Sebuah cerita klasik yang tak pernah kusampaikan. Atas nama sebuah kedamaian. Yah, hatiku berhak berdamai dengan siapapun yang pernah mengusikku. Berdamai dengan segala kondisi yang menekanku. Kau cukup mengerti untuk tak melakukannya, tapi dasar kamu yang memang begitu.... Maka aku bisa apa? Berteriak? Menangis? Menyepi? Menyendiri? Yah, itu yang pernah kulakukan. Tidakkah kau sadari sikapku yang begini karena benci yang kubungkus dengan rapi. Perlukah aku berteriak mirip orang gila untuk membuatmu mengerti? Ah sudahlah, kau tak kan pernah mengerti atau bahkan kau akan pura-pura tak mengerti. Dulu, dulu sekali ketika aku tak pernah berani beranjak dari zona nyamanku, berlindung di bawah ketiak orang lain, aku yang kau bidik menjadi sesosok manusia paling penakut, gadis kecil yang tak pernah sanggup bicara dengan lantang. Aku yang kau bidik menjadi sesosok manusia yang minim penglihatan, dan kau, yah kau seolah terlahir sebagai manusia paling perkasa, paling berani tanpa sedikitpun mengecilkan diri, paling tau segalanya. Segalanya tentang kamu seolah hal paling ajaib bagi orang lain tapi tidak untukku. Yah itulah kamu. Sesosok manusia paling menjengkelkan yang pernah kukenal.
Biarlah waktu yang berbicara, antara keinginanku dan Tuhan yang bersatu. Kulakukan yang kubisa, termasuk merayuNya setiap waktu.
mengusikku dengan badai kenangan yang menggempur tanpa ampun. Pergilah, jika kau memang harus pergi, jangan menghantuiku kesekian kalinya. Aku sungguh takut, tidak bisa melanjutkan hidup dengan tenang jika kau terus-menerus begini. Melayang-layang di langit-langit kamarku setiap kali mata hendak terlelap, lalu tercipta penyakit sejenis insomnia.
Sebuah catatan tentangmu tak kan kutuliskan lagi di sini, meski jemari ini selalu memaksaku untuk melakukannya. Kau tahu kan, betapa rasanya menanggung rindu itu begitu berat? Jika kau ingin menetap, menetaplah tapi jika kau hendak pergi, menepilah dari sarang pikiranku.
Rindu itu terus berdengung tanpa jeda...
selirih suara angin malam yang selalu kunanti di saat rindu mulai bertaburan..
Rindu dan terus saja rindu...
Tanpa titik, dan koma
Tanpa pemberhentian dan kematian....
Rindu terus saja menggebu, menyerangku bertubi-tubi hingga aku sungguh tidak sanggup untuk menahan diri melepasmu.
Rindu itu kadang datang terbawa aliran air, menyiramku dengan hawa dingin yang angkuh.
Rindu kadang pula datang terbawa angin, mengembus, menggelitiki ujung-ujung rambut
Rindu itu kadang pula datang terbawa kicauan burung yang mengalun indah di pagi hari,
Tapi rinduku tetap saja tak pernah sampai hingga ke akar hatimu.....
Eva Edelweis, Yogyakarta 8 November 2016
Bagaimana jika kita telah berikhtiar, berdo'a, membersihkan diri dengan meminta ampunan Tuhan tapi masih saja keinginan kita belum tercapai, bahkan justru yang kita peroleh adalah sesuatu yang sama sekali tidak kita inginkan. Pertanyaan ini muncul dari salah satu temanku. Semisal begini, kamu akan mendaftarkan diri di suatu kampus di prodi yang cukup populer dan banyak diminati orang seperti jurusan Teknik. Namun ternyata, kau lolos di jurusan pendidikan bukan Teknik. Padahal, kamu sudah bekerja keras mengasah bakatmu sejak jauh-jauh hari di bangku SMA. Tapi apa yang kau dapat? akhirnya dengan berbagai alasan dan saran dari teman, keluarga, masuklah kau menjadi mahasiswa bidang pendidikan secara ikhlas. Kenapa itu bisa terjadi? nah, jawaban yang menarik dari dosenku cukup simpel sebenarnya. Mungkin saja apa yang kita peroleh itu bukan hasil jawaban Tuhan terhadap do'a-do'a kita, namun jawaban terhadap do'a-do'a orang tua kita. yup, bukan hal yang mengagetkan lagi kawan, jika do'a orang tua itu ternyata maqbul. Bukankah keridlaan Tuhan ada pada keridlaan orang tua? maka tidak heran jika Tuhan lebih mendengarkan do'a dan harapan orang tua dibandingkan harapan kita sendiri. Jadi kau jangan bangga jika ternyata do'a dan keinginanmu seringkali terwujud karena bisa jadi semua itu berkat do'a dari orang tua bukan hanya semata-mata hasil dari kerja kerasmu. Nah bagaimana jika harapan kita dan orang tua kita berbeda? maka kasus seperti inilah yang harus kita pahami baik-baik.. seperti kasus di atas, seseorang menginginkan dirinya bergelut di bangku kuliah pada bidang Teknik, namun lolosnya malah di bidang pendidikan. Mungkin hal ini yang diinginkan orang tua. Yup, orang tua kita bisa saja takut untuk menyampaikan keinginannya agar si anak kuliah saja di prodi pendidikan bukan Teknik, takut anaknya down dengan mimpinya. Namun, ternyata diam-diam orang tua menyampaikan harapannya langsung pada Tuhan yang Maha Oke. Beres perkara. Si anak bisa apa? maka jalani saja takdirnya. Jika hal ini terjadi, di sinilah kekuatan do'a kita diadu sebenarnya. yah, karena antara keinginan orang tua dan keinginan kita berbeda, maka kita dapat berikhtiar lebih dengan kuat-kuatan do'a. Persoalan do'a orang tualah yang lebih dahsyat, maka terimalah dengan ikhlas, karena sekali lagi ku tuliskan bahwa Tuhan menjawab doa kita dengan 3 cara, salah satunya adalah Tuhan tidak mengabulkan do'a kita namun menggantinya dengan yang lebih baik untuk kita. luar biasa sekali kan keajaiban do'a ini? Yuk, mantapkan do'a....