Yudisum berakhir. yeayyyy lelahku terobati setelah tadi sore nyaris ditolak ngasih berkas oleh bapak-bapak akademik. Bolak-balik mengurus berbagai administrasi itu menjenuhkan, begitulah aku mengomel-ngomel pada diri sendiri yang dilanda musim malas untuk mengakhiri revisi. Sekitar jam 14.00 aku menunggu dosen pembimbing untuk menyerahkan hasil akhirku, aku duduk menikmati masa penungguanku dengan membaca 1 buku  yang baru kemarin aku dapatkan di toko buku terdekat. Tiba-tiba pak Dekan FMIPA menyapaku,  beliau mempertanyakan akan kemanakah aku setelah lulus nanti? hahaha kubilang saja untuk didoakan melanjutkan studiku agar lancar. "Udah ada jodoh belum"? Kaget bukan kepalang si bapak menanyakan hal itu... kujawab dengan senyum termanis yang aku punya. "kalau ga ada, nanti saya jodohkan" tanpa sadar saya tertawa dengan pernyataan pak Dekan tadi. "loh, mau dijodohin dengan siapa pak?" kujawab sambil guyon setengah tertawa.... " ada deh, kalau kamu belum ada nanti saya kenalkan" hhehehe... begitulah bapak Dekan yang  sukses membuatku tertawa ditengah lelah yang bergelayut di pundakku. Lalu Ia pun masuk ke ruangannya.... ahh yah, aku mengingat berbagai hal yang pernah aku alami sejak mengenal beliau. Seseorang yang cukup humoris, asyik, dan cerdas. Aku bisa seakrab ini karena beliau Dosen Pembimbing Akademik (DPA) ku. Cukup sering aku mengunjungi kantornya dulu pas beliau masih menjabat di bagian kemahasiswaan. "Tidak usah segan mbak, kalau mau belajar atau bertanya apapun pada saya" kata pak Dekan saat aku masih berstatus mahasiswa baru. hahahhah ini kesempatan bagiku untuk belajar lebih dibanding yang lain, begitulah kira-kira yang ada dalam benakku saat itu. Itulah alasan mengapa aku sering menemuinya. Pak Dekan juga sempat menjadi dosen pembimbing riset karya ilmiah pertama yang pernah aku ikuti. singkat cerita, beliau bukan hanya sesosok guru bagiku, tapi juga seorang ayah pertama sejak aku memutuskan untuk nangkring di bumi Allah yang bernama Jogja. 
Berkasku sudah lengkap... yeah belum lega ternyata. Hampir saja aku ditolak untuk mendaftar yudisium akhir studi hari ini. Lari tergopoh-gopoh untuk mengejar waktu yang rasa-rasanya waktu berjalan cukup cepat hari ini. Tidak cukup saya diguyoni oleh pak Dekan hari itu. bapak-bapak akademikpun dengan serentak membully, merecoki, dan membuatku tertawa lepas sore itu hahahhahaha.... "mbak, kalau ga cepat daftar besok kamu bayar SPP lagi loh" kata pak Kun yang kutahu beliau adalah salah satu karyawan terbaik akademik MIPA. kaget sudah aku yang dari tadi mondar-mandir melengkapi seluruh berkas administrasiku... ada kali yah sekitar 10 menitan aku berdiri di sana untuk mempertahankan berkas-berkas yang sudah kuperjuangkan sejak seminggu yang lalu. "mbak, besok gimana coba kalau kamu dimadu?" hahhhhh? lagi-lagi aku kaget dengan celotehan bapak akademik, "kok bisa nanya gitu pak? mending saya ga nikah mah pak kalau dimadu" jawabku ngasal, sebab mata dan pikiranku masih konsentrasi mengecek satu-persatu berkas yang ada di hadapanku. "kamu kan mondok, nanti nikah sama mas kyai ntar dimadu loh"  nah, loh?? " saya ini orang biasa pak, bukan anaknya pak kyai jadi saya paling dapatnya mah orang yang biasa kayak saya ini" si bapak malah ketaw, dan bertanya lagi "mbak, kalau dimadu gimana? itu jalan menuju surga loh" kan saya heran, tidak ada topik yang lebih keren atau lebih menarik dari poligami yah pak? secara kan aku ini wanita. siapa sih wanita yang mau dimadu? meski dia ikhlas suaminya menikah dengan orang lain, tapi saya yakin haqqul yakin seorang wanita senyatanya tidak ada yang mau dimadu, tidak ada yang mau berbagi suami... memangnya suami itu chunky bar? rela dibagi-bagi? pikiranku yang masih konsentrasi dengan berkas, mau tidak mau bicara juga.. hahahha. udah panjang lebar, saya dibully di ruangan itu ternyata si bapak yang nanya tadi itu orang Madura. waaaaah makin ramelah ruangan itu gara-gara saya ketemu taretan sedarah Madura hahahhahah... tiba-tiba bapak tadi menceritakan sedikit tentang profile anaknya yang katanya alumni Teknik Informatika di kampus ini. Tahun lalu dia lulus dan sekarang menjadi karyawan di kementrian Perhubungan. Lalu?? yup, bener sekali dia tau-tau main tembak saja menawarkan putra pertamanya untukku. what???? Aku hanya bisa tertawa saja sebagai jawaban dari tawarannya. "besok, kalau bapakmu kesini bilang yah saya nitip kamu, dijaga baik-baik. salam buat bapak dan kalau ke jogja main ke tempat saya" nah, loh? si bapak melancarkan tembakannya padaku. hahahhaha kena? kena banget!! ini apa-apaan ? aku kesini mau daftar yudisium kok malah ditawarin jodoh? ahhh, Tuhan bolehkan saya mentertawakan kejadian yang kualami hari ini? ahahahahhahahah apa aku terlihat ngenes ya Tuhan? apa aku terlihat patah hati dirundung galau tersebab cinta? lagi-lagi saya ingin ngakak sendirian kalau mengingat kejadian sore tadi. sungguh saya malu dengan bapak-bapak akademik tadi. 
 
     Aku ingin bercerita banyak hal, tentang hal yang tak penting untuk digosipkan. Suatu kali aku ditelpon seseorang yang katanya aku mengganggu hidupnya. well, akupun bingung kapan aku kenal dengannya? bagaimana pula aku bisa meneror hidupnya? singkat cerita, ternyata dia menyukai seseorang yang juga aku suka. kok tau? kita sesama cewek pasti sama-sama paham, sama-sama peka terhadap perasaan cewek. Dia bicara seolah manusia paling bijak sedunia, padahal akalpun akan mendadak linglung ketika cinta yang menjadi topik utama. Seseorang yang bersemayam dalam doaku, dalam tangisku, dalam sujudku.... yah aku tak berani mengungkapkan apapun padanya, cukup kupintakan saja pada Tuhan. Hingga waktu benar-benar kejam, mencampakkanku begitu saja melemparku dari balik doa-doa yang kutabung untuknya. Jerih payah aku menghapusnya, mendelete dari program otakku yang memang sudah sengaja disetting tidak untuk yang lain. Jangan tanya berapa lama aku butuh waktu untuk mengikhlaskan, tersebab rindu itu kejam. Dia selalu datang membayang dalam setiap lelapku, hingga dada berasa nyeri. Mataku tak sekalipun mengalami kemarau... membanjir tanpa terasa betapa bodohnya seseorang yang jatuh hati. Tentang aku yang terseok-seok bangkit, entah keberapa kalinya aku dipatahkan. Oh Tuhan, betapa memang terlalu sakit kau menamparku kesekian kalinya untuk tak menyelingkuhiMu. Betapa memang manusia hanyalah seonggok daging yang tak pantas ditangisi apalagi ditukar
dengan segala impian. Rindu itu tetap menyala dalam kalbuku, tak berkurang sedikitpun. Tapi, kau tak pernah tahu kan betapa sulitnya kubungkus kerinduanku dengan kuat menahan gigil hati yang hampir saja aku mati dibuatnya. Aku kini mengenali seseorang yang membuatku sejenak melupakannya. Aku menyebutnya lelaki cahaya. Dia orang yang cukup humoris, sesekali berprilaku seperti anak kecil hanya untuk menyenangkanku yang lagi sekarat dengan rinduku. Dia mentertawakanku bahwa orang sepertimu itu tak pantas untuk ditangisi, dilarutkan dlam pikiran apalagi mencuri impianku. Kamu sama sekali tak pantas, tersebab dia bilang yang namanya cinta itu suci, penuh gairah, semangat. Jika cinta membuatmu menjadi sesosok yang pesakitan macam sekarang, biarlah dilepaskan saja. Akan datang seseorang yang memang pantas diperjuangkan, hingga Tuhan meridlai. Suatu saat aku akan teriak dengan lantang bahwa aku terbebas dari rinduku padanya kok :)
Aku belajar mencintai, mencari tahu seperti apa cinta yang dunia tawarkan padaku. Tetapi banyak kekecewaan yang aku temui. Patah berkali-kali sebelum aku menjamah sebuah cinta yang pernah singgah. Aku pernah jatuh hati, jatuh pulalah seluruh hati dan pikiranku. meramu setiap kerinduan dengan doa, menyimpannya dalam do'a hingga sesuatu yang buruk terjadi.... Tuhan mengambilnya dariku untuk orang lain. Aku belajar menerima, mencoba menata hati yang telah pecah agar kembali utuh, namun ternyata tak semudah yang kubayangkan. Patah hati tu menyebalkan, membuat selera makan jadi hilang, kantuk pun enggan menyapa hingga aku berubah layaknya tengkorak hidup di jalanan. Waktupun berlalu, dunia kembali menawarkan cintanya padaku. Tak sedikitpun aku tertarik, tersebab aku terlalu pengecut untuk mengecap patah hati kesekian kalinya. Namun ada yang berbeda dari cinta yang satu ini, yah berbeda dengan banyak cinta yang pernah ditawarkan. Cinta yang cukup sabar menunggguku nyaris satu tahun untuk membuka hati, cinta yang justru membuatku mati. perasaanku mati pada apapun, mati rasa terhadap sebuah nasehat, mati terhadap pergaulan yang lain dan mati terhadap aturan. Aku hanyalah gadis rantau yang mencoba mencari tau bagaimana rasanya punya cinta. Cinta yang katanya bikin seseorang bahagia. Cinta yang bikin hidup seseorang jadi berwarna. Namun, lagi-lagi aku rasakan, cinta tak seindah yang kau bayangkan. Cinta membutuhkan pengorbanan, entah itu berupa materi atau berupa perasaan. Pengorbanan perasaan untuk melupakan. Yah, begitu cinta itu hadir dan tumbuh subur seketika itu pula aku terpaksa harus melupakan, melenyapkannya dari relung hati yang paling dalam. Kau tau ini menyakitkan... sangat menyakitkan.

Aku tetap saja begini, meratapi rindu di sudut kamar yang sunyi. Betapa rindu itu memang cukup kurangajar bertamu ke hatiku lalu ia tak ingin pergi sedari pagi. Tangis kecil tentang rindu tetap memburu, membadai hingga langitpun ikut menikmati sakitnya rindu. Andai saja aku boleh meminta, aku tak ingin merindukan orang yang sama, yang pergi tanpa ingin kembali. Rindu itu menyebalkan, sama menyebalkannya dengan dirimu. Satu pesan singkat melayang ke smart phonemu, tapi hingga 30 menit berlalu tak ada balasan darimu. Mungkin kau sengaja, membiarkan rinduku melilit di sini. Kau menyebalkan! rinduku tak sedikitpun berkurang sejak kepergianmu beberapa bulan yang lalu, masih sama seperti pertama kali aku merindukanmu. Tulisan ini begitu cengeng, tapi apa peduliku? ketika rindu memang selalu datang tanpa bilang-bilang, ingin rasanya aku menamparmu sekali saja..... Kau cukup tahu betapa kesalnya aku menahan rindu sendirian, rindu yang tak kan terbalas sampai kapanpun, mungkin hanya Tuhan yang terlalu tahu dalamnya sakit yang kuderita. Kau boleh membenciku, sebagai balasan dari sikap kasarku. Tapi satu hal, tentang keadaan yang seringkali bertolak belakang dengan keinginan kita selalu terjadi begitu saja. Itu yang namanya takdir. Bahkan takdir tak mau tahu bagaimana perasaan kita, ia tak mau tahu apakah kita menerimanya atau tidak. Seperti halnya kamu yang tak mau terima sebuah kenyataan pahit yang Dia berikan. Kau lupa diri, lupa dengan segala janjimu, hingga membuatku menarik satu kesimpulan "jangan mudah percaya pada orang yang memberimu janji" meski gtak semua orang mengingkari janjinya. Kamu, seseorang yang kupercaya tak kan ingkar, telah benar-benar ingkar pada janjimu sendiri untuk tidak pergi dan tetap bertahan melawan setiap kemungkinan. selamat malam untukmu........