garis emosi dalam diriku. Orangnya tidak penuh dengan kejutan tapi entah darimana dia bisa tahu yang kuinginkan.
    Seseorang itu pemilik rindu tak berkesudahan. Aku masih ingat bagaimana dia selalu berusaha menunjukkan dirinya selalu ada dan peduli denganku.Suatu hari dia memintaku menemaninya mencari buku, tapi yang ada dia yang menemani dan menungguiku mengerjakan tugas asramaku. Tak ada satu pun buku yang didapat hahahha. Seseorang itu tak sanggup kuceritakan panjang kali lebar di sini. Namun tetap saja sahabat macam dia masih hidup dalam hari-hariku. Meskipun kini kami sudah berjauhan, tapi aku tetap merasakan kehadirannya. 
    Saat aku merasakan sepi yang mendalam, aku benar-benar memanggilnya untuk menemaniku. Namun aku hanya memanggilnya lewat jeritan hati tanpa seorang pun yang mendengarnya, aku hanya punya satu keyakinan bahwa sekecil apa pun suaraku aku tahu dia pasti mendengarnya. Saat aku merindukan tawanya yang renyah di hand phone, aku yakin dia pun merasakan hal yang sama denganku. Seseorang itu pernah benar-benar menjadi sahabat terbaik yang pernah aku miliki. Namun karena suatu alasan segalanya yang baik-baik saja menjadi retak begitu saja. Ku pikir ini hanya mimpi buruk, ternyata kehilangannya adalah mimpi buruk yang paling nyata. Seperti katamu, apa pun yang terjadi semoga semuanya memang selalu yang terbaik. Ada banyak hal yang terekam dengan jelas di benakku, namun sekali lagi aku tuliskan aku tidak ingin menuliskan di sini, cukup abadi dalam ingatan dan semoga doa kita tetap saling bertautan...

Hai guys... kali ini tantangan yang diminta oleh kampus fiksi cukup sederhana yaitu mengambil buku yang ada di dekat kita dan menulis sebuah paragraf yang kamu suka dalam buku tersebut. Oke perkenalkan bagi yang belum kenal, panggil aku eva seorang blogger yang begitu terpikat dengan tulisan-tulisannya bang Tere Liye. Dari beberapa buku yang ada di dekatku, aku memilih bukunya Tere Liye "Bumi" serial pertama dari Bumi, Bulan, dan Matahari. Inilah Kalimat yang kusuka dan ingin kutuliskan disini
   
   "Apa pun yang terlihat, boleh jadi tidak seperti yang kita lihat. Apa pun yang hilang, tidak selalu lenyap seperti yang kita duga. Ada banyak sekali jawaban dari tempat-tempat yang hilang. Kamu akan memperoleh semua jawaban. Masa lalu, hari ini, juga masa depan". Bumi, Tere Liye.

    Yah, aku menyukai kalimat tersebut karena sungguh dalam maknanya. Kita terkadang begitu mudahnya berprasangka  terhadap sesuatu padahal belum tentu yang terjadi sebenarnya seperti dugaan pikiran kita. Apalagi saat ini yang begitu marak dengan pencitraan. Dimana-mana pencitraan, orang-orang mulai lupa tentang fitrahnya sendiri sebagai manusia yang "Ajz. kita menampakkan segala sesuatu yang terlihat wah, padahal aslinya kita tidak se"wah" yang kita perlihatkan. Aku, yah aku muak dengan segala pencitraan yang terjadi.
    Apa pun yang hilang tidak selalu berarti lenyap seperti yang kita duga, yah misalkan kita kehilangan seseorang, kehilangan suatu peluang, kadang kita hanya fokus pada kehilangan saja. Tanpa mau tahu, tanpa mau mengerti terkadang kehilangan yang kita alami merupakan salah satu rentetan takdir baik yang akan Tuhan perlihatkan. Kita terpaku pada hal yang buruk terlebih dahulu. kita lupa bahwa janji masa depan itu ada. Akan selalu ada jawaban dari banyak kehilangan yang kita alami jika kita mau memahaminya. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 17 Maret 2017.

Assalamualaikum para blogger... tetap semangat yakk seperti halnya eva yang juga semangat kejar setoran dari tantangan 7 hari  menulis berasama kampus fiksi dan basa basi store hahahha. Maklum, lagi sibuk-sibuknya di lab, ditambah lagi si eva yang mudah ambruk. Mohon maaf tiada batas tulisannya benar-benar telat pake banget. Menurutku dari event kedua ini, tema hari keempat adalah tema yang paling spesial dari sekian banyak tema yang diminta. Raasa-rasanya kalau boleh, dari hari pertama nulis langsung saja ke tema di hari keempat. Si momon menantang para blogger untuk mendefinisikan apa itu cinta. hihihi.. happy reading guys..

    Cinta adalah kebebasan. Jika pasanganmu terlalu membatasi gerak-gerikmu, membatasi pertemananmu, atas nama cinta, percayalah itu bukan cinta. Tapi hanya sekedar keinginan untuk memiliki yang berlebihan, proteksi yang berlebihan, berbalut dan berbual rasa cinta. Ketika perasaanmu terkekang, di sana tidak ada cinta. Yah cinta selalu tentang kebebasan. Jika kamu mencintai seseorang, bebaskan, lepaskan, jangan kau genggam erat kalau kau tidak mau dia pergi dengan segenap belenggu yang mengungkungnya. Jika cinta itu memang ada, meskipun jauh di mata atau bahkan dia milik orang lain cinta tetaplah cinta, tumbuh subur di hati seseorang. Lepaskanlah raganya, bebaskanlah belenggunya dengan tidak menekan, tidak melulu ada penuntutan, memaksa untuk memiliki seutuhnya, harus selalu bersama, karena cinta sekali lagi tentang kebebasan. Jiwanya adalah milikNya, tidak bisa kau kuasai sepenuh hati sesuai dengan keinginanmu.  Jangan egois...

    Cinta juga bicara tentang kebahagiaan. Jika kau mencintai seseorang namun ternyata kau tidak bahagia, mungkin bukan cintamu yang salah, bisa jadi karena kau salah mengekspresikannya atau karena kau terlalu menuntut dirimu sendiri dengan banyak hal yang membuatmu kehilangan bonus bahagia dari mencintai. Cinta itu selalu membahagiakan, kau tidak percaya? lihatlah dalam-dalam mata kedua orang tuamu dengan mata batinmu, di sana penuh cinta yang selalu memprioritaskan kebahagiaanmu. Yah, kadangkala orang tua kita berani menukar kesulitan hidup, air mata, keringat mereka demi kebahagiaan diri kita. Mereka tidak menginginkan balas budi, tapi yang mereka lakukan tulus atas nama cinta yang paling ikhlas. Cinta memang selalu bicara kebahagiaan, kamu akan rela melakukan apa pun demi sesuatu yang kau cinta bahkan tidak masalah jikalau bahagiamu terenggut demi kebahagiaan yang kamu cinta, seperti itulah cinta bukan hanya bicara tentang kebahagiaan diri sendiri. 

    Cinta itu juga tentang kedamaian. Hati yang penuh cinta, in sya allah selalu damai. Cinta itu selalu menebarkan hal-hal positif yang membawa kedamaian dalam hati kita. Tenteram dan nyaman hati kita... maka saranku jangan sekali-kali menebar benci, kemarahan, kekecewaan  pada orang-orang di sekitar kita, agar yang tumbuh dalam hati hanya perasaan cinta yang memberikan kebahagiaan dan kedamaian dalam hati kita. Hidup akan benar-benar hidup dengan adanya cinta.

Eva Edelweis, Yogyakarta 17 Maret 2017



Semangat pagi guys.. semoga keberkahan selalu menyertai kita.
Dihari ketiga, kampus fiksi memberikan tantangan untuk menjawab satu pertanyaan. Seandainya kita punya anak, lalu anak kita tidak sesuai seperti yang kita inginkan, bagaimanakah perasaan kita?
      Terlebih dahulu aku katakan sebelumnya bahwa aku masih  berstatus sebagai santri, jadi belum punya suami apalagi punya anak, namun dengan segenap ketulusan aku akan tetap menjawab tantangan pertanyaan yang diminta oleh kampus fiksi. Menurutku, kunci kehidupan itu cuma ada dua, antara syukur dan sabar. Udah itu saja. Banyak hal yang kadangkala rentetan perjalanan hidup kita tidak sesuai ekspektasi. Kecewa, kesal mungkin bahkan kamu akan mengatakan bahwa hidup itu tidak adil. Yah, hidup itu kadang seperti itu. Tapi kembali pada dua kunci kehidupan yang kusebutkan tadi, in sya allah hidup akan terasa menyenangkan, damai, tenteram.
     Seorang anak adalah amanah besar yang Allah titipkan kepada orang tuanya. Anak itu lahir dengan segala ketidak tahuannya, putih polos seperti kertas putih tak bernoda. Lalu ia tumbuh semakin besar, semakin hari berkembang juga segala pengetahuannya. Sikap dan kepribadiannya mulai terbentuk. Ia bukan lagi seperti kertas putih tak bernoda namun penuh warna-warni. Persoalannya adalah, warna-warni itu berasal dari tinta kita, lingkungan kita, dan segala hal yang ada di sekitarnya. Maka pastikan bahwa kita memberikan warna-warna yang bagus, dalam artian kita mendidiknya dengan benar. 
      Jika aku punya anak yang tidak seperti yang  kuinginkan bagaimana perasaanku? Misalnya dalam bakat nih yah, setiap anak memiliki bakat dan talenta yang berbeda dari anak yang lainnya. Bisa jadi sebagai orang tua kita memiliki keinginan yang berbeda dari keinginan anak, maka tidak lantas anak harus mengikuti kemauanku. Sekali lagi, aku katakan bahwa setiap anak memiliki bakat dan talenta yang berbeda, maka alangkah baiknya jika sebagai orang tua aku hanya perlu mengembangkan dan membimbing talenta yang ia miliki. Hal lain misalnya dalam akhlak anak, aku sebagai orang tua tentu saja akan mendidiknya dengan akhlak yang baik. Jika misalkan ada suatu kesalahan yang ia lakukan tidak sesuai dengan yang kuajarkan, tidak lantas aku akan marah, barangkali memang ada yang keliru denganku sendiri sebagai ibu. Kembali pada kunci kehidupan yang kusebutkan tadi, mungkin aku hanya perlu bersabar membimbingnya lagi  jika ada  sesuatu yang salah. Namun jika yang terjadi justru lebih baik dari yang kita harapkan maka jangan lantas sombong dan percaya diri bahwa kita sukses karena usaha kita, namun bersyukurlah bahwa harapan kita, dan anak kita sejalan searah seperti yang kita inginkan. 

Eva Edelweis, Yogyakarta 17 Maret 2017

Hai guys... selamat pagi semuanya... kali ini pasang muka bersalah karena aku lagi sibuik-sibuknya di tempat kerja tapi masih ngeblog. biar ga panjang kali lebar tambah alas, maka yuk aku ingin segera menuangkannya di sini.
      Sebenarnya ada banyak tempat yang ingin  sekali kukunjungi. Salah satu diantaranya ada Turki. Entah sejak kapan aku benar-benar ingin mengunjunginya, bahkan negara target dari masa depan adalah negrinya Kemal Attaturk. Kamu pasti sudah membaca 99 cahaya di langit Eropa yang ditulis Hanum Rais, di sana ia menceritakan perjalanannya termasuk ketika di Turki. Membaca bukunya Hanum, membuatku benar-benar mirip orang ngidam ingin segera kesana. Untuk apa? penasaran dengan jejak-jejak sejarah Islam yang tertinggal... setiap hal yang diceritakan oleh teman-teman tentang Turki selalu membuatku envy, tambah greget dan semoga Tuhan mengabulkan keinginanku. Turki merupakan tempat yang cukup jauh jika dilihat dari jarak dimana aku hari ini berada. Kalau boleh berharap, aku ingin melanjutkan studi di sana, tidak hanya untuk sekedar wisata atau hanya belajar sekilas tentang sejarah kehidupan masyarakat Turki. Sudah itu saja dulu untuk destinasi impian, karena hal ini lebih pantas kutulis di diary pribadi, hahahaha



Selamat pagi guys...semoga hari-harimu selalu menyenangkan penuh keberkahan. Kali ini aku kembali hadir di rumah laba-labaku dengan mengikuti event 7 hari tantangan menulis bersama #Kampusfiksi dan #Basabasistore untuk yang kedua kalinya. Kamu bisa membaca event yang pertama di tulisanku sebelumnya. Tema di hari pertama lagi-lagi tentang "cinta". Kau mau tahu kisah cinta yang pernah kualami? yukk tengoklah di sini ^_^

     Panggil aku eva. Nama kecil yang ibu sematkan untukku hingga hari ini. Jaman aku masih kecil, belum paham apa itu cinta. Tapi aku pernah mengalaminya. Dulu temanku rata-rata bukan jenis perempuan, jadi semisal aku menyukai temanku sendiri yang notabenenya anak lelaki, justru di situlah aku merasa tak ada seorang pun yang menyadarinya. Namun satu hal yang masih kuingat dengan jelas, saat aku bertatap mata dan menyapanya mesti ada rasa gelagapan. Yah, mirip lah kayak orang dewasa berbicara dengan orang yang disukainya.

      Namanya Faiq, tapi aku lupa siapa nama lengkapnya. Dia adalah teman sekelas waktu MI, dan satu-satunya teman lelaki yang gak laki. Nah loh? ahahahha maksudnya gimana? Yup. Dia anak lelaki yang punya otak encer di kelasku, sebutlah dia rivalku masalah peringkat di kelas. Saat bel jam istirahat berdentang, suasana di sekolah kami cukup ramai. Rasa bahagia tak terkira saat mereka bebas dari derita harus duduk manis selama kira-kira 2 jam sambil menyantap mata pelajaran. Si Faiq ini tetap anteng di kelas meskipun jam istirahat, padahal anak yang lain sudah beramai-ramai bermain sepak bola di halaman sekolah. Maklum, dia gak suka main sepak bola karena tubuhnya yang agak gempal dibandingkan anak yang lainnya. hahahahah.  Tapi dia paling ganteng lah yah di kelas, mukanya imut, manis, dan dibandingkan yang lain dia berkulit putih. Dia juga tidak banyak tingkah macam anak yang lain, tidak nakal, dan anak yang disukai guru-guru. Jadi karena dia ga suka main bola, dia ga nakal kayak teman lelaki seperti pada umumnya, aku mengatakan dia anak lelaki yang ga laki. hahahahha.
     Awalnya biasa sih dengan dia, toh dia teman sekelasku. Tapi saat perayaan akhir tahun kenaikan kelas menuju kelas 5 MI, kebetulan kami sama-sama terpilih jadi siswa terbaik di sekolah. Aku sebagai perwakilan dari siswi terbaik dan tentu saja siswa terbaiknya adalah Faiq. Namanya juga anak-anak, biasa sering nggodain temannya sendiri. Nah, dari situlah muncul benih-benih cinta di hati anak ingusan macam kami. Yah, hampir setiap hari kami digodain sebagai pasangan oleh teman-teman, entah itu teman sekelas atau bahkan kakak kelas pun ikut menjodoh-jodohkan kami. Hatiku kedut-kedut saat itu, takut kabar macam ini terdengar oleh bapakku yang waktu itu jadi guru sekaligus sekeretaris kepsek, bisa-bisa aku kena marah bapak... 

    Suatu hari entah kapan, dia melayangkan pesawat kertas yang ternyata berisi surat cinta (sumpah, kalau diingat, aku mau ngakak...) yang ditulis dengan rapih mendarat di mejaku.. Tapi aku lupa isi lengkapnya seperti apa, hanya saja aku kaget bisa-bisanya anak SD udah berani tembak menembak. Hahahhaha. Maklum jaman kami masih SD handphone itu masih termasuk barang mahal dan langka, hanya orang-orang kaya yang punya. Jadinya, tidak ada chat chit lewat media sosial seperti hari ini, cukup lewat secarik pesawat kertas. Setelah acara kirim mengirim surat, aku jadi enggan menyapanya. Begitu mataku bertemu dengan sosoknya, mendadak jadi deg deg an alay, rasanya hati ini mau meloncat kegirangan tapi bercampur rasa malu. Sampai akhirnya kami lulus MI dia mulai menjauh dari pandanganku, mungkin  karena waktu itu aku mengabaikannya. Hahahhaha. Bayangin ajalah yah, aku merasakan jatuh cinta di usia 8 tahun-an terus aku harus gimana? palingan kalau ketemu cuma senyum-senyum doank, terus ngobrol biasa bareng teman sekelas. Jadi kurasa tidak ada yang istimewa dari cinta monyet ini. Hahhahaha. 

       Beberapa waktu yang lalu aku pulang liburan dari tanah rantau. Pada saat berada di acara walimatul ursynya adek kelasku (maklum, adat di rumah adalah nikah dini kecuali aku ) dan kebetulan ketemu teman MI, dia memberi kabar bahwa satu pekan lagi Faiq akan menikah. Tiba-tiba aku merasa pipiku merona mengingat jaman kami MI dulu... dan ternyata dia telah menemukan jodohnya. Semoga pernikahan kalian sakinah mawaddah wa rahmah Faiq... Sejak kami lulus MI hingga aku lulus kuliah pun, komunikasi kami benar-benar terputus. Salam rindu dari kawan lama


Eva Edelweis Yogyakarta, 11 Maret 2017.



Selamat malam guys, para pembaca setia blog eva edelweis yang isinya campur aduk macam sup buah... hahaha semoga kamu tidak menghujat si penulis yang masih dengan setia menulis di sini. Tema blogku masih sama "About me, Love, and Chemistry" karena jujur saja aku ini murni anak sains yang kadang agak gaje gitu, jadi kuselipkan chemistry di sini biar orang percaya bahwa penulis rada absurd dari blognya eva edelweis adalah anak kimia. Meskipun aku anak sains tapi aku punya minat yang cukup baik dengan dunia psikologi. Sebenarnya dulu hampir jadi anak psikologi sih hahahha. Oke untuk tulisan kali ini aku ingin menulis beberapa part dari psikologi. Kamu yang anak psikologi, lalu menemukan sesuatu yang keliru dari tulisanku, mohon dengan sangat untuk mengkritik atau memperbaikinya. hihihiii... maklum ada anak kimia nyasar ke psikologi.... happy reading...^_^

     Gangguan panik... kupikir panik itu cuma suasana diri yang biasa terjadi pada setiap orang, tapi ternyata tidak loh guys, gangguan ini juga bisa disebut sebagai suatu jenis gangguan kecemasan. Gangguan panik ini merupakan bentuk gangguan kecemasan yang paling parah dan cukup hebat.  Serangan panik ini semacam saat seseorang diselimuti perasaan ketakutan dan kecemasan yang cukup kuat yang tak beralasan, yang melingkupi diri mereka seperti kabut. Ketika hal itu terjadi, maka seseorang bisa saja tidak berdaya melakukan apa pun. 
    
     Gejala yang bisa diamati ketika gangguan panik ini terjadi, dimulai dengan munculnya gejala seperti pusing, takut dengan ruangan sempit, muncul keringat dingin atau jantung yang berdetak kencang. Hal yang paling parah dari gejala ini adalah munculnya rasa takut seseorang akan berakhir pada kematian atau kegilaan. Penyebabnya belum bisa dipastikan seperti apa, mengapa seseorang bisa mengalami gangguan seperti ini. 

    Seseorang yang mengalami gejala panik yang cukup hebat bisa saja juga mengalami hiperventilasi dalam waktu yang bersamaan. Hiperventilasi ini merupakan suatu kondisi sesak napas karena seseorang bernapas secara berlebihan untuk mencapai gas darah arteri normal, akibatnya oksigen yang dihirup jumlahnya berlebih dari yang dibutuhkan. Pada saat mengalami hiperventilasi maka akan terjadi proses ekskresi gas CO2 dari paru-paru secara berlebih yang dapat mengakibatkan terjadinya peningkatan pH darah sehingga kepala bisa pusing dan kejang pada otot tangan dan kaki. Hiperventilasi ini akan membuat serangan panik menjadi jauh lebih berbahaya, maka solusinya adalah memaksa diri untuk menghirup karbondioksida lebih banyak misalnya dengan cara bernapas ke suatu kantong atau menutup mulut dengan tangan sehingga dengan sendirinya seseorang yang mengalami hiperventilasi memaksa dirinya untuk bernapas melalui hidung, hal ini bertujuan untuk meningkatkan gas CO2 dalam darah. Agar  kondisi kembali normal, maka perlu merilekskan diri, hembuskan napas perlahan-lahan dan mengalihkan diri terhadap hal-hal lain sehingga tidak muncul kembali rasa takut dan cemas. 

*Hanya sebuah inspirasi dari komik yang kubaca, lalu kutuliskan untuk sekedar sebagai pengetahuan paling sederhana untuk diri sendiri. Jika ada kesalahan, monggo diperbaiki.