Semacam Kejenuhan di Penghujung April

   Ramadhan akan datang sebentar lagi, tapi pikiran masih sama kacaunya. Aku menghilang dari media sosial untuk waktu yang cukup lama. Aku juga bukan orang yang terlalu peduli soal status seseorang yang sering booming di media sosial. Pencitraan, membuatku muak terlalu sering melihat dan membaca kepalsuan dibalik status facebook, caption instagram yang kadang kali ga nyambung sama fotonya. Aku muak dengan semua kepalsuan itu..... Lalu aku ingin curhat di sini, yah karena orang-orang kalau mau kepo jarang yang sampe buka alamat blog pribadinya. 

   Aku mulai mengenali diriku sendiri yang ternyata kesepian, sangat parah. Aku tidak punya teman bicara yang asyik buat kucurhati, aku terlanjur menutup diri dari orang lain supaya mereka tidak tahu tentang aku yang mereka kenal cerewet, periang, energik, dan kadang menyebalkan ini ternyata tidak lebih dari seorang perempuan yang rapuh, introvert dan sangat menyedihkan. 

   Nyaris 6 tahun aku hidup jauh dari keluarga. Bahkan, aku tak hanya jauh secara fisik saja tapi juga soal perasaan. Yah, aku jauh dari keluargaku. Aku sebenarnya tidak tahu apakah ada yang peduli denganku? Hahahaha mustahil. Tidak ada yang pernah bertanya "Va, apakah kamu baik-baik saja?" yah sekedar pertanyaan semacam itu tak pernah ada dalam hidupku. Aku sering menghabiskan waktu dengan diriku sendiri, berbicara dengan diriku sendiri di sepanjang jalan. Jangan heran kalau kamu sering melihatku berjalan di trotoar sendirian macam anak hilang. Aku menolak untuk diantar pulang, aku menolak tawaran teman yang tidak sengaja lewat dan ia berbaik hati ingin memboncengku misal... yah betul sekali, aku senang berbicara dengan diriku sendiri, mencoba self talk saat pikiranku macam orang yang sekarat dalam hidup tapi tidak pernah ada yang tahu soal itu. 

   Aku menikmati banyak hal satu tahun terakhir di tempat kerjaku. Aku berteman dengan mereka cukup baik, bahkan kadang aku geli sendiri saat aku jatuh sakit dan ijin tidak masuk lab, seringkali ada pesan masuk "Jangan lama-lama sakitnya, aku rindu". Hahahahahha aku geli, kenapa ada orang yang rindu denganku? tidak jarang aku nangis baca pesan singkat yang sejenis berasal dari teman kampus atau rekan kerja. Itu artinya, mereka menganggapku ada padahal selama ini aku merasa kosong, aku merasa bukan pribadi yang menarik, dan keberadaanku tidak terlalu menguntungkan bagi orang lain. 

   Satu kenyataan pahit memang jika kamu punya keluarga, teman, kekasih tapi dirimu sendiri merasa tak ada yang peduli. Lalu apa yang membuat seseorang macam aku kuat tahan dalam keadaan macam itu? aku, kamu, kalian semua punya Tuhan. Ya, satu-satunya yang membuatku tetap memiliki harapan hidup yang lebih baik meskji aku kehilangan diriku sendiri, kehilangan mimpi, kehilangan banyak hal yang membuatku serasa jatuh tertimpa tangga pula, itu hanya Tuhan. Aku merasa cukup dan lebih tenteram karena aku masih punya sisa keyakinan tentang Tuhan. Percayalah, ini bukan hanya soal retorika khayalan atau ceramah yang membosankan hanya saja aku benar-benar merasakan bagaimana Tuhan memelukku yang kesepian. 

   Aku pikir aku sakit, yah sakit cukup lama dan aku tidak sedang butuh siapa-siapa untuk menyembuhkan sakitku kecuali sebuah harapan kecil yang masih tumbuh dalam hati tentang Tuhan yang masih baik hati dengan makhluk nakal macam aku. Haaaaaah bahkan ketika aku ingin nulis ini saja perlu mikir ribuan kali, apakah dengan menulis begini sedikit perasaanku tak sebeku kemarin? 
Well, aku cukupkan saja tulisan yang tak penting ini. 

Tertulis di Laboratorium Fisika Dasar UII Yogyakarta

Eva Edelweis, Yogyakarta 24 April 2018

Next PostPosting Lebih Baru Previous PostPosting Lama Beranda

0 komentar:

Posting Komentar