Selamat malam minggu semua..... Ini tulisan pertamaku di tahun 2018. Inspirasi ini muncul saat aku lagi asyik-asyiknya menikmati hempasan angin di jalanan pas pulang dari The Crabbys Jogja. Daripada kelamaan mengendap lalu hilang, mending kutuliskan saja malam ini. 


    Aku hanya ingin sharing tentang gaya hidup. Ketika aku pulang kampung, hal yang seringkali ditanyakan oleh teman, tetangga, saudara selalu saja soal gaya hidup. Mereka bilang enak yah kuliah di luar kota, jauh dari pantauan orang tua, bisa ngemall, jalan-jalan, kulineran, pokoknya asyik dan menyenangkan. Beda banget kalau tinggal di desa, kuliah di lingkungan pesantren, ga bisa kemana-mana.. katanya. Well, apa yang mereka katakan kadang ada benarnya. Mereka juga seringkali bertanya berapa biaya hidup satu bulan di jogja? aku menyebutkan sekian ribu. Mereka kaget, bisa gitu duit segitu hidup di sana? "itu kan kayak duit bulananku di pesantren, Va" kata mereka. Seketika aku tertawa sambil mengingat beberapa hal yang terjadi selama hidup di tanah jogja. 

    Aku bersyukur banget orang tuaku berbesar hati mau ngelepasin anak gadisnya untuk lanjut studi ke luar kota bahkan luar provinsi. Sebab itu, aku kadang malu untuk bilang pada bapak bahwa uang jajanku kurang untuk memenuhi beberapa kebutuhan kuliah. Aku malu untuk minta lebih dari apa yang mereka kasih. Sekali pun mereka sering bertanya cukupkah yang mereka berikan ? Eva selalu bilang cukup. Sugesti semacam itu berpengaruh pada pikiranku termasuk gaya hidup yang aku jalani. Tidak peduli kita punya uang yang banyak atau sedikit, tapi pastikan apa yang kamu punya itu cukup untuk kamu. Cukup di sini bisa jadi sebagai keberkahan rejeki dari Tuhan. Beberapa temanku sering mengeluh uang yang dikasih orang tuanya seringkali ga cukup, padahal jatahnya memang untuk satu bulan. Setelah kutanya berapa dia habiskan banyaknya biaya untuk satu bulan? masya allah, jelas itu melebihi jatah bulanan eva bahkan berkali lipatnya. Kamu tau apa yang membedakan dari kami? Tentu saja soal gaya hidup. Bukan karena duit banyak atau sedikit, tapi bagaimana kita memanfaatkannya agar cukup untuk kita. 

    Aku tidak akan bilang bahwa pamer itu ga boleh. Sebab, itu hak masing-masing orang. Hanya saja miris sih, kalau ada yang "sok" di depan mata, pamer sana sini, biar sama kek teman yang lainnya. Hitsssss dengan segala apa yang apik diliat mata. Meski kenyataannya tak senyaman yang ia pamerkan.

   Jogja terkenal dengan angkringannya, nasi kucing harga murah akan kau temukan di pinggiran jalanan Jogja. Bahkan, ada tempat makan dengan desain yang instagrammable tapi yang ia jual hanyalah nasi kucing dengan beberapa varian menu. Yeah, bagi sebagian orang makan nasi kucing itu kampungan, nggak banget deh pokoknya. Buktinya, pernah suatu kali temanku bilang kalau dia alergi nasi kucing. Hah? alergi? katanya kalau makan nasi kucing dia muntahin lagi. Sumpah, ini lebay banget. Dia ceritanya sama aku lagi, yang memang suka nangkring di angkringan. Tapi bukan berarti aku alergi makan nasi padang loh yah hahahha.  Apa dia ga merasa berdosa gitu, bilang kek gitu ke aku? untung ga baperan. hahahhaha....  Makanan enak itu hanya sampai di ujung lidah saja. Lepas dia meluncur ke tenggorokan menuju lambung sampai usus, yah dicerna langsung tanpa melalui sebuah ujian kelulusan, semisal nanya "eh nasi, kamu seberapa harganya? kalau cuma dua ribu keluar sana. Ga mau dicerna oleh usus." mana dia bisa membedakan itu nasi putih seharga dua ribuan sama lima ribuan? Aku ngeshare soal nasi kucing, bukan berarti aku ga menikmati beberapa kuliner di jogja yang hits loh yah.. meski pun jarang banget memposting foto makanan di media sosial.... Karena begitu masuk tempat makan, di pikiranku hanya ingin makan dengan nyaman bukan pamer. Hanya saja itulah sedikit cerita soal gaya hidup yang sulit aku jabarkan. 

    Aku hanya mau bilang, kita bisa survive hidup dengan biaya yang sedikit atau banyak tergantung gaya hidup kita. Soal hidup, itu sederhana. Gaya hidup, itulah yang mahal. Bergayalah sesuai dengan kemampuan finansialmu. Ga usah memaksakan diri dengan melampaui batas kemampuanmu sendiri. Yakin, kamu akan hidup nyaman dan perasaan tenteram sebab menjalaninya dengan apa adanya tanpa ada tekanan dalam diri sendiri ingin "terlihat" di depan orang lain. Oke, itu saja dulu yang ingin aku sharing dengan kalian. Tulisannya masih belum fokus dengan temanya, berantakan..... but, semoga bermanfaat. See you next posts, guys..... 

Eva Edelweis, Yogyakarta 14 Januari 2018. @Pondok Pesantren putri UII