Just about Longing
Aku tetap saja begini, meratapi rindu di sudut kamar yang sunyi. Betapa rindu itu memang cukup kurangajar bertamu ke hatiku lalu ia tak ingin pergi sedari pagi. Tangis kecil tentang rindu tetap memburu, membadai hingga langitpun ikut menikmati sakitnya rindu. Andai saja aku boleh meminta, aku tak ingin merindukan orang yang sama, yang pergi tanpa ingin kembali. Rindu itu menyebalkan, sama menyebalkannya dengan dirimu. Satu pesan singkat melayang ke smart phonemu, tapi hingga 30 menit berlalu tak ada balasan darimu. Mungkin kau sengaja, membiarkan rinduku melilit di sini. Kau menyebalkan! rinduku tak sedikitpun berkurang sejak kepergianmu beberapa bulan yang lalu, masih sama seperti pertama kali aku merindukanmu. Tulisan ini begitu cengeng, tapi apa peduliku? ketika rindu memang selalu datang tanpa bilang-bilang, ingin rasanya aku menamparmu sekali saja..... Kau cukup tahu betapa kesalnya aku menahan rindu sendirian, rindu yang tak kan terbalas sampai kapanpun, mungkin hanya Tuhan yang terlalu tahu dalamnya sakit yang kuderita. Kau boleh membenciku, sebagai balasan dari sikap kasarku. Tapi satu hal, tentang keadaan yang seringkali bertolak belakang dengan keinginan kita selalu terjadi begitu saja. Itu yang namanya takdir. Bahkan takdir tak mau tahu bagaimana perasaan kita, ia tak mau tahu apakah kita menerimanya atau tidak. Seperti halnya kamu yang tak mau terima sebuah kenyataan pahit yang Dia berikan. Kau lupa diri, lupa dengan segala janjimu, hingga membuatku menarik satu kesimpulan "jangan mudah percaya pada orang yang memberimu janji" meski gtak semua orang mengingkari janjinya. Kamu, seseorang yang kupercaya tak kan ingkar, telah benar-benar ingkar pada janjimu sendiri untuk tidak pergi dan tetap bertahan melawan setiap kemungkinan. selamat malam untukmu........
0 komentar:
Posting Komentar