Selamat malam para kawan blogger.... lama banget rasanya tak menengok rumah blog satu ini. Ada banyak kesedihan, kebahagiaan terlupakan sebab kesibukan. Mungkin, aku sudah menemukan cara yang tepat mengatasi sedih berlebihan dengan cara menyibukkan diri tanpa lagi menuangkannya di sini. Tapi jangan khawatir, aku menulis banyak hal di sini bukan sebab aku terlalu sedih, namun ingin jadi teman tumbuh bagi kalian yang mungkin mengalami hal serupa dengan tulisan-tulisan di sini. Yah walau pun semua tak tersampaikan dengan sempurna, tapi aku mencoba menyentuh setiap perasaan kalian yang sedang dilanda galau dan patah hati dengan cara yang sederhana, menuliskan banyak hal tentang isi hati perempuan, dan laki-laki yang kadang tak peka dengan keadaan. Cukup sudah aku basa-basi di sini... hahahahha aku hanya ingin berbagi satu hal pada kalian, yang mungkin berada di titik terakhir masa kuliah.

Aku bersyukur bisa melanjutkan studi di bidang yang kuminati, meski kampusku di luar negri (Swasta, maksud guee). Tidak masalah mau kuliah di mana pun itu tak terlalu berpengaruh pada kesuksesanmu di masa depan. Hal terpenting adalah ketekunanmu untuk belajar dan tidak pantang menyerah. Kamu menjadi berbeda bukan karena kampusmu yang terkenal, tapi sebab dirimu sendiri yang menjalani proses belajar di sana. Kamu mau menjadi apa, siapa, semuanya ada dalam genggamanmu, keputusanmu memilih yang tepat. Hal terpenting lagi yang tidak boleh kau lupakan, bahwa di mana pun kamu bisa belajar, tetap haus ilmu dimana pun dan kapan pun.
Saat aku kuliah, aku memilih untuk fokus kuliah tidak dengan organisasi-organisasi kampus yang butuh waktu cukup ekstra. Sebab, tanpa organisasi-organisasi itu pun rasanya 24 jam itu begitu singkat, hahahahha. Hanya organisasi dan kegiatan tertentu yang aktif kuikuti, bukan karena malas sebab aku tahu diri bagaimana aku kurang bisa memanage waktu dengan baik jika aktif di semua hal. Namun, aku tetap menikmati proses belajarku tanpa harus menyesali kenapa dulu tidak jadi aktifis kampus.
Beranjak di tahun kedua menuju tahun ketiga, aku merasakan masa belajar yang sangat menjenuhkan, bahkan aku meminta orang tuaku untuk pindah jurusan saja pikirku waktu itu. Bapak dengan sangat tegas mengatakan "nak, nikmatilah masa belajarmu dengan penuh kenikmatan. Masa itu tidak akan terulang lagi, kalau kamu menyerah di sini maka penyesalan yang akan kamu dapatkan di waktu yang akan datang. Bapak membayangkan berada di posisimu, namun ingatlah pada komitmen bahwa setiap pilihan yang kamu pilih semua memiliki konsekuensi, begitu pula saat kamu dulu menyatakan keinginan kuat untuk kuliah seperti yang kamu inginkan lalu kuijinkan kamu jauh dari jangkauan bapak ibumu, tapi bapak percaya kamu pun memiliki keinginan kuat untuk mencapai impianmu dan kamu akan berkomitmen menyelesaikan apa yang sudah kau mulai nak".... sampai di situ saja, aku menangis malu di balik telpon. Aku benar-benar menangis sebab kalah dengan diriku sendiri. Aku berada di titik terendah, banyak hal yang kualami saat itu hingga tanpa sadar aku nyaris kehilangan kendali untuk tetap stay strong, percaya bahwa Allah mempermudah jalan hidupku.
Berada di tahun terakhir perkuliahan, aku melirik sekelilingku. Bukan hanya melirik, bahkan menelisik jauh ke depan apa yang kemungkinan terjadi di sana. Aku melirik teman yang berhasil lulus kuliah super cepat. Aku pun melirik teman yang beberapa kali sekelas denganku namun nyatanya dia angkatan 2 tahun di atasku. Aku melirik teman yang kuliah nyambi kerja tapi dia tetap berada di kalangan mahasiswa berprestasi, aku pun melirik teman yang kerjaannya nangkring sana sini ikut arus lingkungan mainnya. Ah, di situ aku berada di posisi sebagai mahasiswa yang pura-pura tuli ketika ditanya kapan lulus? aku bahkan tetap memberikan senyumku yang memikat pada siapa pun yang seringkali merecoki moodku berkali-kali. Lalu sampailah pada pertanyaan dosen pembimbing bertanya" Eva kapan berencana lulus?" lalu kujawab "saya masih ambil mata kuliah pak beberapa SKS karena kemarin saya jaga gawang di lokasi KKN takut ada sidak dadakan saat teman yang lain KRS an dan tutup teori. Saya juga mengulang mata kuliah yang bapak ajarkan di tahun kemarin karena saya ingin menyelesaikan riset saya semester depan dengan baik" Speechless.
Well, aku pun lulus nyaris 4 tahun. Walau saat itu aku kecewa tidak bisa ikut wisuda periode dua bulan sebelumnya. Ada satu titik temu yang kurenungkan di saat aku menyalahkan diriku sendiri yang terlalu malas untuk cepat menyelesaikan riset tugas akhir. Aku belum lulus karena aku belum siap lulus. Keyword yang ada di kepalaku. Kenapa begitu? mari simak baik-baik kegelisahanku di sini.
Ada beberapa orang yang mengejar waktu demi lulus cepat tanpa lagi peduli apakah dia siap lulus atau tidak? kok pertanyaannya siap atau tidak? Sebab, di sinilah aku benar-benar merasa tidak menyesal karena lulus kuliah cukup lama dari teman yang lainnya. Kejar waktu, sebenarnya apa yng dikejar? Banyak banget orang-orang yang bingung mau apa dan bagaimana setelah lulus. Bukan sembarang asal dapat pekerjaan, comot.. oh no. Ketika kita berada di posisi sebagai pekerja maka kita akan mencurahkan waktu kita untuk pekerjaan itu. Jika tidak sesuai dengan passion kita, maka yang ada hanya lelah dan rasa jenuh yang semakin membuncah hari demi hari tanpa henti. Tapi jika kita beruntung berada di posisi yang tepat dari pekerjaan kita, maka pekerjaan pun akan menjadi hal yang menyenangkan. Di situlah kita harus benar-benar pandai memilih dengan tepat akan kau habiskan untuk pekerjaan macam apa waktu yang Tuhan berikan itu?
Ada juga yang lulus kuliah dengan cepat tapi tidak siap lulus, maka apa yang akan terjadi? Bingung. Sebab dari awal hanya mengejar waktu, tidak menikmati setiap proses belajar yang kita lakukan. Tapi aku juga tidak setuju dengan orang-orang yang memprioritaskan kuliah untuk kerja. Karena banyak kok titel sarjana pendidikan menjadi pebisnis, sarjana sastra tidak lantas jadi penyair. Lalu mereka menemukan suatu pekerjaan yang sesuai dengan passion mereka, dan menurutku itu jauh lebih menguntungkan dan luar biasa daripada seorang sarjana hukum lantas dipaksa oleh keadaan untuk menjadi seorang hakim padahal dalam jiwanya tumbuh sebagai seorang pujangga. Hahahahha hidup itu selucu ini yah, kawan..... maka nikmatilah setiap prosesnya. Wahai kamu adek-adek mahasiswa tahun terakhir, belajarlah dengan nikmat, dan nikmati setiap prosesnya. Tidak perlu lirik sana sini, sebab ketika kamu telah keluar dari dunia kampus dan kamu tidak siap menghadapi dunia berikutnya, maka kamu hanya akan menyesal karena kamu tidak mempersiapkan diri dengan matang sedangkan kamu sudah tidak bisa lagi kembali ke masa yang lalu. Semoga kita sama-sama menemukan "hidup" yang lebih bermakna dari sekadar ingin mengejar hal-hal yang fana.
Eva Edelweis, Yogyakarta 2 Rajab 1439 H.